AoKaga-3

235 27 13
                                    

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar terjadi.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kagami terpaksa duduk di samping Aomine karena Momoi duduk bersama manager tim atletik. Kagami bertopang dagu, dia bosan karena terpaksa duduk di kursi yang dekat lorong bus. Aomine memaksa untuk duduk di dekat jendela karena mau membaca majalah Mai-chan sialannya itu.

Kagami melirik ke anak tim atletik yang duduk satu baris dengannya dan dia duduk sendirian. Anak itu memiliki rambut hitam berantakan dengan mata yang tampak... sedikit emas. Anak itu memeluk ranselnya, Kagami mendapati earphone hitam yang terpasang di kedua telinga anak itu. Dan dia mengangguk-angguk dengan mata yang setengah terpejam.

Momoi menyodorkan kardus berisi makanan ringan yang tinggal setengah. "Apa kalian mau, Kagami-senpai, Daiki-senpai?"

Kagami nyaris menjerit ketika tiba-tiba Aomine mengambil satu bungkusan makanan ringan. "Tentu saja mau!" seru si dakian itu.

Kagami mengambil satu dan mengulas senyum singkat pada Momoi. "Terima kasih."

Si surai merah risih ketika Aomine mepet-mepet padanya untuk melihat Momoi yang kini menawarkan makanan ringan ke anak-anak yang duduk di belakang. Karena kesal dan terganggu, Kagami mendorong temannya itu.

"Aw! Kenapa, sih?" tanya Aomine.

"Gak usah mepet-mepet! Kalo kamu mau liatin dia, duduk di deket lorong!" gerutu Kagami.

Aomine mengelus kepalanya yang terbentuk jendela bus. "Aku, kan, mau baca Mai-chan."

Kagami mencibir teman mesumnya itu. "Mau pacaran tapi bacanya majalah macam itu, mana ada yang mau."

Aomine memukul kepala teman merahnya itu, sukses membuat Kagami merintih kesakitan. Karena tidak terima, Kagami membalas mencubit pinggan Aomine dan sukses membuat si surai navy blue merintih-rintih.

"Dasar bar-bar!"

Kagami memandang datar Aomine dan bersiap menonjoki temannya itu. Tapi dia hanya menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran bangku yang empuk. "Jangan ganggu! Aku mau tidur!"

"Ish! Gak seru!" gerutu Aomine.

"Jangan ganggu atau kujadikan majalah Mai-chan sialanmu itu sebagai bahan api unggun untuk nanti malam."

Kagami tidak mendengar suara Aomine lagi. Syukurlah. Dia hanya ingin tidur karena tadi malam dia harus mendengar curhatan tak berkesudahan dari Midorima. Dia melirik bangku paling depan. Midorima tengah duduk sendiri dengan buku arsitektur tebal yang baru ia beli kemarin terbuka di pangkuannya, namun si surai hijau hanya memandanginya dengan mata setengah tertutup dan kepala yang mengangguk-angguk.

Kagami menguap dan bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman. Setelah menemukannya dia memejamkan mata dan menelusuri alam mimpi.

***

Kagami tersentak bangun ketika bus terparkir di rest area. Hampir semua orang keluar. Karena takut sendirian di bus, akhirnya Kagami keluar tanpa alasan. Dia melihat bangunan supermarket dan akhirnya masuk hanya untuk membeli camilan selama perjalanan.

Hanya ada 3 orang dari rombongan klub di supermarket itu. Kagami, si anak klub atletik, dan Midorima. Kagami mengambil keranjang belanja dan membeli camilan dalam jumlah cukup banyak. Dia melihat Midorima membeli beberapa botol minuman berenergi dan salad. Sedangkaj si klub atletik tidak membeli apapun kecuali sebotol obat tablet yang baru Kagami sadari bahwa itu adalah obat tidur.

Pemikiran kagami mulai melayang ke mana-mana. Kagami ingat drama tentang investigasi pembunuhan yang begitu rumit. Sebenarnya si surai merah tidak mau menontonnya. Terkutuklah Kuroko yang memaksa Kagami ikut menontonnya. Bahkan karena itu Kagami dan Midorima terpaksa tidur dengan lampu menyala.

Jangan-jangan dia mau bunuh orang? Kan, ada tuh kasus yang ngasih obat tidur ke korban baru dibunuh. Terus dibuat seolah itu bunuh diri.

Atau jangan-jangan dia mau bunuh diri? Eh! Obat tidur bisa menyebabkan kematian gak sih?

Bahkan seusai membayar dan keluar dari supermarket itu, Kagami masih mengamati laki-laki yang berjalan dengan pelan. Earphone masih terpasang. Matanya setengah terbuka, tapi dia sama sekali tidak menguap. Langkahnya semakin lama lebih mirip seperti menyeret, membuat Kagami jadi khawatir dan panik sendiri.

Kagami tidak bisa menyangkal kalau dia lega ketika laki-laki itu duduk di tempatnya sendiri. Kagami tidak bisa membayangkan kalau tiba-tiba tadi laki-laki itu tidak sadarkan diri. Apa jangan-jangan nanti dia dikira pembunuh, ya?

Aomine kembali dengan wajah berseri-seri. Kagami yang tengah memakaj keripik kentang memandangi Aomine dengan pandangan Apa-Kamu-Terkena-Overdosis.

"Bakagami! Kamu harus dengar apa yabg terjadi tadi!"

Kagami mengangkat tangan dan menelan kunyahan keripik kentang sebelum berkata. "Tunggu, biar kutebak! Mmmm.... kamu bicara dengan Momoi dan kalian akan jalan-jalan berdua ketika waktu bebas."

Aomine melongo. "Bagaimana kamu bisa tahu?"

Si surai merah memutar bola kata. "Insting."

"Yah, terserah!" seru Aomine. "Kamu harus membantuku memilih pakaian."

"Memilih pakaian?" kekeh Kagami. "Setahuku kamu hanya membawa kaus hitam dan biru gelap, celana jeans, dan baju tidur. Kamu juga cuma bawah sepatumu itu dan sepatu basket. Apanya yang memilih?"

"Hei! Ini kencan!" gerutu Aomine.

"Jangan bilang kamu mau pinjam jaketku?" geram Kagami.

"Iya! Pinjam dong!"

Kagami menghela nafas kasar. Dia memijat pangkal hidungnya. "Gak mau! Dasar gak modal."

Kagami menggerutu. Mana mau dia kedinginan hanya untuk menyukseskan rencana PDKT si Ahomine. Kagami memang mau membantu. Tapi, dia juga gak mau tersiksa kali!

"Bukannya lebih baik kamu jadi diri sendiri saja?"

Kagami menoleh ke Aomine yang juga memandangnya. Mereka terdiam sesaat. Kagami gak ngomong dan jelas itu bukan Aomine. Terus...

ITU SIAPA?!

to be continued

Terima kasih sudah membaca. Tekan tanda bintang dan berkomentarlah!

Pelukan terima kasih dari semua karakter🤗

See you next chapter!

Spring SeasonOù les histoires vivent. Découvrez maintenant