MidoTaka-4

170 27 9
                                    

Catatan:
Karakter KnB BUKAN milik Author. Typo bertebaran dan OOC kemungkinan besar terjadi.

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Heeh? Kamu mau bunuh diri?"

Takao menoleh dan tersentak ketika melihat seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang tengah berdiri tegak di dekat pintu. Gadis itu memakai seragam sekolah dan kacamata berbingkai tipis yang membingkai mata sipit biru gelapnya itu. Ah! Takao lupa kalau ada dia.

Namanya Leta. Anak dari teman SMA ibunya. Entah kebetulan atau gimana, mereka selalu satu sekolah walaupun enggak pernah sekelas. Mereka juga tidak dekat dan pura-pura tidak kenal. Walaupun mereka sama-sama anak yang tidak populer, Leta mendekati kata sempurna. Dia cantik (walaupun tidak banyak yang mau berpacaran dengannya karena sifatnya), pintar, dan jago dalam hal apapun. Tidak seperti Takao.

"Hisashiburi, Leta!"

Leta berjalan mendekati Takao yang sudah melompat turun dari pagar pembatas. "Apa kamu beneran mau bunuh diri?"

"Tentu saja tidak."

"Padahal kalau mau, bisa kubantu."

Takao memandang gadis itu dengan tidak percaya. "Dasar psikopat!"

"Bercanda, Bodoh!" kekeh Leta.

Keduanya duduk berdampingan. Itu membuat Takao mengingat masa kecil mereka. Waktu itu, mereka ada di desa karena ibu mereka ada reuni SMA. Takao ingat saat itu dia berjalan di sekitar sungai dan ada anak-anak desa yang mengganggu Takao. Ah! Takao selalu ingin tertawa mengingatnya. Anak-anak desa itu menukulinya, permainan khas laki-laki. Takao yang masih kecil tidak berani dan tidak kuat untuk membalas perlakuan mereka. Tiba-tiba Leta datang dan memukuli anak-anak desa itu sampai mereka kabur. Rasanya, perlakuan mereka kebalik.

"Tidak istirahat bersama temanmu?" tanya Takao.

Leta memandangi Takao dengan tajam. "Apa kamu lagi menyindirku?"

"Ah! Aku lupa!" kekeh Takao. "Maaf."

"Tidak usah minta maaf," kata Leta. "Kamu, kan, juga begitu."

"Kejam banget!" seru Takao.

Leta memutar bola mata. Takao menggela nafas. Dia berpikir bagaimana kalau Leta tidak datang tadi. Apa dia akan melakukan hal yang ada dipikirannya tadi?

"Kenapa kamu bisa tahu aku di sini?" tanya Takao.

Leta melirik Takao dan menghela nafas. "Mengikutimu."

"Eeh? Jangan-jangan kamu suka aku, ya?" goda Takao.

Takao menelan ludah ketika Leta meliriknya tajam. "Sori, ya. Tapi, aku sudah punya pacar."

"Eh?! Curang! Aku saja belum!"

"Memangnya aku harus menunggumu punya pacar dulu baru aku pacaran?" gerutu Leta.

Takao mengangguk penuh percaya diri. "Tentu saja."

Sebagai balasan, Takao mendapat jitakan bertenaga yang membuat dahinya merah. Takao mengelus dahinya sambil meringis. Parah! Sakit banget! Mana tadi bunyinya kenceng lagi.

"Aduh... tulangku retak nih..."

"Omong kosong." gerutu Leta.

Takao menoleh ke arah gimnasium dan melihat Midorima yang tengah mengobrol dengan Riko. Bibirnya yang tadi menyunggingkan senyum kecil kini terkatup rapat, membentuk garis lurus.

Leta yang menyadari orang disampingnya memperhatikan sesuatu ikut menoleh. Gadis itu dapat melihat apa yang sedang diperhatikan si laki-laki surai hitam. Dia menghela nafas dan menolehkan kepala laki-laki di sebelahnya.

"Kalau kamu tidak kuat, enggak usah dilihat," gumam Leta. "Jangan berbohong. Itu tidak berpengaruh padaku. Karena aku tahu betul seperti apa kamu."

Takao memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena menahan tangis. Namun, Leta masih dapat melihat tangannya yang gemetaran.

Leta menghela nafas. "Jadi, kamu akan menyerah?"

Takao mengangguk. "Ya."

"Kalau begitu, berikan dia hadiah terakhir," kata Leta. "Hadiah terbaik yang bisa kamu berikan."

Takao mendongak, dia memandangi gadis di sebelahnya. Dia sudah tidak mempedulikan Leta mengetahui bahwa dia menangis. "Hah?"

Leta memberikan sketch book yang Takao yakin sudah dia buang kemarin. "Gambarlah seluruh perasaanmu dan berikan pada Midorima."

Takao memandangi sketch book itu dengan pandangan kosong. Leta meletakkan sketch book di pangkuan Takao yang masih memandnag kosong ke buku itu.

"Ayo. Setidaknya kamu harus memakan sesuatu."

Takao menghela nafas dan mengangguk. "Ya. Terima kasih atas sarannya, Leta. Ternyata pacaran membuat cara bepikirmu berubah ya."

Tendangan menjadi balasan dari perkataan Takao. Takao meringis, menahan nyeri di bagian yang ditendang Leta. Takao tahu bahwa Leta menendangnya seolah dia adalah lawannya. Dasar cewek bar-bar!

***

Satu hal yang Takao lupa, Leta adalah anggota Perpustakaan. Masalahnya, Midorima juga. Takao duduk di pojok perpustakaan, earphone terpasang di telinganya. Dia memeluk ranselnya sambil memperhatikan Leta yang sibuk dengan tumpukan buku baru yang siap ditata di rak-rak tinggi yang memenuhi nyaris setengah ruangan pepustakaan.

Namun, pandangannya juga mengarah ke laki-laki bersurai hijau yang tengah merapihkan buku di rak bertuliskan 'Sejarah Dunia'. Walaupun Takao sudah menyerah, tapi dia tetap saja terpana pada Midorima.

Leta mendekati Takao. "Ehem! Perasaan katanya ada yang mau menyerah."

Takao memelototi Leta yang masih menyengir. Pandangannya mengarah ke Midorima yang sudah melirik Takao. Takao menelan ludah. "Berisik elah!"

"Yah, lakukan sesuatu saja, aku masih agak lama," kata Leta. "Lakukan sesuatu SELAIN memandangi mantan pujaan hati."

Takao ingin sekali melempar ransel ke wajah Leta, namun dia tidak berani karena Leta jauh lebih lincah dan jago berantem dari Takao yang mungkin sekali kena tonjokan langsung jatuh. Dia cemberut dan mengeluarkan sketch booknya dan mulai melanjutkan gambar terbaiknya.

Sebenarnya gambar itu benar-benar membuat Takao kesulitan. Biasanya dia menggambar Midorima, tapi sekarang dia harus menggembar yang lebih dari itu.

Ah... gambarnya jadi seperti apa ya...

to be continued

Terima kasih sudah membaca! Tekan bintang dan berkomentarlah! Ah! Jangan lupa mampir ke cerita tentang MidoTaka -ku ya!

Pelukan terima kasih dari semua karakter🤗

See you next chapter!

Spring SeasonWhere stories live. Discover now