MidoTaka-3

194 27 18
                                    

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar terjadi.

Ah! Sekedar pemberitahuan, di chapter selanjutnya Author akan memasukkan tokoh author sendiri. Hanya sebagai tokoh sampingan.

Cuma itu yang Author ingin bilang.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Langit masih terbilang gelap. Takao menyusuri lorong yang lampunya masih dinyalakan. Dia berjalan ke deretan loker yang ia kenal baik dan memasukkan roti dan susu ke loker Midorima, namun sekarang dia tidak menempelkan sticky note apapun. Dia hanya ingin memberikan itu karena Takao tahu bahwa Midorima tidak pernah makan pagi sebelum belajar.

Setelah menutup kembali loker, Takao berbalik dan kembali menuju kelasnya. Dia menghempaskan diri ke kursinya. Dia meminum susu kotak yang ia beli sekalian untuk Midorima.

Takao membuang kotak susu dan mengambil sketch book. Dia melihat gambar yang sudah selesai. Niatnya dia akan mengirimkannya hari ini, tapi sepertinya gambar itu akan berakhir di tempat sampah.

"Lebih baik sketch book ini kubuang saja nanti."

***

Takao memandang papan tulis yang penuh dengan kata-kata bahasa inggris. Biasanya dia semangat karena itu adalah satu-satunya pelajaran dimana ia percaya diri, namun entah kenapa hari ini rasanya dia hanya ingin kembali ke tempat tidurnya.

Bel berdentang. Waktu istirahat. Takao bangkit berdiri dan mengambil apel yang ia bawa dari tadi pagi, kemudian berjalan menuju tempat yang tidak banyak orang yang tahu.

Di belalang gedung sekolah ada pohon yang tidak cukup tinggi, namun daunnya yang lebat cukup untuk menutupi dari pandangan orang-orang. Karena tubuhnya yang terbilang kecil, Takao bisa memanjat dengan mudah.

Takao duduk di salah satu dahan, bersandar di batang pohon sambil memakan apel. Dia memainkan ponselnya, mendengarkan lagu-lagu dengan nada lambat yang cocok untuk tidur.

Takao menghela nafas panjang. "Nyamannya."

Takao memejamkan mata, menikmati alunan melodi. Angin yang berhembus membuat rambutnya bergerak-gerak mengikuti tarian angin. Tanpa sadar, dia mulai bernyanyi pelan.

Saisho kara
Anata no shiawase shika negatte inai kara
Sore ga tatoe watashi ja nai to shite mo
Chanto saigo wa
Kakushita omoi ga mitsukaranai you ni
Yoko kara senaka osu kara
Dare yori mou shiawase ni shitte agete
Anata ga ima shite iru no wa
Watashi ga ichiban kikitakunai hanashi nanoni

Takao terdiam dan mendongak. Dia melihat daun-daun baru. Lalu, pandnagannya mengarah ke bawah. Dia memandang ke daun-daun di tanah.

"Wah, mirip kayak aku." kekehnya ketika melihat daun-daun itu.

Dia mendongak dan menghela nafas panjang. "Membiarkan diri jatuh dan hancur agar bisa membuat kebahagiaan bagi yang lain."

Takao memejamkan mata. Mendengarkan lagu yang masih mengalun. Yah. Itu lagu yang cocok untuk perasaannya.

***

"Apa kamu benar-benar baik-baik saja, Senpai?" tanya Himuro.

Takao yang sedang mencuci bekas memasak menoleh. Dia tersenyum lebar, sebuah senyum palsu yang biasa Takao gunakan untuk menutupi perasaannya. Dia mengangguk sambil terus mencuci. "Tentu saja! Jangan khawatir, Himuro! Ah! Bagaimana hubunganmu dengan Murasakibara?"

"Senpai, kami tidak pacaran." gerutu Himuro.

Takao terkekeh sambil menepuk bahu adik kelasnya itu. "Terserahmu, Himuro!"

Adik kelasnya itu cemberut, membuat Takao tidak bisa menahan tawanya. Aih! Adik kelasnya memang lucu pake banget.

Kedua orang itu membawa ransel mereka dan berjalan menuju asrama. "Senpai, soal Midorima-senpai..."

"Daijoubu!"

Takao masih merasakan Hinuro memandanginya dengan raut kasihan. "Hontou ni daijoubu!"

***

Lorong kelas begitu ramai, situasi normal saat istirahat. Earphone putih terpasang di kedua telinganya, melantunkan lagu-lagu bernada lembut. Takao berjalan pelan di sepanjang koridor. Tujuannya adalah tempat teman sekamarnya biasa bolos. Rooftop.

Setahu Takao, Aomine tidak akan ada di rooftop sekaranf. Karena dia dengar bahwa tim basket disuruh kumpul ke gimnasium untuk mendiskusikan strategi untuk pertandingan beberapa hari lagi.

Pintu menuju rooftop berderit ketika Takao mendorongnya hingga terbuka. Angin berhembus cukup kencang. Takao menyisir rambutnya, mencoba merapikannya lagi sambil berjalan menuju pagar pembatas.

Dia dapat melihat anak-anak tim basket berjalan menuju gimnasium dalam kelompok kecil. Dia dapat melihat Midorima dengan bunga mainan yang sepertinya lucky item cancer hari ini. Tidak jauh dari si surai hijau, dia dapat melihat sosok Aomine yang merangkul surai merah alias Kagami Taiga, sepupu jauh Himuro.

Takao mencengkeram pagar besi pembatas. Dia berjengit ketika merasakan dingin. Dengan pelan, dia naik ke besi pembatas, duduk di sana sambil memandang kebawah. Kakinya mengayun-ayun, menimbulkan derit samar.

Tangan yang menopang badannya bergerak-gerak. Jemarinya bergerak sesuai irama lagu yang sedang ia dengar. Takao mengalunkan nada, mengikuti nada yang dia dengar dari earphonenya.

Terkadang, Takao melepas kedua tangannya sesaat. Itu cukup membuat tubuhnya terkadang limbung. Namun karena dia tergolong ringan, dia bisa menahan tubuhnya dengan mudah.

Takao menunduk. Dia memandang ke arah jalan setapak yang menghubungkan gedung sekolah dengan gimnasium. Tubuhnya bergerak maju dan mundur. Kalau dia melepas pegangannya sekarang, dia pasti akan meluncur jatuh. Takao memejamkan matanya, membayangkan jika itu terjadi. Merasakan angin menabraknya. Lalu, menyapa ramah tanah yang dingin dan keras.

Yah... terdengar tidak buruk kan?

to be continued

Terima kasih sudah membaca! Tekan tanda bintang dan berkomentarlah!

Ah! Hari ini Author bakal buat cerita baru. Kali ini cerita intinya tentang MidoTaka (walaupun nanti juga bakalan ada pasangan yang lain). Kalau berminat dan senggang, mampir ya!

Pelukan terima kasih dari semua karakter🤗

See you next chapter!

Spring SeasonWhere stories live. Discover now