AoKaga-5

209 28 7
                                    

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar akan terjadi.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kagami mengutuki kebodohan Aomine. Si Aho itu terpaksa membeli cincin yang gara-gara dia jadi menyangkut di jari manis Kagami. Kagami bersumpah tidak akan melihat tangannya itu karena itu dia akan bergidik geli ketika melihat sebuah cincin melingkari jari manisnya.

Karena cincin sialan itu juga, Kagami terpaksa memakai pakaian dengan lengan panjang agar cincin itu tidak terlihat secara jelas. Dia tidak bisa memikirkan alasan kalau ditanya kenapa tiba-tiba dia bisa memakai cincin itu. Mungkin anggota tim Basket akan menertawai dan meledeknya habis-habisan.

Namun, masalahnya ada Midorima yang kebetulan saja mendapatkan kamar bersamanya dan Aomine serta Arata. Midorima melirik Kagami dengan aneh ketika Kagami tengah bersiap untuk tidur.

"Sejak kapan kamu memakai cincin-nanodayo?" tanya Midorima.

Kagami melirik Arata yang tengah melakukan sesuatu yang tampak seperti... yoga? Si anak klub atletik itu mencoba menahan tawanya, padahal tubuhnya sudah gemetaran dan membuatnya limbung. Aomine yang tengah menggulung baju agar muat ke ranselnya tampak mematung.

Si surai merah menghela nafas. "Sejak seseorang membuat kebodohan yang luar binasa."

"Maaf saja, tapi aku tidak mengerti perkataanmu, Kagami." kata Midorima.

Kagami menguap. "Tidak perlu dimengerti, cukup sembunyikan ini dari yang lain."

"Hm..."

Kagami merebahkan dirinya ke futon dan menarik selimut hingga menyentuh dagu. Dia menutupi kuapnya dan mencoba untuk tertidur. Di balik selimutnya, Kagami masih mencoba melepaskan cincin itu. Walaupun tetap tidak terlepas. Dasar cincin sialan!

***

Keesokan harinya, setelah latihan.

Kagami berjalan bersama Arata karena Aomine hendak memberikan cincin untuk Momoi. Mereka melintasi lorong lantai bawah penginapan. Melewati kolam kecil dengan air terjun buatan. Langkah kaki kedua orang berbeda surai itu terhenti ketika mereka melihat momen yang terbilang romantis.

Aomine dan Momoi tengah mengobrol di bawah pohon sakura yang bunganya belum mekar. Kagami dan Arata berjongkok dan mencoba menyembunyikan diri di bayang-bayang dinding. Karena mereka penasaran jadilah mereka menguping.

"Eto... Satsuki..." Aomine menggaruk tengkuk. "Ini..."

Kagami melirik Arata yang sudah gemas sendiri. Namun, dia panik ketika melihat troli makanan yang sepertinya tadi dibawa oleh anak pemilik penginapan yang sangat ceroboh (bagaimana kagami bisa tahu? karena kemarin orang itu memecahkan mangkuk untuk sup) melaju ke arah Kagami dan Arata dengan kecepatan yang lumayan.

Kagami baru hendak memperingatkan Arata sebelum merasa ada yang menghantam punggungnya. Membuatnya terguling. Karena panik, Kagami meraih apapun yang ada di dekatnya yang baru ia sadari kalau itu adalah tangan Arata. Si surai merah memejamkan mata, tidak mau melihat apa yang akan terjadi pada tubuh malangnya.

BYURR!!!

Si surai merah mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Dia terbatuk-batuk dan memuntahkan air kolam yang tak sengaja ia telan. Dia melihat Arata yang sudah mengambang, wajah si surai hitam itu tampak pucat seolah habis menaiki roller coaster dengan putaran 360° berkali-kali.

Kagami mengusap wajah yang basah. Dia menoleh dan menelan ludah ketika melihat Aomine dan Momoi yang memandangi mereka dengan wajah melongo. Kagami mengernyit ketika merasakan nyeri di punggungnya, pasti karena troli biadab bin sialan itu. Aish! Kagami jadi harus menjemur pakaian latihannya.

"Oi, Bakagami! Kamu mau berenang apa?!" seru Aomine.

Kagami nyaris mengumpati makhluk dakian itu, sebelum ia sadar kalau Aomine itu bodoh. "Berisik! Seret Arata keluar dulu! Kayaknya dia nyaris tidak bernyawa."

Dengan bodohnya, Aomine menyebur ke kolam hanya untuk membawa Arata keluar. Padahal makhluk dakian itu bisa membawa Arata dari tepi kolam, tidak perlu menyebur segala.

Kagami keluar dari kolam dengan bantuan lembut (baca: kasar) Aomine. Dia menyumpahi kesialannya hari ini. Si surai merah tersentak ketika melihat Aomine dengan pakaian basah setengah berjongkok di sampingnya.

"Kamu gak apa-apa?" tanyanya.

Kagami merinding. Ada perasaan geli dan... hangat? "Iya. Gak apa-apa."

Kedua orang itu menoleh ke Arata yang bangkit pelan-pelan. Laki-laki bersurai hitam itu memuntahkan seteguk air kolam, membuat rumput yang dipangkas pendek menjadi basah. Wajahnya masih pucat, namun mendingan dari pada ketika masih mengambang di kolam.

Laki-laki bersurai merah bersyukur ketika Momoi datang membawa handuk tebal dan 2 gelas coklat panas. Kagami membungkus tubuhnya yang sudah bergetar saking dinginnya dengan handuk dan meneguk coklat panas yang diberikan Momoi.

Momoi berkacak pinggang, tampak jelas bahwa dia marah sekaligus khawatir. "Kenapa bisa kecebur?"

"Tanya Kagami!" dengus Arata.

Kagami menghela nafas. "Troli makanan."

Pandangan ketiga orang selain Kagami mengarah pada troli yang menyangsang di semak-semak mawar dengan keadaan terbalik. Lalu, si anak pemilik penginapan yang tengah diomeli oleh kedua orang tuanya.

"Apa ada yang terluka?" tanya Momoi.

"Punggungku," jawab Kagami. "Tadi terbentur troli."

Momoi menghela nafas. "Aku akan cari dokter sekitar sini. Nanti malam atau besok akan kubawa kamu ke dokter. Sekarang, mandi saja dulu."

***

Tragedi keceburnya Kagami dan Arata menjadi trending topic makan malam kedua klub. Hampir 4/5 dari jumlah anggota kedua klub tertawa terbahak-bahak sampai ada yang tersedak makanan mereka. Sisanya hanya menahan tawa atau sok cool seperti Midorima walaupun ada raut geli di wajahnya.

Kagami tidak punya energi untuk mendebat karena punggungnya masih nyeri. Dia pasrah diketawai dua klub. Sedangkan Arata murung di pojokan sambil memakan makanannya dengan wajah cemberut.

Laki-laki bersurai merah mengamati pintu yang menggeser terbuka. Dia menelan ludah ketika melihat anak si pemilik penginapan membawa nampan berisi teko penuh teh dengan tangan gemetar.

Si ceroboh itu menuangi teh ke setiap gelas yang sudah kosong. Kagami menahan nafas ketika sebentar lagi gilirannya. Bertepatan ketika si ceroboh hendak berjalan menuju Kagami, Midorima yang duduk di sebelah Kagami berdiri. Kedua orang itu tubrukan dan jatuh menimpa Kagami, sukses membuat Kagami menjerit karena punggungnya berdenyut-denyut.

Tatapan horor Kagami tujukan pada teko yang terlempar. Dia memejamkan mata. Tak lama kemudian, dia mendengar bunyi teko dan tetesan panas di badannya.

"GYAAA!!!"

"PANAS-NANODAYO!"

"HUAA!!!"

to be continued

Terima kasih sudah membaca. Tekan bintang dan berkomentarlah!

Pelukan terima kasih dari semua karakter🤗

See you next chapter!

Spring SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang