KiKasa (KiseKasa)-1

656 46 29
                                    

Catatan:
Semua karakter Kuroko no Basket jelas BUKAN milik Author. Selain itu, typo kemungkinan besar ada di mana2 dan OOC kemungkinan besar terjadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sebuah kelas, seorang laki-laki bersurai hitam bertopang dagu. Dia memandang kertas berisi soal ulangan Matematika di depannya. Nama 'Kasamatsu Yukio' tertoreh di kolom nama dan angka 95 tertoreh indah di kolom nilai.

Kasamatsu mengacak-acak rambutnya dan memandang kertas di depannya itu kesal. "95?! Serius?! Argh! Aku pasti akan diomeli Mama lagi!" gerutunya. "Kenapa hidupku gini amat?!"

Kasamatsu mengomel pada dirinya sendiri. Dia membuka-buka buku paket, mencari bagian mana yang salah. Guru di bagian depan kelas masih menyebutkan dan membagikan kertas ulangan.

"Kise Ryouta! Selamat! Kamu dapat nilai 100!" seru guru matematika dengan girang.

Kasamatsu tidak bisa menahan rasa iri pada model sekaligus prince charming bersurai kuning itu. Dia tahu laki-laki narsis bin alay itu selalu tidur ketika jam pelajaran. Jelas Kasamatsu merasa tidak adil. Dia yang selalu memperhatikan kalah dari yang selalu tidur di kelas.

Kasamatsu merasa bahwa itu hanya kebetulan. Namun ketika pembagian hasil ulangan Fisika, dia harus menerima nilai yang tidak sempurna. 98. Sedangkan si Kise alay itu kembali mendapat nilai 100.

"Argh! Tanduk, cakar, dan taring akan muncul pada Mama!" batinnya dalam hati.

Kasamatsu bersyukur bahwa dia ada di sekolah berasrama, jadi dia hanya bertemu Mama-nya saat liburan. Suatu hal yang wajib ia syukuri.

Ya, Mama-nya adalah seorang ilmuwan. Single parent. Papa-nya meninggalkannya sejak ia berumur 5 tahun. Sejak itu, Mama selalu menuntut agar Kasamatsu mendapat nilai yang sempurna. 100 bukanlah sesuatu yang istimewa, melainkan keharusan. Peringkat 1 bukanlah hal yang perlu diraih, tapi tempat yang harus selalu diduduki. Lompat kelas bukan kebanggan tapi kebiasaan.

Kasamatsu memijat pangkal hidungnya. Dia pusing sekali saat ini. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia tidak mengerti bagaimana cara mengembalikan nilai sempurnanya. Dia merasa dia tidak merubah cara belajarnya. Di mana perbedaannya?

Teng.. teng... teng...

Bel istirahat berdentang. Suasana kelas yang sepi menjadi riuh. Kasamatsu mendengus kesal. Dengan nilai seperti ini, tidak mungkin dia pergi ke kantin. Dengan kesal, ia membawa alat tulis dan beberapa bukunya. Dia berjalan cepat menuju perpustakaan.

***

Aroma buku lama bercampur dengan aroma khas toko buku. Dengan cepat, Kasamatsu menyusuri deretan rak-rak. Jemarinya menelusuri deretan buku. Sensasinya begitu akrab, menyebarkan perasaan tenang bagi Kasamatsu.

Kasamatsu mengambil sebuah buku sebelum melihat surai kuning di sisi lain rak. Dia tidak bisa menahan seruan tertahan. Karena kaget, buku yang ia pegang terjatuh dan untungnya tidak menimbulkan suara yang berisik.

Langkah kaki terdengar. Tak lama, si alay Kise Ryouta sudah berlutut di depannya dan membantu Kasamatsu memunguti bukunya. Senyuman lebar yang tampak bodoh bagi Kasamatsu terpampang jelas di wajah tampan bocah di depannya ini.

"Apa Yukio-cchi tidak apa-apa ssu?" tanya Kise.

Kasamatsu mengerutkan kening karena penggilan 'Yukio-cchi'. "Kita tidak sedekat itu sampai kamu memanggilku dengan nama depan." kata Kasamatsu dingin.

"Eh?! Tapi, kalau kupanggil Kasamatsu-cchi bakalan ribet-ssu." kata Kise.

Kasamatsu menggeleng-geleng. Dia menata bukunya sebelum bangkit dan memberikan lirikan kesal pada si kuning yang masih berlutut. "Terserahmu memanggilku apa, aku tidak peduli." katanya sebelum berbalik menuju meja panjang tempat biasanya siswa membaca.

Kasamatsu memilih kursi paling pojok dan mulai membaca. Karena merasa ada yang memperhatikan, dia mendongak dan memutar bola mata dengan jengah. Si kuning menyebalkan itu tengah bertopang dagi dan mengamatinya, itu sukses membuat perempatan imajiner munjul di kepala Kasamatsu.

Dasar gila.

***

Malamnya...

Kasamatsu keluar dari kamar mandi dalam kamar asramanya. Handuk yang lembab melingkari lehernya. Dia menyampirkan handuk di tempat jemuran di balkon sebelum duduk di meja belajar. Sambil menguap, dia mulai mencoba mengerjakan beberapa soal latihan Fisika.

Kriet (bayangin suara pintu, ok?)...

Kasamatsu menoleh dan melihat teman sekamarnya, Himuro. Laki-laki seangkatan dengannya itu masuk dengan wajah lesu. Kemudian, dia mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

Kasamatsu meletakkan pensilnya. "Kenapa mukamu masam banget?" tanyanya sambil menghadap Himuro.

"Puddingku diambil! Aku baru buat kemarin dan tiba-tiba ilang setengah!" serunya kesal. "Terus aku ketemu titan ungu! Dia yang makan! Argh! Aku kesal! Itu, kan, buat cafe!"

Kasamatsu mengangkat alis, tidak biasanya teman sekamarnya bawel begini. Yah, dia mengerti kenapa Himuro sampai mengomel sih.

"Titan ungu?" tanya Kasamatsu.

Himuro menghempaskan diri ke tempat tidurnya dan mengangguk. "Kamu ingat cowok tinggi dengan rambut ungu?" tanya Himuro.

"Ah! Cowok kelas 1-3?" tebak Kasamatsu. Yah, dia ingat cowok yang menabrak dia di tangga hingga jatuh dan membuat kakinya keseleo.

Himuro mengangguk dan kembali menggerutu. Pintu kamar mandi ditutup sedikit keras. Kasamatsu menggeleng-geleng, pantas saka teman sekamarnya pulang malam padahal tidak ada shift di cafe. Kayaknya dia membuat pudding lagi.

Setidaknya masalah teman sekamarnya tidak seribet masalahnya. Entah bagaimana caranya menghadapi Mamanya ketika Mamanya menelepon.

to be continued

Mari kita doakan keselamatan Kasamatsu. Author sepakat dengan tanggapan bahwa emak itu serem kalo marah.

Ini cerita fanfic pertama Author. Dari salah satu anime kesukaam Author, sih. Tolong vote dan komen ya!

Makasih loh udah baca!

Spring SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang