Midotaka-5

176 24 22
                                    

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar terjadi.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

2 bulan telah berlalu. Takao masih sering memberikan makanan setiap pagi. Tapi, dia sebisa mungkin menjauhkan dirinya dari Midorima. Mereka hanya bertemu ketika Takao menunggu Leta yang bertugas di perpustakaan. Kadang dia terpaksa jadi nyamuk di kencan Leta dengan pacarnya yang ternyata lulus SMA tahun kemarin, Kei.

Hari ini, Takao juga duduk di sudut perpustakaan. Mereka keluar lebih cepat karena guru-guru ada rapat mengenai acara ulang tahun sekolah. Sayangnya, petugas perpustakaan tetap bertugas. Itu yang membuat Takao terpaksa berada di perpustakaan. Sebenarnya dia bisa saja pulang, tapi asramanya pasti kosong. Itu karena teman sekamarnya katanya sedang PDKT.

Takao pikir itu adalah waktu menunggu yang biasa. Menunggu Leta sambil melanjutkan gambarnya yang sebentar lagi selesai. Tapi, hari ini ada yang berbeda.

Midorima duduk di hadapan Takao, membuat si surai hitam buru-buru menutup sketch book. "Apa kamu jago menggambar-nanodayo?"

"Tidak," jawab Takao. "Kalau gambar kayak anak SD, jelas aku jago."

Midorima melirik tempat pensil Takao. "Apa kamu serius-nanodayo? Kenapa tempat pensilmu penuh dengan alat gambar-nanodayo?"

Secara refleks, Takao meraih tempat pensil yang ada di sampingnya. "Itu... punya teman sekamarku. Tempat pensilku ketinggalan dan dia meminjamiku tempat pensil cadangannya."

"Boleh aku lihat gambarmu-nanodayo?"

Takao buru-buru memasukkan sketch booknya ke ransel. "Belum selesai. Nanti saja, ya."

Midorima tersenyum singkat, membuat Takao kesal. Dia mau move on! Tapi, mana bisa dia move on kalo Midorimanya saja tersenyum dan mengobrol dengannya. Aih! Takao butuh pertolongan!

"Apa kamu pacar Leta-nanodayo?"

Alis Takao terangkat. "Tentu saja, tidak. Leta sudah punya pacar dan pacarnya jelas lebih keren dariku."

"Jadi kamu selingkuhannya-nanodayo?"

Perempatan imajiner muncul di dahi Takao. Kalau saja dia tidak suka dengan si rambut hijau di depannya, sudah ia hantam dengan ransel penuh buku tebalnya.

"Sayangnya aku bukan tipe orang yang suka selingkuh, Midorima." kata Leta dengan nada datar.

Midorima berbalik, menghadap Leta yang bersandar ke salah satu rak dengan tangan di saku. Alis si surai hijau tertaut. "Apa kamu menyindirku-nanodayo?"

Leta tersenyum miring. Senyum yang entah kenapa membuat Takao bergidik. Muncul rasa kasihan pada Kei karena berpacaran dengan Leta. Mungkin kalo udah menikah dan ada tanda-tanda Kei selingkuh, mereka perlu mengganti piring dan vas setiap hari.

"Hooh? Tsunderima merasa tersinggung." ledek Leta.

"Berhenti memanggilku Tsunderima-nanodayo!" gerutu Midorima. "Aku tidak tsundere!"

Leta terkekeh dan memberi tanda bahwa dia sudah bisa pulang sekarang. "Sayangnya, tidak ada tsundere yang mau mengaku."

Takao memakai ransel dan menahan nafas ketika melewati Midorima untuk menghampiri Leta. Walaupun senang bisa mengobrol, entah kenapa Takao merasa takut. Bagaimana kalau ada yang melihat dan mengira mereka punya hubungan? Lalu hubungan Midorima dan Riko runtuh karena Takao. Pasti Takao akan merasa sangat amat begitu bersalah.

Takao berjalan duluan. Ketika ia tiba di ambang pintu, dia merasa bahwa Leta tidak mengikutinya. Dia menoleh dan melihat Leta menepuk bahu Midorima dan membisikkan sesuatu yang membuat Midorima melempar pandangan kesal pada gadis bar-bar yang sudah berjalan menghampiri Takao itu.

"Membicarakan apa?" tanya Takao yang mulai kepo.

Leta menoleh ke arah Takao dan menyunggingkan senyum singkat. "Ra-ha-sia!"

***

Takao berjalan melintasi koridor bersama Leta. Gosip bahwa mereka pacaran menyebar. Bahkan Himuro dan Kasamatsu yang kini dekat dengan orang yang kata mereka bukan pacar mereka, bertanya apa itu sungguhan.

Padahal Takao menghabiskan istirahat bersama Leta karena Himuro istirahat dengan Murasakibara dan Kasamatsu dengan Kise. Apakah ini rasanya terlupakan? Lagian Takao dan Leta tidak punya teman, jadi mereka terpaksa istirahat bersama.

Mading kembali dikelilingi orang. "Ada apa lagi?" tanya Leta pada adik kelas yang sepertinya fans Kise (pakai merek yang mensponsori Kise).

"Ada lomba arsitektur," jawab adik kelas itu. "Internasional lagi. Sayang aku gak jago."

"Sori, gua gak nanya lo jago ato enggak." kata Leta singkat sambil menarik Takao yang tersandung-sandung mengikuti Leta ke mading.

Takao melirik adik kelas yang memandangi Leta dengan kesal. Mulut adik kelas itu membuka menutup. Sepertinya sedang menyumpahi Leta.

Kedua orang yang dianggap pacaran itu berhenti di depan mading. Memang benar ada poster lomba arsitektur tingkat internasional. Takao melongo melihat jumlah uang yang didapatkan oleh para juara. Angka nol-nya banyak banget!

"Apa kamu mau ikut? Lumayan, kamu kan jago menggambar." kata Leta.

"Enggak, ah!" sahut Takao. "Ayo ke kantin aja. Aku laper."

Kedua orang itu segera mengambil menu makan yang berupa nasi dengan ayam serta saus mentai. Karena mereka agak terlambat, mereka terpaksa duduk di meja dekat meja Midorima dan si ketua OSIS beserta wakilnya.

Tangan Takao yang hendak menyuap potongan ayam serta nasi terhenti. "Eh?! Midorima-san mau ikut lomba itu?!"

"Apa aku gak cocok?" tanya Midorima.

"Kamu punya kesempatan menang," jawab Akashi. "Tapi, kalau aku ikut jelas aku yang menang. Karena aku absolut."

Takao mengunyah makanannya. Dia baru ingat bahwa si ketua OSIS katanua absolut. Tapi, Takao juga tidak tahu apa itu benar atau tidak. Katanya si ketua OSIS selalu kaya singa dan hanya bisa dijinakin oleh surai baby blue yang bagaikan malaikat yang selalu dijaga oleh ketua OSIS kemana-mana. Sayangnya tidak ada yang tahu hubungan mereka, lebih tepatnya tidak ada yang nekat mencari tahu.

"Aduh! Kakiku jangan diinjak dong, Tetsuya." keluh Akashi.

"Pokoknya, semangat ya Midorima-san." kata suara lembut yang Takao kenali sebagai suara Kuroko.

"Arigato, Kuroko."

***

Lorong masih sepi. Takao berjalan dengan earphone terpasang di telinganya. Dia berjalan menuju loker Midorima. Di tangannya ada selembar kertas dengan gambar buatannya serta sekotak susu.

Dia membuka pintu loker, menahan nafas ketika menimbulkan derit yang menggema di lorong. Dia memasukkan benda-benda di tangannya dengan cepat dan menutup pintu dengan hati-hati.

Tanpa pikir panjang, dia langsung berbalik dan menuju ruang kelasnya. Takao tersentak ketika dari arah tangga yang ada di dekat kelasnya muncul Midorima.

Mati aku.

to be continued

Terima kasih sudah membaca. Tekan bintang dan berkomentarlah!

Pelukan terima kasih dari semua karakter🤗

See you next chapter!

Spring SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang