KiKasa (KiseKasa)-4

246 40 5
                                    

Catatan:
Tokoh KnB BUKAN milik Author. Typo dan OOC kemungkinan besar akan terjadi.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Dua laki-laki dengan status pacaran itu duduk berhadapan di meja paling pojok di cafe tempat Himuro bekerja. Di meja yang memisahkan keduanya, tampak beberapa buku pelajaran yang terbuka.

Si surai kuning yang sedang meminum latte pesanannya hanya bertopang dagu, memandangi Kasamatsu yang berkutat dengan soal matematikanya. "Kenapa kita malah belajar-ssu?" tanyanya.

"Tadi kamu bilang bahwa kamu ingin kencan." kata Kasamatsu.

"Sejak kapan bilajar termasuk dalam kategori kencan, Yukio-cchi?!" rengek Kise.

Kasamatsu mengangkat bahunya. "Lagian kamu juga sudah menyetujui syaratku." kata Kasamatsu.

Kise cemberut. "Aku memang setuju membantu Yukio-cchi belajar, tapi enggak saat kencan-ssu!"

Kasamatsu memilih untuk tidak memedulikan pacar-nya yang terus merengek. Dengan cueknya, laki-laki bersurai hitam itu kembali mengerjakan soal sambil sesekali meneguk minuman yang dipesannya tadi.

"Yukio-cchi, apa kamu beneran enggak diganggu fansku-ssu?" tanya Kise.

Kasamatsu terdiam. Dia mengingat saat di mana dia harus langsung keluar kelas ketika istirahat dan pulang sekolah agar tidak dihampiri fans Kise yang nyeremin.

"Tidak." jawab Kasamatsu.

"Aneh," gumam Kise. "Padahal biasanya mereka nyeremin."

Kasamatsu hanya mengangguk-angguk. Dia mengetuk-ngetuk pulpen ke meja. Pikirannya melayang ke mana-mana. Membayangkan bila nanti dia harus menghadapi fans gilanya Kise, itu sukses membuatnya bergidik.

Elusan di kepala membuat Kasamatsu tersentak dan kembali ke dunia nyata. Dia mengerjap bingung dan memandangi pacarnya yang tersenyum (sok) polos sambil mengelus-elus rambut Kasamatsu yang sudah merinding.

Kasamatsu menepis tangan Kise sebelum memberikan lirikan tajam ke pacarnya itu. "Gak usah elus-elus!"

"Itu kan harus dilakukan pada pacar-ssu!" bela Kise.

Kasamatsu menggeleng dan kembali melanjutkan mengerjakan soal matematika yang tinggal tersisa 3 nomor itu. Setelah selesai, dia langsung memasukkannya ke dalam tas dan bertopang dagu. Memandang ke luar jendela.

Matahari sudah di puncak tertingginya. Kasamatsu asyik memperhatikan pohon sakura yang belum mekar. Belum saatnya untuk bunga-bunga merah muda itu memamerkan kecantikannya. Dia tidak menyadari bahwa Kise memotret dirinya dari samping karena keasyikan menikmati pemandangan itu.

"Menurut Yukio-cchi, kapan bunga-bunga itu akan mekar-ssu?" tanya Kise.

"Hm... 3 bulan, sepertinya," jawab Kasamatsu. "Kenapa?"

"Ketika acara ulang tahun sekolah, ya." gumam Kise.

Alis Kasamatsu tertaut, tanda bahwa dia bingung dengan gumaman Kise. "Memangnya kenapa?"

"Itu saat hubungan ini akan berakhir kan," kata Kise. "3 bulan."

Kasamatsu terdiam. Memang bahwa mereka penyepakati untuk berhubungan hanya selama 3 bulan. Sampai hari ulang tahun sekolah tiba.

"Iya." jawab Kasamatsu.

"Tapi, aku ingin lihat bunga sakura mekar bersamamu." kata Kise.

Kasamatsu terdiam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Ada yang mengganjal di hatinya. Akhirnya, Kasanatsu hanya mengangguk patah-patah.

"Kita bisa melihat bunga sakura mekar di siang hari," kata Kasamatsu. "Dan selesai di sore hari."

Kise terdiam. "Gitu juga tidak apa-apa ssu."

Kasamatsu mengangguk. Dia tersentak ketika Kise mengacungkan jari kelingkingnya. "Kenapa?"

"Janji-ssu?" tanya Kise.

Kasamatsu memiringkan kepalanya. "Janji apa?"

"Janji kalau kita akan melihat bunga sakura mekar bersama-sama ssu." jawab Kise.

Laki-laki bersurai hitam menghela nafas panjang. Dia tidak tahu bahwa pacarnya adalah seseorang yang begitu kekanak-kanakan. Mereka sudah SMA, kenapa sampai berjanji menggunakan janji kelingking? Apa gunanya janji semacam itu.

Kasamatsu memandang Kise yang masih memandang dirinya dengan mata berbinar. Laki-laki bersurai hitam itu menggigit bibirnya, melirik kelingking yang sedari tadi masih menunggu sambutan.

"Dasar kekanak-kanakan." gerutu Kasamatsu sambil menautkan kelingkingnya dengan kelingking Kise.

Kise tersenyum lebar. "Yukio-cchi yang terbaik!"

Kasamatsu menghela nafas. Hanya anak SMA macam Kise yang bosa senang hanya dengan janji kelingking. Kasamatsu merasa dia sedang diperhatikan, menoleh dan melihat Himuro dengan nampan kayu yang menutupi wajahnya dari hidung hingga mulut.

"Pasti dia sedang tertawa," batin Kasamatsu. "Awas saja nanti!"

Kise menjentikkan jemarinya di depan wajah Kasamatsu, membuat si rambut hitam tersentak. Kasamatsu memandang Kise dan memberi tatapan 'Kenapa?'.

Kise cemberut. "Apa yang Yukio-cchi lihat-ssu?"

Kasamatsu menunjuk Himoro yang masih mencoba menahan tawa, ketahuan dari tubuhnya yang bergetar dan dia yang mengigit bibir. "Teman sekamarku. Ada masalah?"

"Teman sekamarmu cowok-ssu?"

"Ya kali aku sekamar sama cewek!" seru Kasamatsu.

"Itu bibit-bibit perselingkuhan ssu."

Kasamatsu menghantam kepala Kise dengan buku menu dan menendang tulang keringnya di bawah meja, membuat si kuning alay meringis.

"Haah... Sudahlah, ayo pulang!" ajak Kasamatsu.

Kise bangkit dan mengikuti Kasamatsu tanpa banyak omong. Kasamatsu memberikan lambaian pada Himuro, dibalas dengan lambaian juga.

Keduanya berjalan dalam diam ke gedung asrama. Kasamatsu berhenti di depan pintu kamarnya, berbalik untuk memandang Kise yang masih berdiri sambil memandanginya.

"Di mana kamar asramamu?" tanya Kasamatsu.

"Di lantai bawah-ssu."

Kasamatsu nyaris meneriaki bocah di depannya. "Kenapa malah di sini?"

"Mengantar Yukio-cchi."

"Terima kasih," kata Kasamatsu. "Sekarang, sampai jumpa."

Kise menutup mata Kasamatsu, membuat Kasamatsu kaget. Lalu, laki-laki bersurai hitam itu merasa ada sensasi aneh di pipi kirinya. Begitu ia membuka mata, Kise tersenyum dan melambaikan tangannya sebelum berjalan pergi.

Kasamatsu menyentuh pipi kirinya. "Tadi... apaan...?"

to be continued

Terima kasih sudah membaca! Tekan bintang dan berkomentarlah bila ada yang ingin disampaikan!

See you next chapter!

Spring SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang