Part 8

680 59 1
                                    

Don't like don't read≈

Pagi hari ini tak seperti biasanya, gerimis terus membasahi kota Osaka sedari jam 12 dini hari. Tak ada suara burung seperti pagi sebelumnya, hanya terdengar suara air yang jatuh di telinga Temari.

Kedua manik Tosca nya menatap tetesan air yang mengalir dari kaca jendelanya, tangannya perlahan merosot di permukaan kaca yang terasa dingin, ketika menyentuh kulit telapak tangan Temari. Gadis itu sudah berada di sana sejak jam 5 subuh, dan hanya diam di temani suara jarum jam yang terus berbunyi.

Ia menghela nafas panjang, tak ada cahaya di kedua matanya. Tak dapat ia sembunyikan lagi seperti biasa kesedihannya, tak ada senyuman di wajahnya, kini wajahnya hanya menampilkan ekspresi sedih. 

Mata cantik dan menawan gadis itu kembali berembun, kini Liquit bening itu lagi-lagi turun membasahi pipi putih nan mulus sang gadis musim gugur.  Entah sudah berapa kali ia menangisi dirinya yang tak berguna Dimata keluarga Sabaku.

Kling!

Suara ponselnya berbunyi memecah keheningan di dalam kamarnya. Namun, tak ada niatan sama sekali untuknya beranjak dari hadapan jendela.

Drtt...drtt

Gadis itu tersadar dari lamunannya, ia langsung mengusap air matanya dan terpaksa berdiri. Kakinya berjalan mendekati ponselnya yang tergeletak di atas nakas sebelah ranjangnya.

Hyuga Hinata

Nama itulah yang tertera di ponselnya, tanpa berpikir panjang dan membuang waktu, gadis Sabaku itu langsung saja menggeser tombol hijau ke atas dan menempelkan benda pipih tersebut ke samping telinganya.

"Ohayou, Temari-chan," suara di sebrang sana menyapa dengan nada rendah. Temari hanya menjawab dengan gumaman, tak berbicara berjam-jam membuatnya takut jika Hinata mendengar suaranya yang bergetar.   "Sakura-chan, dan Ino-chan mengajak kita bertemu di cafe dekat taman kemarin," Hinata berucap dengan ragu.

"Aku akan bersiap," ucap Temari cepat, ia langsung memutuskan sambungannya sepihak, tanpa bertanya waktu pertemuan mereka terlebih dahulu. Gadis itu meletakkan kembali ponselnya di atas meja nakas, dan berjalan menuju kamar mandi.


***

Sabaku no Temari menghela nafasnya, pandangannya mengarah pada jendela di luar cafe tempat mereka bertemu, namun saat ia datang kemari, suasana cafe ini masih sangat sepi, bahkan hanya terdapat dirinya saja di dalam sana. Mungkin karena ini masih terlalu pagi, pikirnya.

Hening, di dalam sana begitu sunyi dan menenangkan. Terlebih lagi, di luar cafe ini terdapat taman yang dapat memanjakan mata bagi siapapun yang melihat bunga bermekaran di sana.

Beberapa menit menunggu, akhirnya sebuah suara familiar terdengar mengalun di telinganya "Temari-chan," atensinya teralihkan untuk menatap tiga gadis cantik yang tengah berjalan ke arahnya.

"Kenapa mendadak seperti ini, kau tidak tahu cuacanya membuat ku malas mandi," protes Ino. Ia sudah membuat waktu yang pas untuk pertemuan mereka, dan beberapa menit setelah itu rencananya di buat gagal dengan ucapan Hinata yang memberi tahu bahwa Temari akan bersiap pagi ini juga.

Ketiganya menarik kursi yang melingkari meja, setelahnya tak ada obrolan apapun yang keluar dari bibir masing-masing. "Ingin memesan sesuatu, nona?," Kini perhatian mereka tertuju pada pelayan cafe yang berdiri sambil membawa alat tulis, dan sebuah notebook.

"Pudding, Parfait strawberry, Yakitori, dan Dango," ucap Sakura mewakili teman-temannya.

Setelah menulis apa yang di ucapkan gadis pink tersebut, pelayan cafe itu mengeluarkan sebuah menu minuman "bagaimana dengan minuman untuk cuaca seperti ini, cafe kami sedang mengeluarkan menu baru, jadi kami akan memberikan diskon kepada pelanggan perta-,"

𝐅𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐫𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞Where stories live. Discover now