32.b

5.5K 402 136
                                    

"MAMAAAA ... HUAAAAA ... MAMAAAA ...."

Pagi itu kediaman Sasuke dan Hinata dikejutkan oleh suara jerit tangis Aimi. Hinata yang tengah menyiapkan sarapan bersama Koyuki dan Izumi pun bergegas naik ke kamarnya di lantai 2.

Anak-anak lain yang masih tidur pun terbangun, pun dengan Itachi. Namun, mereka kemudian kembali ke kamar masing-masing setelah tahu apa yang membuat Aimi bisa sehisteris itu. Mereka memilih bersiap untuk sarapan bersama.

Di kamar sudah ada Sasuke dan Yusuke yang tengah mencoba menenangkan Aimi, tapi gadis kecil itu tetap merengek mencari mamanya.

Semalam, mereka memang tidur berempat di kamar utama. Aimi sama sekali tak melepaskan pelukannya dari sang mama. Dia tidur dalam dekapan Hinata sepanjang malam. Lalu, saat bangun dan tak mendapati mamanya, kepanikan mulai menyerang. Aimi mengira Hinata kembali meninggalkannya, dan gadis kecil itu ketakutan. Jadilah dia menjerit seperti sekarang.

"Aimi kenapa, Sayang?"

Hinata perlahan mendekat. Saking terkejutnya ia sampai lupa melepaskan apronnya.

Aimi mengulurkan kedua tangannya ke arah sang mama. Saat Hinata sudah duduk di tepi ranjang, gadis kecil itu berpindah dari pangkuan papanya ke pangkuan mama dan memeluknya erat sekali.

Yusuke kembali berbaring di ranjang setelah melihat adiknya kembali tenang. Dia masih mengantuk karena baru bisa tidur lewat tengah malam.

"Kenapa mama tinggalin Ai?" tanya Aimi sembari terisak. Dia sungguh takut kalau mama benar-benar akan meninggalkannya seperti kata Nenek Haruka.

"Mama tidak meninggalkanmu, Sayang, hanya menyiapkan sarapan. Mama membuatkanmu ayam kecap. Ai mau?"

Aimi mengangguk dalam dekapan mamanya.

"Cumi lada hitamku, Ma?" tanya Yusuke dengan posisi berbaringnya.

"Mama buat, cepat Yuu mandi! Lalu kita sarapan," ujar Hinata sembari menepuk pelan kaki anak sulungnya yang tertutupi selimut. "Kau juga Sasuke." Hinata melirik suaminya yang malah ikut berbaring lagi di samping Yusuke. Lelaki itu hanya bergumam pelan. "Sekarang Ai mandi dulu ya." Anak perempuannya itu mengangguk.

"Ai mau mandi sama mama," rengek si kecil.

"Iya, mama temani Ai mandi."

Hinata tersenyum tipis, lalu mengecup kepala putrinya sayang sembari beranjak dengan Aimi yang masih berada dalam gendongannya.

"Lalu aku bagaimana, Hinata?" tanya Sasuke tiba-tiba. Lelaki itu sudah mendudukkan dirinya. Begitu juga dengan Yusuke.

"Bagaimana apanya? Kalian juga cepat mandi!"

"Kau tidak mengurusku?"

"Kau sudah dewasa, bisa mengurus dirimu sendiri. Aku mau mengurus anak-anakku. Ayo Yuu, cepat!"

"Tapi, Hinata—"

"Dasar manja!" potong Yuu seraya turun dari ranjang orangtuanya.

Sasuke berdecak melihat Hinata dan kedua anaknya berjalan menuju pintu tanpa menghiraukannya. Namun begitu, seulas senyum penuh kelegaan terbit di bibirnya setelah ketiganya keluar dari kamar. Betapa ia sangat bersyukur atas apa yang dia miliki sekarang. Istri yang begitu penyayang dan anak-anak yang baik. Dia rela melakukan apapun agar keluarga kecilnya selalu bahagia. Mengupayakan segalanya agar bisa terus melihat senyum mereka.

.

.

.

.

.

Operasi Sakura berjalan lancar. Beruntung luka tembak di perutnya tidak mengenai organ vital. Dia kemudian sadar sehari pasca operasi. Sakura masih harus banyak istirahat dan tidak boleh banyak bergerak agar lukanya tidak kembali terbuka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 07, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Crush On YouWhere stories live. Discover now