4

4.2K 542 47
                                    

Hinata duduk termenung di kursi panjang yang ada di depan ruang ICU tempat Shion dirawat, setelah beberapa saat yang lalu menemuinya. Kondisi sepupunya semakin menurun, dan sekarang para dokter tengah berusaha untuk menyelamatkannya.

Sasuke menghampiri lalu duduk si samping Hinata. Ia tampak khawatir melihat wajah Hinata yang semakin pucat, dengan mata yang sedikit sembab.

"Hey, kau tidak apa-apa?"

Hinata menoleh. Ia pikir lelaki itu sudah pulang. "Kau belum pulang?"

Sasuke menggeleng pelan. Bibirnya melengkungkan senyum tipis. "Aku tidak mungkin meninggalkanmu begitu saja."

"Boleh pinjam bahumu sebentar?" tanya Hinata dengan mata yang sudah berkaca.

Sasuke yang mengerti bahwa saat ini Hinata tidak baik-baik saja merentangkan kedua tangannya, menawarkan sebuah pelukan. Hinata tentu tak menolak, hatinya sedang tidak karuan, dan ia butuh sandaran. Setidaknya untuk sejenak menenangkan pikiran.

"Sudah, tidak apa-apa." Sasuke mencoba memberi penghiburan walau mungkin tak akan ada gunanya. Ia usap pelan punggung ringkih yang sekarang bergetar.

"Maaf, bajumu jadi basah." Hinata masih menyembunyikan wajahnya di dada lelaki itu.

Sasuke terkekeh pelan. "Tidak masalah. Lakukan saja kalau kau masih ingin menangis."

Sekali ini saja Hinata tak ingin peduli di mana dan siapa yang ia peluk. Hatinya kembali terluka, dan kini, bahkan hanya untuk sekedar berdiri rasanya tak mampu lagi.

Interaksi mereka tak luput dari perhatian kedua orangtua Shion, mantan calon mertua, termasuk Naruto yang berdiri di dekat pintu ruang ICU. Sejak kedatangannya, Hinata dan Sasuke memang sudah mencuri perhatian. Tak hanya mereka, bahkan orang-orang yang melihat keduanya pun bertanya-tanya, 'Apa yang sedang dilakukan Uchiha Sasuke di rumah sakit?', 'Siapa yang bersamanya?', dan pertanyaan-pertanyaan sejenisnya. Keluarga Namikaze memang sudah mendengar cerita Karin tentang Hinata yang kini sedang menjalin hubungan dengan pria Uchiha itu, tapi mereka tak terlalu yakin meski pernah melihat sendiri bagaimana dekatnya Hinata dengan keluarga Uchiha, dan sekarang ... saat melihat Hinata yang datang bersama Sasuke, haruskah mereka mempercayainya?

Naruto memalingkan wajah dengan rahangnya yang mengetat, tak mau melihat adegan yang bagi sebagian orang terlihat romantis itu. Ia sadar bahwa dirinya tak berhak lagi mengeluh. Hinata kini perempuan yang bebas setelah ia mengkhianatinya, tapi tetap saja rasanya sakit ketika harus melihat wanita yang masih ia cintai bersama lelaki lain.

Setelah cukup tenang, Hinata pun mengurai pelukannya. Ia berterima kasih pada Sasuke yang dibalas dengan senyuman hangat oleh lelaki itu. Bahkan ayah dari Aimi dan Yusuke tak segan menghapus sisa air mata di pipi Hinata, yang tentu saja, lagi-lagi membuat hati Naruto tercubit kala tak sengaja melihatnya.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Sasuke kemudian, dan hanya dibalas dengan anggukan pelan dan senyuman lemah oleh Hinata.

"Kau tidak pulang?"

"Kau sudah mau pulang?"

"Aku bertanya padamu, kenapa malah bertanya balik?" Hinata terkekeh pelan. "Sepertinya aku masih akan di sini sebentar lagi."

"Kalau begitu aku akan menunggumu."

"Aku tidak apa-apa. Lagipula ada keluargaku di sini. Kalau Aimi mencarimu bagaimana?"

"Kau tidak usah khawatir, aku sudah menelepon ibu. Ibu juga mengkhawatirkanmu."

Meski pelan, interaksi antara Sasuke dan Hinata itu nyatanya tak luput dari pendengaran orangtua Shion juga keluarga Namikaze, tapi tak satupun dari mereka yang berani menyela atau bahkan bertanya.

Crush On YouWhere stories live. Discover now