1

7.4K 643 81
                                    

Lima bulan. Bukan waktu yang lama memang, tapi setidaknya itu cukup untuk membuat Hinata kembali bangkit. Ia tak mau terus terpuruk hanya karena pengkhianat. Hidupnya bukan hanya untuk menangisi Naruto dan pernikahan mereka yang gagal. Hinata masih muda, cantik, dan cukup seksi meski tubuhnya tidak terlalu tinggi. Ia cukup percaya diri bahwa suatu saat akan mendapatkan lelaki yang lebih baik dari mantan tunangannya itu.

Walau selama berbulan-bulan ini Hinata hanya mengurung dirinya di dalam rumah, bukan berarti ia tidak tahu tentang gosip terbaru. Apalagi gosip tentang dirinya yang gagal menikah. Terima kasih pada Ino dan Karin, dua sahabatnya yang terkenal sebagai Ratu Gosip se-Konoha Raya. Berkat duet maut keduanya, Hinata jadi tahu berita yang sedang hangat dibicarakan.

Berbulan-bulan Hinata menjadi bahan pembicaraan sehingga membuatnya enggan keluar rumah. Naruto memang bukan artis, tapi profesinya yang seorang pengusaha muda sukses, juga putra semata wayang gubernur Konoha, tentu membuat ia cukup terkenal. Belum lagi Shion yang merupakan seorang model terkenal.

Jika dibandingkan dengan sepupunya, Hinata memang bukanlah apa-apa. Ia hanya kebetulan berteman sejak SMA dengan Naruto, lalu saling jatuh cinta ... sesederhana itu. Tapi, sekarang itu semua hanya masa lalu. Nyatanya, cinta saja tak cukup untuk mengikat hati seseorang, dan Hinata akan mengingatnya sebagai pelajaran.

"Jadi minggu depan kau mulai mengajar?" Karin yang tengah mengecat kuku Ino angkat bicara setelah Hinata selesai bercerita.

Malam ini Hinata memang kedatangan sahabat-sahabatnya. Karin, Ino dan Gaara. Satu-satunya lelaki di luar keluarganya yang diizinkan masuk ke apartemennya. Dulu ada Naruto, tapi sekarang, lelaki itu diharamkan menginjakkan kakinya lagi di sana.

Hinata mengangguk pelan atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Karin. "Gaara, aku mau dicat kuku juga," ujarnya seraya menyerahkan cat kuku berwarna hitam yang ia temukan dari kotak serba ada milik Ino.

Gaara berdecak, tapi ia tetap mengambilnya. "Kalau para wanita itu tahu aku mengecat kuku, hancur sudah harga diriku."

"Salahmu sendiri datang kemari. Sudah tahu ini acara girls time. Sekarang rasakan akibatnya." Karin menyambar. Memberikan senyum yang sarat akan ejekan pada satu-satunya lelaki yang ada di sana.

"Kau diam saja, mata empat!" Gaara merotasikan kedua matanya seraya membuka tutup botol cat kuku ditangannya. "Kemarikan tanganmu!" ujarnya pada Hinata.

"Ngomong-ngomong Hinata, kenapa kau malah menjadi guru TK? Padahal dengan pengalaman kerjamu selama ini, kau bisa saja bekerja di perusahaan besar." Ino yang sejak tadi penasaran pun akhirnya bertanya.

"Aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin mencoba suasana baru."

"Tapi kenapa harus guru TK? Tidak SMP, SMA, atau menjadi dosen sekalian seperti orang tuamu. Apa tidak sayang dengan gelarmu?" tanya Ino lagi.

"Aku memang sempat ditawari menjadi dosen di tempat ibuku dulu mengajar, tapi aku tidak mengambilnya. Aku sedang tidak ingin pusing. Saat ini aku hanya ingin bersenang-senang dulu."

"Bukannya menjadi guru TK malah lebih pusing?" Gaara yang tengah serius mengoleskan kutek di kuku Hinata mengerutkan dahinya. "Belum lagi mereka itu berisik sekali. Mau makan berisik, mau pipis berisik, mau tidur juga berisik. Shikadai yang pendiam saja bisa sangat menyebalkan kalau sedang ada maunya," lanjutnya. Shikadai adalah keponakan Gaara. Putra semata wayang kakak perempuannya.

"Buatku itu tidak masalah. Lagipula, kalian tahu sendiri kan kalau sejak dulu aku suka dengan anak-anak."

"Aku sih terserah padamu." Karin mengedikkan kedua bahunya sembari memilih warna cat kuku yang akan ia gunakan. "Ino gantian!" katanya. Ia menyerahkan kutek berwarna kuning lemon pada Ino yang masih meniup-niup jemarinya.

Crush On YouWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu