18

2.7K 382 12
                                    

Rumah keluarga Hyuuga memang tak sebesar kediaman Uchiha, juga masih lebih kecil dibanding rumah milik Sasuke sendiri, tapi tak bisa dibilang sederhana juga. Karena nyatanya, halaman belakang rumah itu cukup luas. Ada beberapa pohon apel dan jeruk berjejer rapi di salah satu sudut taman. Bahkan ada pula pohon cherry, plum, dan nectarin yang tumbuh pendek. Buahnya lebat, tapi sayang belum waktunya matang. Mungkin 2-3 minggu lagi baru bisa dipanen. Ada juga pohon anggur yang merambat lebat di samping gazebo yang berhadapan dengan kolam ikan. Bakal-bakal buahnya sudah mulai terlihat, masih sangat kecil, tapi yakin akan sangat lebat. Di salah satu sudut lainnya, tanaman sayur mayur beragam jenis tertata rapi. Terlihat begitu asri dan memanjakan mata. Sepertinya tuan rumah ini senang bercocok tanam.

Selepas makan malam tadi, Sasuke meminta izin untuk berbicara dengan Hiashi. Sementara Toneri dan Neji menemani sang mama bersama Sakura dan Aimi. Awalnya Hinata ikut bergabung, tapi pada akhirnya ia memilih untuk menyepi di halaman belakang rumah. Tempat favoritnya saat sedang gundah.

Entah sudah berapa lama Hinata duduk termenung di gazebo sambil memandangi kolam yang beriak kecil saat ikan-ikan koi peliharaan ayahnya bergerak kesana-kemari. Ia sangat suka berlama-lama duduk di sini. Terasa damai, terlebih saat suasana hatinya sedang tidak baik seperti saat ini.

Pikirannya saat ini tengah berkelana. Memikirkan beragam kejadian yang akhir-akhir ini menimpa hidupnya. Dimulai dari kegagalan pernikahannya dengan Naruto kurang lebih setahun yang lalu, sampai memutuskan untuk menerima Sasuke yang bahkan belum ia kenal lama untuk menjadi kekasihnya.

Terkadang, Hinata berpikir kalau ia sudah gila. Dia bukannya takut untuk menjalin hubungan yang baru, walau rasa khawatir kembali dikhianati itu pasti ada. Hubungannya dengan Naruto yang sudah 10 tahun pun bukan perkara mudah untuk dilupakan. Lalu sekarang, hanya dalam hitungan bulan ia sudah menjadi kekasih orang, yang bahkan belum genap setengah tahun ia kenal.

Belum lagi masalah yang kini tengah dihadapinya. Ia pikir, dengan menjadikan Sasuke sebagai kekasihnya dan membuat publik tahu akan hubungan mereka dapat membuat bibinya menyerah. Tapi, nyatanya tidak. Lalu, bagaimana lagi agar bibinya mengerti bahwa hatinya tak menginginkan lagi Naruto sebagai pendampingnya? Ia juga tak berniat menjadi ibu bagi Shina.

Baiklah, jauh dalam lubuk hatinya, ia masih menyimpan rasa pada lelaki Namikaze itu. Hinata juga tak bisa untuk membenci keponakannya sendiri, tapi bukan berarti ia mau kembali dan menjadi pengganti.

Hinata memang sudah berjanji untuk membantu merawat Shina, karena bagaimanapun bayi itu adalah keponakannya, tapi bukan sebagai ibunya. Hatinya tidak sekuat itu untuk menerima anak dari orang yang telah mengkhianatinya. Meski tak bisa membenci, tapi setiap kali melihat Shina, ia akan selalu teringat dengan perselingkuhan tunangan dan sepupunya sendiri sampai menghasilkan seorang anak. Juga kegagalan pernikahannya yang sudah di depan mata, dan ... itu menyakitkan. Ia tak ingin lagi terlibat dengan masa lalu. Hatinya perlu istirahat dari segala rasa sakit yang ia alami.

Helaan napas berat terdengar entah untuk keberapa kalinya. Hinata kembali terhanyut dalam memori lama hingga tak menyadaru kehadiran seseorang yang kini berdiri hanya beberapa langkah dari tempatnya duduk.

Sasuke tersenyum tipis saat melihat kekasihnya tengah melamun. Ia kembali melangkah dan duduk di samping Hinata yang masih belum menyadari keberadaannya.

"Jangan melamun di tempat sepi seperti ini, Hinata. Bahaya!" ujarnya, berbisik tepat di telinga kekasihnya yang langsung terkejut.

"Sasuke, kau mengejutkanku. Jangan datang diam-diam dong!"

"Aku tidak datang diam-diam. Kau saja yang terlalu serius melamun. Kenapa lagi, hm?"

"Kau sudah selesai bicara dengan papa?" Bukannya menjawab, Hinata malah mengajukan pertanyaan pada kekasihnya, yang dibalas dengan sebuah anggukkan. "Apa yang kalian bicarakan?"

Crush On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang