15

3.3K 404 43
                                    

"Kalian mau kencan, ya?" tanya Ino antusias.

"Hanya makan malam," balas Sasuke. Ia duduk di kursi bekas Karin. Perempuan itu mengalah, dan pindah ke sisi Gaara.

"Kenapa tidak sekalian kencan saja?" Karin ikut menimpali. Sesekali ekor matany melirik sang sepupu yang masih bergeming di tempatnya. Sengaja memang. Biar panas sekalian.

Sasuke tersenyum tipis. "Well ... anggap saja ini kencan kalau begitu," katanya. Tatapannya kini beralih pada pria yang duduk di hadapan Hinata. "Kau di sini juga, Tuan Namikaze? Maaf aku tidak melihatmu tadi."

Naruto mengedikkan bahunya. "Aku ada acara dengan temanku di sini, kebetulan bertemu dengan mereka. Sudah lama kami tidak berkumpul, jadi sekalian saja aku ikut bergabung."

Sasuke mengangguk paham. "Bagaimana keadaan putrimu? Apa sudah lebih baik?"

"Tentu saja. Semua berkat Hinata." Naruto melirik mantan tunangannya. Perempuan itu menundukkan kepalanya. Ia terlihat tak nyaman. Tatapan Naruto pun kembali beralih pada lawan bicaranya. "Hinata sangat membantu merawat putriku. Dia calon ibu yang baik," ujarnya. Suaranya melembut di akhir kalimat.

"Aa ... aku setuju denganmu. Kekasihku ini memang sangat menyukai anak-anak." Sasuke menggenggam sebelah tangan Hinata. "Jangankan dengan putrimu yang keponakannya sendiri, pada anak-anakku saja dia sangat sayang. Aku benar-benar merasa beruntung memilikinya." Pria itu menatap lembut kekasihnya, lantas saling berbagi senyuman. Tentu saja itu juga tak luput dari penglihatan Naruto.

Karin dan Ino diam-diam berseringai, sementara Gaara dan Sai memilih diam menjadi pengamat saja.

Naruto terdiam. Ucapan Sasuke benar-benar menohok jantungnya. Miliknya? Benarkah Hinata benar-benar sudah jadi milik lelaki itu?

"Mau pergi sekarang?"

Hinata benar-benar sudah tak nyaman. Sebelum pembicaraan ini berlanjut dan semakin membuat suasana semakin tak enak, lebih baik ia segera mengajak Sasuke angkat kaki dari sana.

"Boleh. Apa kau sudah lapar?"

Hinata mengangguk, walau nyatanya ia sama sekali belum lapar, tak ada alasan yang lebih bagus selain mengiyakan. "Mau makan di mana?"

"Kau mau apa?"

"Hmm ... Sushi?" Terdengar tak yakin, karena sesungguhnya Hinata memang asal menyebut saja.

"Aku tahu sushi yang enak," kata Sasuke kemudian.

Hinata mulai membereskan barang bawaannya. Saat melihat sebuah kunci ia baru ingat sesuatu. "Oh iya, mobilku bagaimana?" tanyanya sembari menatap Sasuke.

"Biar aku yang bawa. Aku tidak bawa kendaraan." Karin segera menimpali. Ia memang tidak membawa mobilnya, karena tadi datang bersama Gaara. Tentu saja Ino dan Hinata tidak tahu itu.

"Kau tidak kencan dengan Gaara?" Hinata menoleh ke arah Karin, menatapnya dan Gaara bergantian. Senyuman jahil tersemat di bibirnya.

Karin mendengkus, dengan semburat merah yang kembali menghiasi pipinya. "Tidak perlu," jawabnya ketus.

Hinata mengedikkan bahunya seraya menyerahkan kunci mobil pada Karin. "Jaga baik-baik kesayanganku ya, Karin," katanya, dan Karin tak segan untuk merotasikan kedua matanya.

"Sudah sana!" kata Karin setengah mengusir.

"Selamat bersenang-senang ya kalian." Ino segera menimpali. Mengabaikan eksistensi mantan tunangan Hinata yang hanya bisa terdiam menahan semua yang dirasakannya saat melihat interaksi mereka.

Hinata pun berpamitan, begitu juga dengan Sasuke. Pria itu lantas menoleh ke arah Naruto yang sejak tadi mencuri pandang pada kekasihnya. "Kami permisi dulu, Tuan Namikaze."

Crush On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang