7

3.7K 501 81
                                    

Naruto memutuskan kembali ke ruangan putrinya dirawat. Karin tengah menonton televisi saat ia masuk, sementara Shina, bayi itu terlelap di boxnya.

"Kau sudah kembali?" tanya Karin sekedar basa-basi, dan Naruto membalasnya dengan gumaman.

Lelaki itu menaruh kantung makanan ke atas meja, kemudian berjalan menuju lemari dan memasukkan beberapa barang yang tadi ia bawa ke dalamnya. Ia melihat putrinya sejenak sebelum duduk di sofa tunggal samping sepupunya.

Karin melirik ke arah Naruto yang hanya terdiam dengan pandangan yang sedikit ... kosong? Entahlah.

"Kau kenapa?"

Julukan Karin sejak SMA adalah Duo Master Juliders bersama Ino, jadi ia tak tahan untuk tak bertanya dan memuaskan rasa ingin tahunya.

Naruto menghela napasnya cukup panjang, sebelum menatap sepupunya. "Karin ... apa Hinata benar-benar berkencan dengan Uchiha Sasuke?"

"Huh? Kenapa kau bertanya hal ini? Bukankah kau sudah melihat gosipnya? Lagipula, kau juga melihatnya sendiri bukan saat pernikahan Ino?"

Karin memperhatikan gelagat sepupunya. Ia cukup terkejut mendengar pertanyaan Naruto barusan, juga sedikit tak menyangka lelaki itu akan bertanya demikian.

"Saat di pernikahan Sai dan Ino, aku masih tidak yakin. Selama ini, yang aku tahu Hinata mencintaiku, kami sudah lama bersama, dan ... dia tak akan semudah itu melupakanku."

"Percaya diri sekali kau ini."

"Aku cukup mengenal Hinata dengan baik, Karin."

Karin berdecih, lalu membuang muka. Tatapannya kembali ke arah televisi walau fokusnya kini tak lagi ke sana. Tak bisa ia sangkal kalau apa yang dikatakan Naruto memang ada benarnya. Meski Hinata seringkali menunjukkan kalau ia baik-baik saja, sudah move on dari masa lalu, tapi ia, Ino, bahkan Gaara pun tahu kalau sahabat mereka masih menyimpan rasa pada mantan tunangannya.

"Aku benar, kan?"

Naruto kembali berkata. Ia masih menatap Karin. Menuntut sang sepupu untuk menjawabnya, meski ia tahu perempuan itu tak bisa ia harapkan.

Karin mengedikkan bahunya. Berusaha setenang mungkin agar tak terpancing. "Aku tidak tahu. Kalau soal itu hanya Hinata sendiri yang bisa menjawabnya. Yang aku tahu, ia sudah mulai membuka diri untuk orang lain sekarang. Jadi kau jangan mengganggunya. Lagipula, walaupun seandainya Hinata masih mencintaimu, tapi kau sudah mengkhianatinya. Kau belum lupa bagaimana prinsipnya, bukan?"

"Aku tahu," kata Naruto lesu. "Aku juga masih mencintai Hinata. Rasa cintaku padanya tak pernah berkurang, bahkan hingga detik ini."

"Lalu kenapa kau menyakitinya? Kenapa kau berselingkuh, dengan sepupunya sendiri pula? Bahkan sampai menghasilkan seorang bayi. Kau benar-benar sudah tidak waras, Naruto."

"Sudah kubilang kalau waktu itu aku mabuk. Aku tidak sadar dengan—"

"Baiklah, yang pertama kau mabuk. Lalu setelahnya?" Karin memotong ucapan Naruto. Membicarakan hal ini membuatnya lebih cepat tersulut emosi. Kesabarannya benar-benar diuji. Kalau saja ini bukan di rumah sakit, dan tidak ada keponakannya, sudah pasti Karin akan memaki sepupu tololnya ini. "Aku yakin kalian tidak hanya sekali melakukannya." Perempuan itu tersenyum sinis menatap sang sepupu yang kini hanya terdiam membisu.

Karin beranjak dari duduknya. Rasanya ia membutuhkan udara segar saat ini. Berbicara dengan Naruto benar-benar membuat tekanan darahnya naik.

"Aku akan menyusul Hinata. Sepertinya aku juga butuh kopi."

Naruto mengikuti pergerakan Karin yang tengah memakai kardigannya sebelum kemudian berjalan menuju pintu.

"Hinata ada di ruang IGD."

Crush On YouWhere stories live. Discover now