21

3.1K 373 48
                                    

Baru saja Hinata menapakkan kaki di unit apartemennya setelah 5 hari menghabiskan waktu di Korea bersama Sasuke dan Aimi, dia sudah disambut dua makhluk keturunan Papa Hiashi yang lainnya.

"Kalian sudah pulang?" tanya Hinata sedikit gugup melihat raut wajah kedua kakaknya yang nampak tak bersahabat.

"Duduk sini!"

Toneri menepuk tempat di sampingnya. Meminta sang adik untuk segera duduk. Hinata menurut dan menghempaskan bokongnya di samping kakak sulungnya.

"Ada apa, sih? Kenapa muka kalian kusut begitu?" tanya Hinata setenanh mungkin. Padahal dalam hati ia tengah merapalkan segala macam doa agar kedua saudaranya tak murka. Berlebihan memang pikirannya.

"Kau dari mana?" Daripada menjawab pertanyaan Hinata, Toneri justru balik bertanya. Lelaki itu sudah tahu, tapi ia ingin mendengar sendiri jawaban dari mulut adiknya.

"Aku ... anu ... i-itu—" Kepala Hinata menunduk. Rasanya berat sekali hanya sekedar bilang 'Aku ke Korea dengan Sasuke'. Lagipula, ia yakin kalau pertanyaan Toneri itu hanya sekedar basa-basi. Mereka sudah tahu ia pergi ke mana. Tapi, melihat wajah Toneri dan Neji yang seperti terkena konstipasi sedikit menyiutkan nyalinya. Butuh sedikit waktu hingga akhirnya Hinata memberanikan diri untuk menghadapi kedua kakaknya. Toh, lama-lama juga ia pasti akan melewati hal semacam ini.

Hinata menarik napas sejenak dan menghembuskannya pelan sebelum kembali bicara. "Baiklah, karena sepertinya kalian juga sudah tahu, jadi ... apa yang mau kalian tanyakan?" Ditatapnya bergantian kedua kakak yang sedari tadi diam menunggu ia bicara.

Toneri mendesah seraya menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa. "Jadi benar?" katanya, dan secepat kilat merubah kembali posisi duduknya menjadi miring menghadapnya. "Kau serius, Hinata? Coba pikirkan sekali lagi!"

Hinata mengangguk yakin. "Ku pikir, hanya ini jalan satu-satunya."

"Kau mencintainya?" Neji yang sedari tadi memilih diam kini angkat bicara. Tatapannya lurus, menghunus tepat ke dalam mata saudari kembarnya. "Kalau kau mencintainya, aku akan mempertimbangkan. Tapi, kalau kau memutuskan bersamanya hanya untuk menghindari bibi dan Naruto, aku keberatan," tambahnya.

Hinata tak bisa menjawab. Hatinya masih bimbang. Dia tidak tahu, dan masih bingung dengan perasaannya sendiri pada Sasuke. Namun yang pasti, dia merasa nyaman dan aman saat bersama lelaki itu.

"Kau tidak bisa menjawabnya?" tanya Neji sembari tersenyum sinis.

"Bisa tidak kita bicarakan ini besok saja? Aku lelah dan ingin istirahat. Besok akan aku katakan apapun yang ingin kalian ketahui."

Toneri mengangguk. Walau banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan, tapi dia tak setega itu. Dia tahu Hinata lelah, dan tak ingin membuatnya lebih tertekan.

"Hm, sana istirahat! Besok kita bicara lagi. Kami ingin dengan sendiri darimu, bukan dari orang lain."

"Aku mengerti. Besok aku akan menjelaskannya," balas Hinata seraya mengangguk pelan. Namun, saat hendak beranjak Toneri menahan lengannya.

"Jangan salah sangka, kami bukannya ingin menghalangi kebahagiaanmu. Aku dan Neji melakukan ini karena kami sangat menyayangimu. Kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya tak ingin kau kembali terluka. Kau mengerti maksudku, kan?"

Hinata kembali mengangguk. Ia sempatkan untuk memeluk Toneri yang duduk di sampingnya. "Aku tahu. Kalian tidak perlu terlalu khawatir. Aku baik-baik saja sekarang," katanya sebelum mengurai pelukan. Dia mengecup pipi sang kakak sebelum benar-benar beranjak dari duduknya. Sedikit melirik pada saudara kembarnya yang tengah menatapnya. "Apa? Kau mau aku cium juga?"

Crush On YouWhere stories live. Discover now