26

2.3K 374 97
                                    

Duh yaa, kemaren netijen pada nyepam 🤦🤦
Part ini berpotensi menyebabkan tekanan darah tinggi. Jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan. Panci, teflon, bakiak juga singkirkan. Jangan sampe melayang!!

Beklah, silahkan baca, Esmeralda!
Jangan lupa banyak2in sabar sama istighfar 🤗🤗

.

.

.

.

.

Hinata memerhatikan dokter Kabuto yang tengah memeriksa tanda-tanda vital pada Sasuke. Air matanya masih sempat menetes, tapi kali ini bibirnya tak lepas mengulas senyum. Beribu syukur ia panjatkan atas sadarnya sang tunangan. Sekarang, ia bisa sedikit bernapas lega.

Saara merangkulnya. Tangannya mengusap lembut lengannya. Wanita itu juga mengulas senyum sepertinya. Toneri dan Suigetsu berada di luar. Mereka tengah menghubungi keluarga dan kerabat untuk memberitahu bahwa Sasuke telah siuman.

Lebih dari 20 menit kemudian pemeriksaan itu selesai. Beberapa peralatan yang tadinya terpasang di tubuh Sasuke satu per satu dilepaskan oleh para perawat. Menyisakan selang oksigen yang menempel di hidungnya serta cervical collar yang terpasang di lehernya. Lelaki itu belum boleh banyak bergerak.

"Selamat, Hinata," ujar dokter Kabuto setelahnya yang hanya dibalas dengan anggukkan dan senyuman oleh Hinata. "Kami akan segera menjadwalkan untuk melakukan operasi pada Sasuke. Tolong nanti sampaikan pada Itachi agar segera menemuiku."

Hinata kembali mengangguk. "Baik, dokter. Akan aku sampaikan, dan ... terima kasih. Tolong usahakan yang terbaik untuk Sasuke."

"Tentu saja." Kabuto tersenyum tipis. "Sasuke itu temanku. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk kesembuhannya."

"Sekali lagi terima kasih, dokter Kabuto."

Kabuto mengangguk pelan. "Kalau begitu aku permisi dulu."

Tepat setelah dokter Kabuto keluar, Toneri dan Suigetsu kembali masuk ke dalam ruangan. Hinata masih menunggu beberapa perawat menyelesaikan tugasnya, dan kurang dari 10 menit kemudian semuanya selesai.

"Kami permisi, Nona. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa segera menghubungi kami," ujar salah satu dari mereka.

Hinata mengangguk seraya mengucapkan terima kasih sebelum para perawat itu keluar ruangan. Lalu ia segera menghampiri Sasuke. Lelaki itu hanya bisa menggerakkan kedua bola matanya.

"A-pa yang t-terjadi?"

Sasuke bergumam. Suaranya sangat pelan hingga nyaris tak terdengar. Hinata hanya dapat menangkap gerakan bibirnya saja.

"Jangan bicara dulu! Kau masih harus banyak istirahat, Sasuke."

Sasuke memejamkan kedua matanya saat rasa sakit menyerang kepalanya. Hinata terlihat khawatir saat mata lelaki itu kembali tertutup.

"Sa-Sasuke, a-apa kau ... tidur?" Tak ada jawaban, dan rasa takut itu kembali menyerangnya. Melihat tunangannya berada dalam kondisi antara hidup dan mati adalah yang terburuk. Sungguh, Hinata tak ingin melihatnya lagi.

"Sasuke, k-kau hanya tidur, kan?" ulangnya seraya mengusap lengan lelaki itu dengan gerakan yang sangat halus. Sampai kemudian Sasuke kembali membuka kedua matanya, dan Hinata pun merasa lega. Terlebih, saat bibir kekasihnya mengulas senyuman lemah.

"Benar, kau hanya tidur. Hanya tidur." Hinata mengulang ucapan itu bagaikan mantra. Sasuke-nya sudah siuman sekarang. Semuanya sudah berakhir. Kalaupun dia memejamkan kedua matanya, itu hanya karena Sasuke benar-benar tidur. Bukan koma seperti sebelumnya.

Crush On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang