_47_

538K 54.2K 18.6K
                                    

Abi menghela nafas setelah membaca pesan masuk di ponselnya. Ia bergegas memasukkan alat tulisnya ke dalam tas lalu berjalan menuju kelas ghea.

Langkah abi sempat terhenti ketika beberapa teman kelas ghea keluar dari kelas. Setelah mendapat ruang, abi masuk. Ia bisa melihat ghea yang dengan santainya memasukkan alat tulis ke dalam ransel berwarna biru pastel kesayangannya.

Menyadari keberadaan abi, ghea mendongak. Pergerakannya terhenti. "Apa?"

"Ponsel lo mati?" abi terlihat serius, tidak ada raut tengil seperti biasanya.

"Iya."

Abi mengusak pelan rambutnya, "ada rey di depan. Katanya ada hal yang harus lo tau."

"Okay." balas ghea singkat, ia menyandangkan ranselnya lalu berjalan begitu saja melewati abi.

Ami yang melihat itu tersenyum kecil, ia menyempatkan menepuk pelan pundak abi sebelum berlalu meninggalkan kelas.

Beberapa anak enfant yang berdiri menunggu abi tertawa meledek ketua mereka.

"Oy sadboy, daripada bengong mending pulang yuk."

°°°

Ghea berdecak pinggang karena merasa rey terlalu mengulur waktu sedari tadi. Ghea sudah bertanya sejak mereka di gerbang sekolah hingga saat ini mereka berada di parkiran apartemen, tetap saja tidak mendapat jawaban.

"Rey, kalau kamu diem terus gini. Kakak tinggal ya." ancam ghea pada akhirnya.

Rey menghela nafas, ia menatap sendu kakak perempuannya. "Eyang meninggal kak."

Ghea terdiam sejenak. Ia merasakan jiwanya terlepas dari raganya. Sepersekian detik, ghea tersenyum tipis. Sangat tipis.

"Oh."

Hanya kata tersebut yang mampu keluar dari mulut ghea.

"Kak." rey mengusap pelan pundak kakaknya.

"Gue harus bereaksi apa? Senang? Sedih? Marah? Gue bingung rey."

Rey mengangguk mengerti. "Lo nggak harus bereaksi apa-apa. Yang penting lo tau kabar ini."

Ghea menunduk, menatap nanar pada kedua kakinya yang terbalut sepatu berwarna hitam.

"Eyang bahkan belum minta maaf sama gue." ghea berseru lirih.

"Maafin eyang ya kak?"

"Rey, sekali lagi gue dengar lo minta maaf untuk seseorang, jangan pernah berharap lo bisa ketemu gue lagi. Maaf untuk lo mungkin suatu hal yang biasa, tapi di hidup gue, maaf bukan kata yang semudah itu untuk di terima."

Ghea mundur selangkah. "Biar gue sendiri dulu beberapa hari ini. Jangan ganggu gue."

°°°

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AbigheaWhere stories live. Discover now