_29_

506K 56.9K 22.6K
                                    


Everything i was afraid of happening, happened.

°°°

Ghea berjalan di koridor sekolah dengan santai, ketika masuk kedalam kelasnya, teman kelas ghea menatap ghea dengan tatapan horor.

Mendadak ghea merasa perasaannya tidak enak. Ia berjalan ke tempatnya, banyak coretan di kursinya, juga ada beberapa lembar kertas yang isinya penuh cacian makian.

Ghea tau siapa pelaku ini, enfant.

Ghea menghela nafas berat, kini ia menjadi sasaran bully oleh anggota enfant. Dulu ghea sering, bahkan hampir setiap hari diperlakukan seenaknya oleh anak-anak enfant, tapi semenjak abi mengetahuinya, tidak ada lagi yang berani menindas ghea.

Ghea menoleh ke kursi ami, tampaknya ia datang terlambat hari ini. Ghea tau, mulai hari ini, ia kembali kehilangan temannya disekolah. Tidak akan ada yang berani mendekatinya, kalaupun ada yang berani, maka mereka akan memiliki nasib yang sama dengan ghea.

Ghea meletakkan tas nya, baiklah, ia kembali sendiri saat ini. Hari ini dan seterusnya akan kembali berat. Ghea harus terbiasa tanpa abi juga ami.

Terdapat sebuah panggilan masuk di ponsel ghea, dari ami.

'Halo?'

'Lo udah disekolah ghe? Gue kesiangann'

'Mi.' suara ghea melirih, matanya menatap lembaran kertas diatas meja.

'Apa?'

'Gue benci sama lo.'

'Hah? Apasih ghe, ulang tahun gue masih lama. Nggak lucu ah, bentar ya i'm coming nihhh'

'Gue serius.'

'H-hah? Gue ada salah ya?'

'Iya, gue benci sama lo karna lo pacaran sama anak enfant.'

Bohong, ghea sepenuhnya bohong.

'Ghe-'

'Gue benci lo mi, gue benci enfant, gue benci vanya. Gue benci kalian. Gue tutup.'

°°°

Ami berlari memasuki kelas, ia menemukan ghea yang tengah menelungkupkan kepalanya diatas meja. Mata ami menatap lembaran surat diatas meja, tangannya mengepal.

"Ghea." panggil ami dengan pelan.

Ghea mengangkat kepalanya, buru-buru menyembunyikan kertas yang sebenarnya sudah dibaca oleh ami.

"Gue udah baca." dingin, nada bicara ami terdengar asing.

Ghea hanya diam, menatap ami lekat-lekat. Ghea tau ami kecewa padanya, tapi ghea tidak ingin ami ikut terseret dalam masalahnya.

Ami merampas kertas dalam genggaman ghea, ia mengangkatnya tinggi-tinggi. "Ini kan? Ini kan alasan lo bilang benci sama gue? Ghe, harus berapa kali gue bilang sama lo? Gue nggak peduli ghe, mau gue ikut di tindas juga nggak apa karna gue nggak mau nyesel dikemudian hari. Bahkan kalau lo minta gue putus sama Farhan, detik ini juga gue lakuin."

"Egois lo."

"egois? Gue?" ami balas menatap ghea. Tanpa keduanya sadari, keduanya menjadi pusat perhatian teman sekelasnya.

"Iya. Lo egois. Lo nggak mikirin perasaan Farhan emangnya? Lo tau nggak sih mi sakitnya di tinggal orang yang lo sayang karena dia lebih milih sahabatnya? Jangan buat pilihan yang buat lo sakit juga. Gue nggak mungkin buat temen gue kesusahan ami."

AbigheaWhere stories live. Discover now