_34_

542K 55.3K 13.1K
                                    

sorry -justin bieber

°°°

"Yakin nggak mau bareng?"

Ghea menggeleng sekali lagi untuk meyakinkan ami.

"Yaudah, kalau gitu gue duluan ya ghe."

Ghea mengangguk lalu melambaikan tangannya kala mobil yang ami tumpangi perlahan menjauh. Ghea menghela nafas, ia berjalan santai menuju halte bis terdekat.

Matanya menangkap seseorang yang nampak tidak asing dari belakang. Ghea mendekat, ia hanya ingin memastikan. Yakin seratus persen bahwa orang dihadapannya adalah rey, ghea berniat menunggunya hingga menoleh.

Namun dugaannya salah, rey malah berjalan menyeberangi jalan. Sayangnya, rey tidak menyadari sebuah motor yang melaju kencang ke arahnya. Dengan cepat ghea menarik tangan rey dengan kencang.

Tubuh keduanya hampir saja jatuh ke tanah jika para pengguna jalan tidak membantu mereka. Setelah meyakinkan bahwa mereka baik-baik saja, pengguna jalan yang menolong rey dan ghea meninggalkan kedunya.

Ghea menatap tajam adiknya. "Nggak bisa ya nggak ceroboh sedikit aja?"

Rey tidak fokus, ia malah menatap lekat kakaknya. Sepersekian detik, tubuh ghea sudah berada dalam pelukan rey.

Ghea hanya diam, membiarkan adiknya berbuat sesukanya. Karena rey tak kunjung melepas pelukan keduanya ditambah mereka menjadi pusat perhatian, ghea melepas pelukan terlebih dahulu.

"Ikut kakak." ghea menarik tangan rey.

Rey menahan tangan ghea. "Pulang ya kak?"

"Pulang? Sounds good, tapi sayangnya kakak nggak punya rumah." sarkas ghea, ia memilih untuk menarik tangannya. "Kamu lebih baik pulang daripada berusaha bujuk kakak untuk pulang. Percuma pulang kalau tempat pulang yang kakak tuju nggak bisa buat kakak nyaman. Itu bukan rumah namanya."

Rey menghela nafas pasrah. "Yaudah, aku antar kakak ke rumah baru kakak kalau gitu."

"Nggak usah."

"Kak, ya? Aku bawa motor, daripada naik bis, udah lama, buang ongkos juga."

Melihat ghea hanya diam, akhirnya rey menarik tangan ghea ke tempat dimana motornya di parkir. Seolah sudah mempersiapkannya, rey mengulurkan helm untuk ghea. Bahkan dengan manisnya, rey mengikatkan jaketnya di pinggang ghea.

°°°

Rey menelisik rumah baru yang ghea tempati, lebih tepatnya apartemen mungkin. Tempat ini walaupun sedikit sempit terasa nyaman bagi rey, rey sempat memperhatikan sekitar, meyakinkan dirinya tidak ada yang mencurigakan di tempat yang kakaknya tinggali saat ini.

Menyusul ghea ke dapur, rey memperhatikan kakaknya yang tengah meminum segelas air putih.

"Mau?" tanya ghea kala rey memperhatikannya lekat-lekat.

Rey menggeleng, tangannya menunjuk bingkai yang di pajang di dekat televisi. "Oh iya foto di bingkai itu."

Ghea yang tengah menenggak minum hampir saja menyemburnya, "k-kenapa?"

"Kakak cowok itu semalem diri hampir semalaman di depan rumah."

Ghea terdiam, abi? Untuk apa?

"Kamu yakin nggak salah liat?" ghea memastikan.

Rey mengangguk. "Yakin. Tatapannya kayak bersalah banget, dia orang yang nyakitin kakak?"

Ghea berpura-pura mencuci gelas bekas minumannya. "Kamu kalau nggak ada hal penting, mending pulang."

AbigheaWhere stories live. Discover now