_42_

580K 53.8K 19.1K
                                    

Ami membuka pintu ruang rawat ghea dengan kencang. Ghea yang tengah berbaring merubah posisinya menjadi duduk.

Ami maju mendekati ranjang, tanpa ragu ia melayangkan tamparan ringan di wajah ghea. Ami menatap ghea dengan tatapan kecewa, matanya berkaca bahkan memerah.

Farhan yang memahami suasana segera menarik abi yang tengah terperangah ke luar ruangan.

"Selama ini lo anggap gue apa sih ghe?" ami berseru lirih. "Lo minta gue selalu ada di sisi lo, tapi lo pernah minta gue buat jauhin lo, dan sekarang? Kehadiran gue di hidup lo segitu nggak berartinya ya?"

Ghea menunduk, ia meremas selimut rumah sakit dengan erat.

"Gue takut banget waktu nerima telpon dari farhan tadi ghe, yang gue pikirin, ghea pasti menderita banget selama ini. Tapi kenapa dia nggak pernah percaya sama gue? Kenapa dia nggak bilang semua masalahnya sama gue? Gue udah jadi teman yang baik belum sih buat ghea?" ami membuang pandangannya, ia mengusap pelan air matanya yang meluruh. "Percaya sama gue ghe, gue nggak pernah pergi kemana-mana."

Ghea mengangkat kepalanya, matanya ikut berkaca. "Maaf."

Ami menghela nafas lalu berjalan cepat memeluk ghea, ia menangis di sana. "Gue takut banget ghea."

Ghea memeluk ami tak kalah erat, ia memahami kemarahan ami. Jika ghea berada di posisi yang sama dengan ami, ghea pasti akan melakukan hal yang sama seperti ami.

Ami melepas pelukan keduanya, ia menunduk, "maaf karena gue nampar lo."

Ghea menggeleng, ia mengusap setetes air matanya yang jatuh.

"Kalau gitu gue keluar dulu deh bentar, butuh udara segar nih." ami terkekeh pelan lalu meninggalkan ruangan.

Di luar ruang rawat ghea ami menghela nafas berat, ia menatap dua laki-laki yang kini tengah menatapnya.

"Ikut gue bi." ami menatap abi lalu beralih pada farhan. "Kamu jaga ghea dulu ya."

Farhan mengangguk lalu memasuki ruang rawat ghea, sedangkan ami dan abi beranjak menuju taman rumah sakit.

Ami menatap lalu lalang sekitar, ia tersenyum kecil. "Lo mau tau alasan gue nggak pernah marah walau berapa banyak lo nyakitin ghea?"

°°°

Anggota enfant dengan rusuh memasuki ruang rawat ghea. Ghea yang tengah melamun menoleh, melihat siapa yang datang membuat ghea merubah raut wajahnya menjadi datar.

Abi yang tidak menyangka teman-temannya akan datang bangkit dengan cepat, ia menatap teman-temannya dengan tatapan bertanya sedangkan teman-temannya hanya memasang wajah lugu.

Bahkan tanpa segan mereka memenuhi sofa meski sebagian duduk di lantai karena tidak kebagian.

Ghea yang memang tidak membuka suaranya bahkan ketika ami datang hanya memperhatikan gerak gerik anggota enfant yang semakin lama semakin rusuh.

Abi mengacak pelan rambutnya, baru saja berniat menegur, suara ghea menghentikan niatnya.

"Bisa nggak, nggak usah bersikap sok asik? Emangnya rumah sakit punya kalian?"

Seketika ruangan menjadi hening. Abi tau, sangat tau sebenarnya ghea serius dengan ucapannya, namun ia malah tertawa tanpa suara karena mendengar ucapan sarkas ghea yang berhasil membungkam mulut rewel teman-temannya.

Belum tau aja mereka kalau abi dapet yang lebih parah dari itu.

Reza, dion dan arga yang menyadari abi menertawakan mereka memelototi abi. Ghea mengikuti arah pandang mereka, beruntung dengan cepat abi mengubah raut wajahnya menjadi datar.

AbigheaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora