_38_

554K 56.9K 37.9K
                                    

Ghea mengetukkan jarinya di meja, ia tengah berfikir keras saat ini. Ami yang melihat hal itu berdecak.

"Mikir apa sih ghe?"

"Kayaknya gue harus kerja deh mi."

Ami meletakkan ponselnya. "Lo yakin?"

"Yakin nggak yakin sih, kalau nggak yakin gue nggak bisa makan mi."

Ami mengusap pundak ghea prihatin. "Lo tau mau kerja dimana?"

Ghea mengangguk yakin. "Kemarin gue nemu selebaran, ada toko kue yang buka."

"Mereka nerima anak SMA emangnya?"

"Ya nggak tau." bahu ghea melemas.

Ghea penasaran, apa remaja lain seusianya juga menanggung beban berat seperti dirinya?

Jika tidak, ghea ingin memberitahu, bahwa kalian, beruntung.

°°°

"Ghea sorry ya, nggak bisa anter." ami berkata dengan lesu. Menjelang bel pulang sekolah, tubuhnya mendadak demam.

"Nggak apa, istirahat ya. Nanti kabarin gue kalau ada apa-apa."

Ami hanya mengangguk. Farhan menatap ghea. "Duluan ya ghe."

Ghea melirik Farhan sekilas lalu berlalu tanpa menjawab seruan Farhan. Ghea menghela nafas, tangannya memegang kedua tali tasnya.

Tanpa di minta, abi menghentikan motornya tepat di depan ghea.

"Lo bisa nggak berhenti ganggu gue? Hari ini aja bi." ghea berujar malas, moodnya sudah cukup berantakan hari ini.

Dengan cengiran lebarnya abi menggeleng. "Nggak bisa."

Ghea menghela nafas, ia berniat melewati abi namun abi menahan tangannya.

"Lo mau kemana? Gue anter ya?"

Ghea menatap abi, "sorry to say, but bukan urusan lo. Lepas tangan gue."

"Kali ini aja ghe." abi memasang wajah memelas, masih enggan melepas tangan ghea.

"Minggir bi. Gue bisa telat."

Abi bergeming.

"Abi." ghea menekan nada bicaranya.

Abi tetap kekeh pada pendiriannya. Ghea berdecak, berdebat dengan abi benar-benar membuang waktunya. Ia melepas paksa tangannya.

"Oke."

Abi melompat kesenangan. Ia memberikan helm yang sengaja ia bawa. Dengan setengah hati ghea menaiki motor abi.

"Kemana?"

"Toko roti baru." sahut ghea setelah menaiki motor abi.

"Hah? Dimana ghe?" abi membuka kaca helm fullfacenya, ia sedikit menolehkan kepalanya.

Ghea membuka ponselnya, lalu menujukkan lokasi yang akan di tuju.

"Ini kan lumayan jauh dari apart lo, lo yakin kerja di sini?"

Ghea menatap abi dengan tatapan mengintimidasi. "Gue nggak ada bilang gue mau kerja di sana."

Abi meringis. "Ehehe, maaf ghe. Gue yang maksa ami kasih tau."

Ghea merotasikan kedua bola matanya. "Buruan jalan."

°°°

Ghea keluar dari toko roti dengan raut lelah. Setelah dinyatakan dirinya diterima, pemilik toko meminta ghea langsung bekerja.

AbigheaWhere stories live. Discover now