_27_

485K 51.2K 9K
                                    

Ardi masuk kedalam ugd, dimana tubuh ghea terbaring. Ghea terlihat lemah, oksigen masih menempel di hidungnya. Dokter yang menangani ghea mengatakan ghea tidak perlu dirawat.

Hanya tinggal menghabiskan satu cairan infus untuk cairan tubuhnya.
Sekarang sudah hampir tengah malam. Ghea melepas oksigennya yang langsung dibantu ardi.

"Lo pulang aja di," seru ghea dengan lirih.

"Nggak. Gue disini." tolak ardi.

Ghea menggeleng. Ardi harus segera pulang, neneknya memberlakukan jam malam untuk semua anggota keluarga. Apalagi kalau perginya tanpa izin, bisa-bisa ardi habis di marahi.

"Pulang atau gue mogok makan?" ancam ghea.

Ardi mengacak rambutnya. "Ghe gue bisa bilang sama orang rumah kalo lo masuk rumah sakit, mau? sekarang nggak usah mikirin apa-apa ya."

"Bunda sama kak rian selalu ngingetin gue untuk ngga nyusahin. Jadi gue mohon, pulang di." tatapan ghea menerawang jauh usai menyelesaikan kalimatnya.

Ardi tak habis fikir, ini ghea yang terlalu baik atau bunda sama kakaknya yang terlalu jahat? "Gue ngga mau tau, pokoknya lo harus balik sama gue. Lo bilang ngga mau nyusahin kan? Jangan mogok makan makanya."

Mau tidak mau ghea mengalah. Ia menatap ardi yang memainkan ponselnya.

"Ardi, pinjem hp dong."

"Ngapain?"

"Mau denger suara abi," cicit ghea.

Raut wajah ardi tampak tak suka, dengan ogah-ogahan ia menyodorkan ponselnya pada ghea. "Jangan lama-lama. Pulsa gue abis nanti."

Ghea terkekeh kecil. Setelah ardi meninggalkan dirinya untuk mencari minum, Ghea mencari nomor abi dan memulai panggilan. Dering ketiga, keempat tidak ada jawaban hingga didering berikutnya abi mengangkat telpon.

'Kenapa di?' suara abi terdengar serak, seperti baru bangun tidur.

Ghea hanya diam.

'Hallo? Ardi?'

Ghea tetap diam, satu tangannya yang bebas meremat selimut rumah sakit dengan erat.

'Serius, ada apa? Lo nggak ngomong gue tutup ya.'

'Halo?' sapa ghea pada akhirnya.

Kini gantian abi yang terdiam. Ghea menghela nafas, kepalanya kontan menunduk.

'Abi?'

'Hm?' lembut, suara abi terdengar lembut bagi ghea.

'Ghe kangen.'

Kembali tidak ada sahutan. Ghea menatap jari tangannya yang masih meremat selimut. 'Ghe butuh abi sekarang, mau peluk abi, ghe nggak kuat, cape bi.'

'Lo kenapa?'

'No one cares bi, bahkan di saat ghea hampir mati hari ini, mereka nggak sadar. Aku cape bi, mau pulang.'

Abi terdiam lama. Ghea menarik ponsel, memastikan panggilan masih terhubung.

'Bi?'

'Sorry ghe, gue tutup.'

Tut. Sambungan terputus, tangan ghea seketika terkulai, Abi-nya telah berubah.

°°°

Ardi dan ghea baru tiba dirumah pukul setengah dua belas malam. Ketika masuk ke dalam, ada keluarga ardi, ghea dan tentu saja nenek mereka.

"Nggak inget jam malem yang sudah saya terapkan?" itu suara neneknya.
Ardi menunduk, sedangkan ghea tetap mengangkat kepalanya.

Keadaannya sudah terlihat baik, mungkin kalau ghea bilang ia baru pulang dari rumah sakit tidak akan ada yang percaya.

AbigheaWhere stories live. Discover now