Chapter 30

10.2K 597 7
                                    

Decitan sepatu sneaker milik Evelyn terdengar di setiap sudut ruangan, ia berlari menuruni tangga dengan terburu-buru.

"EVELYN!!!" teriak seseorang di belakangnya, sontak Evelyn membalikkan badannya.

"Pa..pah?" Cicitnya.

Clavin menatap tajam kearah Evelyn, sedangkan dibelakang Clavin Jinny nampak menyeringai kecil.

"Kamu, nyuri uang dari mana hahk!!"

Evelyn menggelengkan kepalanya, "enggak pah Evelyn gak nyuri"

"Dapat uang dari mana kamu hahk!! Bisa beli handphone.. kamu pasti nyuri kan"

"Evelyn dapat handphone dari pak kepala sekolah, Evelyn berani sumpah" jelasnya.

Daniel yang baru menuruni tangga menatap kearah Evelyn dan papahnya yang tengah bertengkar sengit lagi, kemudian iapun mendekatinya.

Plakk'

Evelyn memegangi pipi kanannya yang terasa panas lagi-lagi papahnya menggunakan kekerasan.

Daniel hanya menatap dingin kearah adik kandungnya walaupun lubuk hatinya paling dalam ia merasa iba. Mana ada seorang kakak tidak iba melihat adik kandungnya di siksa, namun kebencinya kepada Evelyn terlalu dalam.

"Belum cukup kamu buat hidup saya menderita?!" Tanya Clavin.

"MENDERITA!! PAPAH BILANG HIDUP PAPAH MENDERITA, DISINI JUSTRU AKU PAH, AKU YANG MENDERITA BUKAN PAPAH SELAMA INI APA PAPAH PERNAH ANGGAP AKU ADA, ENGGAK KAN...
AKU DIMATA HANYA SEORANG FIGURAN YANG SELALU SALAH." Entah dari mana Ia mendapatkan keberanian membentak papahnya.

Clavin terdiam bungkam sama halnya dengan Daniel.

"Bukan begitu Pah, selama ini Evelyn mencoba untuk bisa hidup ditengah-tengah Papah dan Kak Daniel. Namun, kalian semua justru membuat benteng yang tinggi agar Evelyn tidak bisa melewatinya. Evelyn juga ingin hidup seperti Jinny pah... Evelyn ingin dimanja.
Okeh, sekarang Evelyn ngerti dari dulu emang seharusnya Evelyn pergi dari kehidupan ini." Ucapnya lalu berjalan keluar meninggalkan ruang tamu tersebut.
    
             •••••

Evelyn berjalan pelan di atas trotoar jalanan.

Pergi dari rumah memang pilihan yang tepat untuk saat ini sungguh dirinya sudah tidak sanggup untuk menahannya.

Ia memberhentikan jalannya dan menatap nyalang ke atas langit malam yang gelap. Tangannya memegang besi jembatan. Ia menurunkan pandangannya diwaktu yang sama air matanya pun luruh.

Bunuh diri?

Kata itu yang terlintas dibenaknya. Evelyn mencopot sepatu sneaker-nya dan menaiki pembatas jembatan itu. Tangannya mencengkram kuat ujung besi, dilihatnya genangan air yang deras mengalir.

"Maaf Bunda, Evelyn gak bisa hidup seperti ini terus menerus. Maaf..maaf ini memang seharusnya Evelyn lakukan dari dulu" ucapnya, kemudian ia memejamkan matanya dan melepas genggaman tangan kirinya dari besi tersebut...

             •••••
(1 jam sebelum kejadian bunuh diri di Evelyn)

"Halo?!" 

"Hem, kenapa?"

"Gue..."

"Lo? Kenapa?"

"Gue cinta"

"Apa sih Do Lo kaya ngomong jangan bertele-tele!!"

"Gue kayaknya Cinta sama adek lo Daniel, maaf Gue batalin taruhan ini. Besok gue bakal  kasih kunci Apartemen gue seperti dijanji taruhan kita."

Pip

Dengan sepihak Orlando menutup telponnya dan berjalan masuk ke mobilnya. Dari siang hatinya terus gelisah memikirkan Evelyn, dulu ia tidak pernah segelisah ini.

Ia mengendarai mobil sport-nya dengan kecepatan tinggi, ia menekan tombol panggil di nomor Evelyn.

Pandangannya menatap kearah samping, matanya menyipit ketika melihat seseorang yang di pikirannya , tengah berdiri disamping jembatan.

Ia tambah dibuat bingung ketika Evelyn melepaskan sepatunya dan menaiki pembatas jembatan itu. Matanya melotot dengan terburu-buru ia berlari menghampiri Evelyn.

"TIDAKKK!!" Teriak Orlando ketika melihat Evelyn mulai melepaskan genggamannya.

            •••••

Clavin menatap pantulan dirinya di cermin, perkataan yang dilontarkan Evelyn terus terngiang-ngiang di pikirannya. Ia memijat pelan pelipisnya yang berdenyut-denyut.

"Mas?" Panggil Hani dari belakangnya.

"Aku udah coba nyari Evelyn di sekitar komplek tapi udah gak ada. Bagaimana ini mas??" Tanyanya.

"Saya gak minta kamu buat cari dia, memang seharusnya anak itu sudah dari dulu meninggalkan rumah saya" jawab Clavin

"Tapi mas, Evelyn emangnya mau menginap di rumah siapa?"

"Sudahlah Hani, dari pada kamu pusing-pusing memikirkan Evelyn, lebih baik kamu bikinin saya kopi." Hani hanya menatap kecewa kearah Clavin, kemudian ia berjalan keluar.

"Papah" panggil Daniel.

"Kenapa?" Tanya Clavin.

"Evelyn..." Belum sempat ia melanjutkan ucapannya Clavin sudah mencegatnya terlebih dahulu.

"Kalau kamu mau bahas anak itu, lebih baik kamu keluar. Sekarang!"

Sepergian Daniel, Clavin menatap layar laptopnya yang sedari tadi menyala.

Akh.. kenapa seisi rumahnya terus mencemaskan Evelyn. Bahkan Daniel sekarang mulai ikut campur.

"Ini mas kopinya" ucap Hani sambil meletakkan secangkir kopi yang masih mengebeul-ngebeul.

"Lebih baik kamu tidak usah mencemaskan anak itu." Ucap Clavin santai.

"Dalam hidupku Evelyn sudah aku anggap anak perempuanku, dan sebagai seorang ibu sudah semestinya mencemaskan keberadaan anaknya. Tidak seperti kamu mas yang terlihat baik-baik saja ketika melihat anaknya pergi dari rumah. Ingat ini mas, Penyesalan selalu datang belakangan entah esok atau lusa kamu bakal mengalami penyesalan." Ucapnya dan berjalan keluar meninggalkan Clavin yang tengah diam.

          Bersambung...

Aku come back nih😂

Jangan lupa vote dan coment ❣️

Makasih ❤️❤️














Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now