Chapter 44

18.8K 785 118
                                    

follow akun ini guys itung-itung uang parkir hehe

••••

Senyum terbit di wajah Evelyn, rambut palsunya terombang-ambing terkena angin pagi yang sejuk. Senang sekali, ia akhirnya bisa menghirup udara luar.

"Evelyn?" panggil seseorang dibelakang

Merasa dipanggil Evelyn menoleh, betapa terkejutnya dirinya melihat sosok Daniel berdiri dibelakangnya. Ia hendak berlari namun, Daniel menarik lengannya terlebih dahulu.

"Lepas" ucap Evelyn, manik coklat milik Evelyn menatap dingin manik hitam milik Daniel

"Lo kemana aja? gue sama papa selama ini nyari lo" Daniel menggenggam erat kedua tangan adiknya

Evelyn tersenyum sinis,"Sorry, lo salah orang gue yatim piatu dan gue anak tunggal"

Daniel menatap raut wajah Evelyn yang tengah menatapnya jijik, wajar jika Evelyn akan bersikap seperti ini terhadapnya, mengingat kelakuannya dulu yang bejat

"Maaf de" lirih Daniel

De adalah panggilan Daniel kepada Evelyn, tapi itu dulu 4 tahun yang lalu sebelum Daniel ikut serta membencinya seperti sang papa, "Lebih baik anda pergi, sebelum saya berteriak" titah Evelyn

Daniel menggeleng cepat, ia tidak mau pergi dirinya ingin bersama dengan Evelyn lebih lama. Keningnya mengerut heran karena terlalu senang melihat keberadaan Evelyn ia sampai tidak memperhatikan pakaian yang dipakai adiknya, "De kok kamu pake baju rumah sakit?" tanya Daniel

Evelyn langsung gelagapan, oh tidak dirinya belum siap jika Daniel tau mengenai penyakitnya, walaupun ia tidak menjawab pasti Daniel akan mencari tahunya sendiri dengan kekuasaannya.

"Stop campurin urusan saya, lebih baik anda pergi. PERGI!"

Daniel menatap sekililingnya, beberapa orang menatapnya sinis sambil berbisik-bisik. Tak ingin membawa keributan lebih baik ia pergi tapi dilain sisi ia tidak ingin pergi.

"Maafin kakak dek, maafin papah juga. Kami menyalahkanmu atas kepergian bunda maaf"  ucap Daniel dan beranjak meninggalkan Evelyn.

Evelyn tersenyum getir melihat kepergian Daniel, jadi mereka sudah tau kalau bundanya mendonorkan tulang sumsumnya kepada dirinya? tapi kenapa tidak murka dan marah? seharusnya begitu bukan, apa ada sesuatu lain yang membuat Calvin dan Daniel menyesal? Rentetan pertanyaan menari-nari dikepalanya.

Mata Evelyn terus memandang kepergian Daniel, ia melirik  kesamping kanannya  matanya memicing melihat gelagat aneh dari seseorang tersebut. Pupilnya membesar melihat bergantian orang asing itu dan Daniel. Entah dorongan darimana Evelyn berlari kencang menghampiri Daniel.

Daniel hendak terhuyung ke belakang kala Evelyn memeluknya dengan erat, senyum terbit di bibirnya melihat sang adik tiba-tiba memeluknya tak butuh 3 menit senyum yang semula melengkung keatas pudar begitu saja ketika melihat Vicky yang tengah tersenyum smirk kearahnya. Pandangan Daniel beralih ke Evelyn, pelukan yang semula mengerat kini mengendur dengan sigap Daniel menahan tubuh Evelyn agar tidak jatuh. Mata Daniel memanas melihat bercak darah dari arah perut Evelyn.

"Evelyn" Daniel memanggil nama sang adik agar terjaga dan tidak pingsan

Evelyn melindunginya, ia yang seharusnya tertusuk pisau itu bukan Evelyn. Air mata Daniel meluruh, ia berusaha menghentikan pendarahan di perut Evelyn.

"Evelyn, tolong bertahan jangan pejamkan matamu. Lihat kakak dek"

Daniel berteriak memanggil bodyguardnya, ia sudah tau papahnya memberi pengamanan ekstra, dirinya tidak sengaja mendengar ucapan Calvin dan sekertarisnya kala itu.

Evelyn | ENDजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें