Chapter 13

9.3K 594 1
                                    

H A P P Y  R E A D I N G❤️

...

Evelyn merintih kesakitan berulang kali bibirnya menyebutkan kata bunda'. Kepalanya berdenyut hebat, obatnya sudah habis ia tidak bisa membelinya lagi. Tubuhnya meringkuk kecil diatas kasurnya, sesekali ia memukul-mukul kepalanya dan menjambaknya.

Brakk

Pintu kamarnya terbuka, Clavin sudah berdiri di ambang pintu matanya melirik Evelyn yang masih tiduran di ranjangnya.

"KEMARI ANAK SIALAN!"

Ia menyeret paksa Evelyn untuk berdiri, Evelyn yang masih merasakan sakit di kepalanya tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan alhasil tubuhnya jatuh kelantai.

"KENAPA KAMU MASIH TIDUR-TIDURAN HAHK? CEPAT BANGUN DAN MEMBERESKAN RUMAH SAYA!" Teriakan Clavin menggelegar di kamar Evelyn.

"Pah boleh gak hari ini aku libur dulu, kepala Eve sakit pah" Ucapnya hati-hati.

"Enak sekali kamu bilang!"

Clavin mencopot ikat pinggangnya, tanpa memperdulikan teriakan kesakitan dari Evelyn. Clavin terus mencambuknya.

Setiap rintihan kesakitan yang keluar dari mulut Evelyn membuat dirinya merasa senang. Kesakitan Evelyn akan membuat kesakitan yang di derita Clavin berkurang karena kehilangan Margareth, ibu dari Daniel dan Evelyn.

Air mata membasahi wajah Evelyn, teriakan kesakitan Evelyn sudah tidak terdengar lagi. Clavin mendorong tubuh Evelyn ia meninggalkan Evelyn dan menguncinya dari luar.

Mbak Jilla yang notabennya pembantu baru dirumah ini menyerngit heran sambil membekap mulutnya mendengar teriakan Evelyn, mbok Darmi yang disampingnya menarik lengan mbak Jilla untuk masuk ke kamarnya.

"Kamu pasti heran kan Jilla"Mbak Jilla mengangguk mendengar perkataan Mbok Darmi.

"Non Evelyn itu anak yang tidak diharapkan oleh Tuan Clavin, dirinya selalu disiksa begitu karena tuan merasa sangat terpukul atas meninggalnya Nyonya Margareth. Itu sebabnya Evelyn menjadi sasaran empuk tuan dan den Daniel. Mereka pikir Margareth meninggal karena adanya Evelyn" mbok Darmi menghela nafasnya saat menceritakan kehidupan Evelyn.

"Jadi jangan heran"

Mbak Jilla sudah menintikan air matanya, mendengar kehidupan Evelyn yang dulu menurutnya sangat bahagia namun ternyata tidak sama sekali.

...

Evelyn beranjak dari ranjangnya, sakit di kepalanya sudah hilang. Bergegas dia mandi dan mengganti pakaiannya. Evelyn melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya.

Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya, air matanya kembali turun, dirinya tidak ada niatan untuk menyeka air matanya, yang dibutuhkannya hanya menangis meratapi nasibnya yang malang.

"Bunda kapan jemput Eve"lirihnya,

Ia memetik bunga Dandelion dan memperhatikan bunga tersebut, Evelyn kecil dulu ingin menjadi sosok seperti bunga Dandelion dalam keadaan terhempas angin pun bagian bunga tersebut tidak akan rusak.

"Bunda kali ini Eve benar-benar capek menghadapi dunia ini,Eve takut sendiri bunda. Secepatnya bunda jemput Evelyn" katanya sambil meniup Dandelion yang tadi ia petik.
Evelyn teringat dimana bundanya dulu mengatakan dirinya harus memiliki sifat seperti bunga Dandelion, bunga ini akan terus terbang sendirian, hingga pengaruh angin itu hilang dan itu disebut pemberani.

Kemudian ia mengusap pipinya yang sudah banjir dengan air matanya. Evelyn mengambil bingkai foto ibunya dan dirinya dulu. Ia mengusap kecil potret ibunya yang sedang tertawa bahagia sambil memeluk Evelyn dari belakang.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka dengan cepat ia menyimpan kembali foto tersebut dan berjalan masuk ke kamarnya.
"Eve...hiks...ma-aaf..mama tidak bisa menahan papahmu tadi pagi...hiks... hiks"Hani menangis tersedu-sedu, ia menarik Evelyn kedalam pelukannya dan mengusap pelan rambut Evelyn.

"Tidak papa, Evelyn cuma luka kecil" Hani memperhatikan tubuh Evelyn dari atas hingga bawah, dilihatnya luka memar yang ada di tangan dan kaki Evelyn. Hani tersenyum sendu kearah Evelyn, ia bahkan menutupi rasa sakit yang ditorehkan papahnya dengan senyuman.

Hani mengecup ujung kepala Evelyn ia menghapus air matanya. "Ma-aaf atas kesalahan Papa mu" Ucapnya yang dibalas anggukan dari Evelyn.

"Yaudah, sekarang kamu makan yang nak"

"Tapi..." Ia belum menyelesaikan ucapannya Hani terlebih dahulu memotong ucapannya. "Udah gak papa, papamu sudah berangkat ke kantor. Kedua kakakmu sedang tidak ada dirumah" kata Hani, Evelyn mengangguk ragu.

Hani langsung menuntun Evelyn untuk duduk dimeja makan, "kamu mau makan apa sayang" tanyanya, "Rendang aja mah, satu aja" Hani menyerngit heran, "Loh kenapa sayang, kan lauknya masih banyak kenapa cuma rendang?"

Evelyn mencari alasan untuk menjawab pertanyaan ibu tirinya, "gak papa mah, lagi pengen aja" katanya sambil tersenyum manis.

Hani menatap sendu Evelyn, dirinya tahu bahwa Clavin membatasi Evelyn untuk tidak makan lauk terlalu banyak.

Tanpa memperdulikan Evelyn yang hanya meminta rendang, Hani mengambil beberapa lauk dimeja makan seperti ayam serundeng, Acar bandeng, semua yang ia ambilkan adalah makanan favorit Evelyn.

Evelyn sempat ingin memprotes melihat piringnya penuh dengan lauk kesukaannya.

"Udahlah Eve, gak papa mama kasih ini semua untuk menebus kesalahan papamu tadi pagi. Lagian kan kamu jarang makan enak mumpung papamu tidak ada"ucapnya

Evelyn mengangguk dan mengambil piringnya. Ia tersenyum kecut, untuk makan yang enak aja dirinya harus curi-curian dengan papanya.

TBC

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now