Chapter 4

12.9K 836 2
                                    

Semua indah pada waktunya.

...

Eve berjalan perlahan di trotoar jalan, kepalanya sebenarnya sangat sakit. Tanggannya terus memijit keningnya, berharap bisa meredakan rasa sakit di kepalanya. Sesampainya di rumah, Eve mengetuk pintu itu dengan pelan.

Ceklek

"Evelyn!" Ucap Hani, "kamu kenapa pulang kan kata dokter kamu harus dirawat minimal satu Minggu"

Evelyn hanya tersenyum simpul"mah Eve udah sehat kok gak perlu nunggu satu Minggu" lirihnya, Hani hanya menghela nafas panjang, anak perempuan nya yang satu ini memang keras kepala pikirnya.

"Ya udah sekarang kamu masuk ke kamar yah"ucap Hani, Eve hanya mengangguk dan naik ke atas.

Dari arah dapur Jinny menggeram kesal dengan tingkah Eve yang cari perhatian ke mamahnya "lihat saja Eve akan ku buat hidupmu seperti dinereka" ucapnya lalu beranjak pergi.

...

Pagi ini Evelyn terbangun dengan rasa nyeri di kepalanya, penyakitnya kembali menyusahkan. "Arghh.."ringisnya ketika mencoba bangun dari tempat tidur. Ia berjalan tertatih ke arah kursi di meja rias nya. Kemudian ia mengambil butiran butiran pil dan meneguknya tanpa menggunakan air.

Ia menatap wajahnya dipantulkan cermin."emm.. terlihat menyedihkan"gumamnya.

Tok tok tok

Suara itu, bukan ketukan melainkan gedoran. Ia bangun perlahan dan berjalan kearah pintu, ia membuka pintu kamarnya

Brakk

Tubuhnya yang masih lemas membuat dirinya tidak bisa menstabilkannya ketika sang papa mendorong hingga terlentang. Eve beringsut mundur sambil memegangi kepalanya yang semakin berdenyut denyut.

"Kamu! Apakan istri saya hahk, sehingga ia melawan saya!!" desisnya sambil mencengkram kuat dagunya.

Evelyn menggeleng. "Kamu pasti senang ya lihat saya dan istri saya bertengkar" ucapnya

Plakk
Plakk

"Dasar anak sialan!"

Plakk
Plakk

Ia kembali menggeleng. "Kenapa sih papa marahin aku terus, aku itu capek pah capek" entah dapat ilham dari mana Eve meninggikan suaranya.

"Melawan ya kamu" plak! "Ingat ya sampai kapanpun saya akan tetap membenci kamu" ucapnya lalu pergi meninggalkan Eve, dengan luka sobekan dibibir Evelyn.

Daniel yang melihat itu pun beranjak masuk. "Lo kenapa cari masalah Mulu sih sama papa" ucap Daniel

"jadi orang itu jangan bego banget, Lo pikir nanti ada yang mengasihani Lo saat sekarat, gak kan ada" desisnya.

Mendengar itu Evelyn menunduk dalam, ia akui semua ucapan sang kakak benar adanya. Daniel kemudian melenggang pergi meninggalkan Evelyn yang masih terisak pelan. Tanpa ia ketahui bukan hanya air mata saja yang keluar, namun cairan kental pun mulai menetes dari hidungnya.

Setelah itu, dia bangun dan mengambil beberapa helai tisu dan mengusap air matanya dan cairan kental tersebut. Ia langsung berbalik dan masuk ke kamar mandi.

...

Disinilah ia, didepan cermin dengan balutan seragam SMA. Dia mengambil masker warna hitam kesukaannya, dan memakai nya untuk menutupi luka sobekan tersebut.
Kemudian ia berjalan turun,"Evelyn" panggil Hani.

"Ada apa mah"ucapnya "makan dulu dong sayang nanti kamu sakit" Evelyn hanya menggeleng. "Nanti bisa sarapan dikantin mah, aku sekolah dulu ya mah, pah, kak" ucapnya lantas pergi.

Evelyn mengeluarkan sepeda onthel nya dari bagasi, sepeda pemberian sang bunda dulu waktu ulang tahun nya yang ke 12 Tahun. Sepeda yang sudah sangat tua dan rapuh pikirnya.

...

Evelyn kini mulai berjalan menuju kearah kelasnya, dengan kepala yang menunduk sambil memikirkan kejadian tadi sesekali ia menghela nafas kecil. Setibanya dikelas ia langsung mendudukkan dirinya dan menenggelamkan wajahnya ditangannya.

Bel masuk pun berbunyi, Eve langsung meninggi kan badannya. Bu Winda masuk dengan perempuan yang mengekorinya dari belakang.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman" ucap Bu Winda

"Hai, nama saya Jeslyn Anestesi pindahan dari Texas. Salam kenal semua" ucapnya

"Oke Jeslyn sekarang kamu duduk disamping Evelyn, Evelyn angkat tanganmu"

Murid baru itu mulai berjalan kebangku dimana Evelyn duduk. Setelah itu Bu Winda mulai menjelaskan materi.

...

Sudah 5 menit lalu bel berbunyi namun, Evelyn belum beranjak dari tempat duduknya.

"Evelyn" panggilnya dari arah samping, dengan malas ia mendongak kearah tersebut."kenapa", Jeslyn, sosok itu yang dari tadi menepuk nepuk pundaknya.

"Kekantin yuk"ajaknya, Evelyn hanya mengangguk dan berjalan keluar.
Banyak tatapan mata tidak suka ketika Evelyn melewati koridor.

"Itukan murid baru kok mau sih temenan sama anak pembantu"

"Iya yah, padahal kan masih mending tuh ya dia temenan sama anak yang setingkat"

Evelyn memutar pandangan jengah, dibalik masker nya ia tersenyum sinis mendengar cemoohan tersebut. Kemudian Jinny and the genk menghampiri Evelyn dan Jeslyn. Eve menaikan sebelah alisnya.

"Hai Jeslyn, dari pada lo sama dia mending sama gue. Lo taukan dia hanya anak pembantu" ucapnya meremehkan. Evelyn hanya menatapnya dengan datar, ia tau apa yang akan dilakukan saudari tirinya ini

"Gak mau! Mending gue sama Evelyn daripada sama lo, yang udah kaya cabe-cabean gak peduli mau dia anak pembantu, anak tukang ojek. Gak peduli gue, lihat teman jangan dari tampangnya doang, dari hatinya juga" ucapnya lalu dia menarik tangan Evelyn kearah taman sekolah. Jinny hanya menggeram kesal.

"Lebih baik lo pergi, daripada Sama gue lo bakal kena bullying" ucap Evelyn yang dibalas gelengan tegas dari Jeslyn.

"Shut..gak papa, gue bakal lindungi Lo dari mereka, sekarang kita best friend" ujarnya sambil tersenyum manis. Evelyn terpaku, baru kali ini ia mempunyai teman. Kemudian Jeslyn memeluk posesif Evelyn, Evelyn tersenyum dibalik maskernya lalu dia membalas pelukan Jeslyn.


TBC

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now