Chapter 7

11.4K 730 0
                                    

Saat ini mungkin hidupku tidak ada artinya namun akan ku pastikan kalian akan menyesalinya nanti.

....

Daniel memandangi wajah damai Evelyn, sejenak ia menghembuskan nafas panjang. Entah apa yang dipikirkannya hingga memandangi wajah Evelyn selama 30 menit. Daniel kemudian tersadar dari tindakan bodohnya yang sangat membuang buang waktunya.

Namun, beberapa saat kemudian erangan kecil terdengar di ruangan yang  ditempati sang gadis dan laki-laki yang duduk tak jauh dari brankar yang ditiduri Evelyn. Daniel mengambil bubur yang ia beli, kemudian ia menyodorkan bubur tersebut kearah Evelyn.

"Makan!" Evelyn menggelengkan kepalanya cepat. "Gak mau, bawaannya pengen muntah" Daniel memutar bola matanya jengah, kemudian dia menyodorkan sendok yang sudah berisi bubur tersebut "Aaaaa!" Evelyn menutup mulutnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo mau bikin Mama susah ya, kalo Lo sakit mama yang bakal susah. Seharusnya Lo itu mikir pake otak jangan bego Mulu!" Daniel meletakkan mangkok tersebut diatas meja nakas lalu berlalu pergi.

Beberapa detik lamanya Evelyn terdiam mencerna perkataan Daniel, kemudian dia mengambil mangkok tersebut dan menyuapkan sesendok demi sesendok. Beberapa kali ia menahan gejolak diperutnya. Namun, ia cegah dengan meminum air.

Ceklek

"Evelyn,  lebih baik kamu pulang ya. Ibu sudah meminta izin ke guru piket"ucap penjaga UKS tersebut.

Evelyn mengangguk, dan berjalan keluar. Namun, nyeri di kepalanya membuat jalannya sempoyongan. Untungnya, dia sudah keluar dari gerbang sekolah. Baru beberapa langkah ia berjalan tubuhnya sudah sangat lemas. Evelyn mendudukkan tubuhnya di bangku yang ada pinggir jalan.

Tin..tin..tin

Mobil sedan itu berhenti tepat di depan Evelyn. Sang pemilik itu keluar dari dalam mobil. Dia berlari-lari kecil kearah Evelyn.

"Evelyn kamu tidak apa-apa?"ujar dokter andi. "Saa...ki....tt" rintihnya belum sempat dokter Andi bertanya Evelyn sudah jatuh pingsan di pelukannya. Dokter Andi langsung membopong tubuh Evelyn ala bridal style kedalam mobilnya.

...

Berbagai alat medis tertancap di tubuhnya yang ramping. Sudah 2 jam lebih ia masih menikmati alam mimpinya.

Perlahan mata itu terbuka dilihatnya sekitar. " Kembali ke rumah sakit kembali" gumamnya

Saat melihat kearah sofa, ia melihat seorang lelaki bersetelan jas dokter itu tertidur pulas. Baju seragam yang ia pakai sudah terganti dengan baju khas rumah sakit.

Evelyn bangun perlahan, namun belum sempat kakinya menapak ia dikejutkan dengan suara bass milik dokter Andi. "Evelyn, jangan turun" tegurnya. Evelyn kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Dok, mau pulang" rengeknya. Dokter Andi terkekeh pelan. "Gak akan kubiarkan kamu pergi, sekarang duduk dan makan" Dokter Andi menyodorkan nasi goreng kearah Evelyn. "Dokter tau aja Evelyn gak suka bubur" dokter Andi terkekeh kecil dan mengacak-acak gemas rambutnya.

"Sekarang kamu makan. Dokter tinggal dulu ya" ucapnya yang dibalas anggukan kecil.

...

"EVELYN!! EVELYN!!" Teriak lelaki paruh baya tersebut. Clavin, berteriak seperti orang kesetanan. Hani tergopoh-gopoh menghampiri suaminya. "Ada apa sih jangan teriak-teriak. Malu nanti tetangga dengar"

Bukan hanya Hani panik dengan teriakan suaminya, Daniel dan Jinny pun sama-sama menghampiri papanya.

"Dimana anak sialan itu!"

Daniel mengerutkan keningnya, bukannya Evelyn udah pulang, kemana perginya anak itu? "Pah tadi itu Evelyn pingsan tapi sudah disuruh pulang ibu UKS" ucap Daniel.

Clavin menggeram marah "Hubungi Evelyn sekarang" Hani menatap suaminya dengan datar," mas Evelyn kan gak punya hp, boro-boro kamu beliin dia hp kasih uang jajan aja tidak" Clavin kembali menggeram kesal.

"Jangan-jangan Evelyn lagi jual diri pah"tuding Jinny, sontak Hani menatap wajah anaknya dengan marah "Jinny! Kamu itu yah" geramnya. Daniel memandang malas perdebatan  kecil tersebut.

"Bener apa kata kamu, Evelyn akan segera menerima balasannya" ucapnya, Hani membulat kan matanya mendengar perkataan suaminya, "mas kamu gak boleh gitu Evelyn juga anak kamu" bukannya menjawab Clavin malah meninggalkan tempat tersebut.

Jinny tersenyum sinis, lalu ia berjalan pergi. Daniel lah yang tertinggal di situ sendiri "Evelyn Evelyn, kenapa lo slalu bikin masalah Mulu" ucapnya.

....

Evelyn mengelap bibirnya dengan tisu, selesai dengan makan ia ingin berjalan keluar. Suara decitan pintu mengalihkan pandangannya kearah tersebut.

"Dokter, udah selesai sama urusannya" dokter andi mengangguk.

"Jangan panggil dokter, bagusan kalau kamu panggil aku Kakak aja yah" Evelyn menatap dokter Andi seksama "gaboleh gitu, aku itu harus menghormati dokter dong" elaknya.

"Gak terima penolakan Evelyn" Evelyn hanya tertawa geli "yaudah deh, KAK Andi Evelyn pengen jalan-jalan deh" ucapnya sambil menekan kata 'kak' dengan jelas.

"Oke siap kita jalan-jalan" ucapnya.
Andi mengambil kursi roda yang ada sisi kanan dinding. Ia membantu Evelyn duduk, tanpa disengja tangan keduanya berpegangan. Evelyn mendongak menatap wajah Dokter Andi. Sontak dokter Andi tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.

"Ihh kak Andi ngeri tau lihat kak Andi senyum kaya tadi bukannya manis tapi itu terkesannya kaya mau nyabut nyawa aku" ucapnya.

Dokter Andi tertawa keras, beberapa perawat menatapnya dengan pandangan ngeri. "Evelyn kmu ada-ada aja sih." Dokter Andi mengacak rambut Evelyn dengan gemas.

"Kak, itu tuh real."dengus Evelyn sambil merapikan rambutnya. "Lucu banget sih jadi pengen bungkus" Dokter Andi langsung bungkam dengan perkataannya sendiri.

Beberapa detik kemudian Evelyn tertawa keras, Dokter Andi langsung gelagapan. "Bungkus aja nih"ucapnya sambil terkekeh.

"Nanti kalau kamu udah keluar RS, kakak punya kejutan deh" ucap dokter Andi
"Oh ya, jadi gak sabar"ucapnya Evelyn antusias.

TBC

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now