Chapter 19

8K 489 9
                                    

Belajar dewasa sebelum waktunya;
Belajar  tersenyum walaupun terluka:
Belajar tangguh walaupun rapuh adalah kebiasaan yang menjadi kewajiban yang akan dilakukan setiap  hari walaupun sulit.

....

Jam menunjukkan pukul 12 malam, namun belum ada tanda-tanda Evelyn memejamkan matanya untuk tidur. Ranjangnya bedecit karena ia mencari posisi yang nyaman. Ah dia baru ingat insomnya kembali berulah. Menyusahkan!

Ia berjalan gontai menuju tempat biasa ia menyimpan obat-obatannya. Sudah sekitar 5 hari dirinya tidak meminum obat itu.

Kedua netranya membulat melihat semua bungkusan obatnya sudah tidak ada isinya lagi, mulai dari obat penenang, obat insomnya, obat penyakitnya semuanya habis. Mana dirinya belum punya uang untuk membelinya.

Evelyn menatap celengannya, dirinya sudah merancang untuk membeli hadiah untuk Clavin dan Daniel nantinya. Namun karena seluruh persediaan obatnya habis dengan terpaksa ia akan memecahkannya, biarlah nanti ia akan memikirkan lagi untuk itu.

Pyar...

Ia tersenyum melihat lembar-lembar kertas yang ia kumpulkan sejak masuk sekolah menengah pertama. Dia menghitung semua uangnya.
Setelah pulang sekolah dia harus membeli obatnya, ia tidak mau kejadian seperti terdahulu terulang kembali.

Evelyn merebahkan tubuhnya, matanya terpejam. Ia membayangkan hal-hal indah yang pernah dilakukannya, bibirnya melantunkan lagu a dream is a wish your heart makes lagu yang sering dinyanyikan bundanya sebelum ia tidur. Lagu itu juga pernah dinyanyikan Lily James dalam serial film Disney Cinderella.

A dream is a wish your heart makes...
When you're fast asleep...
In dreams you will lose your heartaches..
Whatever you wish for you keep, ha...
Have faith in your dreams and someday
Your rainbow will come smiling through
No matter how your heart is grieving, If you keep on believing ....
The dream that you wish will come true...

Evelyn tersenyum, kemudian ia berjalan menuju alam mimpinya yang dinantikan.

....

Lelaki bernetra zambrud menatap bintang yang bertebaran di langit yang gelap. Ia meminum pelan susu coklat yang 5 menit yang lalu ia buat. Netranya melirik sekilas kearah potret perempuan berambut cokelat tersebut.

"Evelyn, gue gak akan jatuh ke pesona loh, namun lo yang akan jatuh kepesona gue" katanya sambil menatap dingin potret perempuan yang sedang tertawa bahagia. Foto itu ia baru mengambilnya tadi malam saat bertemu dengannya di halte busway.

Orlando lelaki itu terus menatap potret Evelyn, dia memejamkan mata sebentar dilemparkan handphone berlogo iPhone itu kearah sofa. Ah sial ia sangat muak, dirinya baru membaca artikel kalau cinta akan datang seiring berjalannya waktu dan ia sudah merasakan nyaman dekat dengan Evelyn.

Ia mengacak-acak rambutnya gusar, "Brengsek! Kenapa gue kek gini sih. Gak gue harus tetap pada pendirian gue!" ia berdecak kesal.

"Oke, gue gak boleh cinta-cintaan! Bajingan Daniel awas aja" Orlando meninju keras bantal gulingnya.

....

Byurr'

Evelyn meloncat dari posisi tidurnya, ia menatap kearah Daniel yang tengah memegang gelas yang tadinya berisi air, "Bagun!! tidur Mulu mentang-mentang gak ada papah dirumah. Cepetan bersihin rumah!" Daniel menyeret paksa tubuh Evelyn.

Evelyn meringis kecil, cekalan tangan Daniel sangat kasar, "Lep..as" titahnya, Daniel menghentakkan dengan kasar lengan Evelyn, "ingat gue turun kebawah belum ada makanan, siap-siap dapat hadiah dari gue!" Katanya, ia melenggang pergi naik keatas.

Evelyn menatap kepergian sang kakak, hadiah yang dimaksudnya adalah siksaan. Ia mengelus pelan tangan yang tadi dicekal dengan kasar oleh Daniel.

"Non? Yaampun ini pasti sakit" Kata mbak Jilla sambil menyentuh pelan bekas tersebut, sontak  Evelyn meringis kecil.

"Gak papa kok" ucapnya, mbak Jilla menatap sendu kearah majikan kecilnya. Dia tau Evelyn suka membual dan berbohong walaupun itu merugikan dirinya.

"Gak papa gimana, ini lihat biru" Evelyn menatap lengannya yang berwarna kebiruan, "udahlah nanti juga sembuh sekarang kita masak. Oh yah mbak, mbok Darmi kemana?" Ia celingak-celinguk mencari keberadaan wanita paruh baya itu.

"Oh mbok lagi bersihin taman belakang"

Hanya membutuhkan waktu 15 menit dia memasak nasi goreng udang, Evelyn menuangkan susu ke gelas kemudian ia meneguknya hingga tandas. Ia sudah memakan sarapannya tadi di dapur bersama beberapa pelayan yang ada dirumahnya, ini sudah terbiasa menurut Evelyn, sedari kecil bundanya sudah membiasakan untuk dia tidak memilih-milih dalam hal pertemanan atau lainnya.

"Non, udah mau berangkat?" Tanya mbak Jilla,

Evelyn mengangguk sambil mengecek satu persatu bukunya, "iya nih, soalnya udah mau telat"

"Oh gitu. Oh ya ini non mbak masakin sepesial loh" Mbak Jilla tersenyum manis sambil menyerahkan kotak makan Tupperware tersebut.

"Wah apa ini mbak?" Tanya Evelyn.

"Mashed Potato ala mbak Jilla" Evelyn terkekeh mendengar gaya bicaranya.
Evelyn menyimpan bekalnya lalu ia berpamitan, "Berangkat ya mbak" ucapnya.

"Iya non, hati-hati jangan ugal-ugalan ngayuh sepedanya" teriak mbak Jilla

Evelyn menutup pelan pintu gerbangnya, dirinya tidak perlu repot-repot mendorongnya. Sepedanya sudah kembali jadi dia bisa menghemat uangnya.

TBC

Jangan lupa vote dan coment ❣️ jangan jadi pembaca gelap 😊 hargai karya orang!😉

Evelyn | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang