Chapter 36

7.7K 503 0
                                    

Jangan lupa vote yaa⭐, banyak banget yang jadi pembaca gelap 'Evelyn' ini, jadi malas untuk ngelanjutin cerita ini.

Tolong hargai karya saya dengan klik '⭐' ini

••••••

Evelyn menggeser pager rumahnya, dan berjalan masuk menuju kedalam.

ceklek

Baru saja masuk ia sudah diberikan tatapan tajam dari mata Calvin. Benaknya bertanya-tanya sejak kapan papahnya pulang, bukankah ia baru berangkat kemarin.

"Bagus! Keluyuran malam terus" suara bariton milik Calvin menggelagar di ruang tamu.

Sembari bertepuk tangan Calvin menghampiri Evelyn dan membelai pelan rambut milik Evelyn, sedangkan Evelyn hanya menatap heran kearah papahnya tidak ada ketakutan sama sekali pada dirinya. Dan..

sreettt..

Calvin langsung menarik keras rambut belakang Evelyn dan membuat menengadah keatas. Tangan satunya tidak hanya diam ia sudah mencengkeram erat leher putih milik Evelyn.

"Kau tau saya sangat ingin membunuh mu anak sialan!" ucapnya sambil terus mengencangkan cengkraman tangannya.

Evelyn merintih kesakitan tidak hanya kepalanya yang merasa nyeri, dadanya begitu sesak seakan ia tenggelam kedalam laut yang sangat dalam.

"Papah masih suka menyalahkan Eve atas kematian Bunda?!" lirih Evelyn, "Kematian bunda itu sudah takdir Tuhan, kenapa papa terus menyalahkan Eve?" sambungnya

Cengkraman kedua tangan Calvin mengendur perlahan, tapi ia kembali mengencangkannya.

"Tidak! Margareth seharusnya masih hidup! itu karena kau si anak terkutuk membunuh istri saya!" ucap Calvin kalang kabut

Evelyn menyeringai kecil, Calvin mungkin sudah terkena psikisnya. Ingin rasanya ia menawarkan bantuan untuk mengantar Calvin ke psikolog sebentar.

"CALVIN!" teriak Hani dari belakang

Wah baru kali ini ia mendengar Hani memanggil tampa embel-embel 'mas'. Evelyn salut dengan Hani yang mampu mempertahankan rumah tangganya padahal tau bahwa suaminya masih mencintai wanita lain, Hani terlihat seperti Healey cabang Indonesia.

"Cukup! tolong berhenti menyiksa Evelyn! kamu terlalu egois mas, kamu masih suka menyalahkan apa yang terjadi pada Aretha itu salah Evelyn. Tolong renungi perbuatan mu itu" ucap Hani sambil merangkul pundak Evelyn untuk naik keatas

Daniel yang sedari tadi melihat pertengkaran hanya menatap marah kearah Evelyn, ia bahkan sudah mencari perhatian ke ibu tiri mereka. Tapi tidak seperti itu akan membuat sendiri neraka untuk Evelyn melalui Orlando.

•••••

Lavender blue, dilly-dilly
Lavender green.

If I were king, dilly-dilly,
I'd need a queen.

Who told you so?, dilly-dilly
Who told you so?

Twas my own heart, dilly-dilly
That told me so.

I love to dance, dilly-dilly
I love to sing.

When I am Queen, dilly-dilly
You be my King.

Terdengar nyanyian merdu dari arah balkon kamar atas yang tengah menyanyikan lagu dari Film Cinderella serial Disney

Burung-burung berdatangan bahkan ada yang ikut berkicau mengikuti nada lagu yang dibawakan Evelyn.

Malam yang penuh kesunyian menjadi berwarna dengan kicauan burung lagu yang dibawakannya Evelyn. Entahlah, ia sangat menyukai sekali lagu Lavender blue dilly-dilly ini
sengat candu.

Brakkk..

Evelyn menghentikan nyanyiannya dan melihat siapa yang datang, ia mengerutkan keningnya.

Plak

Eve langsung menoleh ke kiri karena dahsyatnya tamparan yang dilakukan saudari tirinya, siapa lagi kalau bukan Jinny.

"Maksud lo apa?" tanya Eve sambil memegangi pipinya yang terasa nyut-nyutan.

"Dasar murahan!" teriak Jinny

Ah rasanya Evelyn tau kenapa Jinny begitu marah, pasti ia melihat postingan di Instagram. Kenapa bisa tau? padahal Instagram Evelyn berakun private, yah karena salah satu pengikutnya cepu. Orlando? tidak mungkin, mengingat Orlando juga menggunakan nama samaran.

plakkk

Mata Jinny langsung melotot kaget, Evelyn menampar balik Jinny.

"Impas" ucap Evelyn dengan santai

"Lo tau engga---" belum sempat Jinny menyelesaikan ucapannya sudah  dipotong dahulu Evelyn, "Enggak gue gak tau! oh ya gue gak murahan. Lo itu sebelas dua belas sama Cherry sama-sama suka ngejablay! UPSS, mulut gue suka gitu"

"Lebih baik lo keluar deh, lanjutin aktivitas ngedugem lo seperti biasa." kata Evelyn sambil mencengkram erat lengan Jinny untuk membawanya keluar dari kamarnya.

Brakkk..

Evelyn menutup pintu dengan keras, ia menghembuskan nafas lega sambil mengelus kepalanya, "Bagus Evelyn lo bisa membela diri setelah sekian lama" lirihnya sambil menenangkan dirinya.

Takut?, tentu saja ia takut namun bukan kepada Jinny ia takut papahnya mendengar pertengkaran ini dan mengakibatkan ia dipukuli dengan rotan lagi dan lagi.

Andai bundanya masih hidup ia pasti akan melakukan hal yang akan dilakukannya. Ia sendiri di dunia ini maka dari itu ia harus belajar membela dirinya.

"Bunda... Evelyn kangen, bunda lagi apa diatas sana?" lirihnya

Evelyn menatap dirinya di cermin lalu tersenyum manis seakan menyemangati. Ia kemudian menyisir pelan rambutnya dengan tangannya. beberapa untai rambut terlepas, sudah beberapa hari ini ia rambutnya mudah rontok setelah di cari melalui google ternyata itu efek samping pengidap penyakit leukimia.

Kalo seperti ini terus, tentu saja ia akan menjadi botak. apakah ia harus membeli wig?

"Ah, sudahlah mending tidur" ucap Evelyn sambil beranjak naik ke atas ranjangnya







Evelyn | ENDजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें