Chapter 39

9.1K 521 137
                                    

Jangan lupa klik'⭐'

••••

Netra coklat Evelyn menatap malas kearah Daniel yang tengah duduk ditengah-tengah ranjang kasur miliknya.

"Ayo ucapkan Wellcome" ucap Daniel sambil bertepuk tangan seperti orang tidak waras saja

"Apa yang kau lakukan? apa kau lupa letak kamar mu sendiri setelah sekian lama di Chicago?"

"Tentu saja gue ingat, gue hanya ingin menyapamu apa itu tidak boleh?" Daniel beranjak dari posisinya dan menghampiri Evelyn yang tengah menatap dinginnya.

"Tidak" tolak Evelyn

Tangan Daniel mencengkeram rahang Evelyn  cengkramannya semakin mengerat, "Kenapa tidak? ini bukan kamarmu brengsek. Dan gue bebas untuk tidur dimana saja" ucapnya

Ah iya Evelyn hampir melupakan fakta bahwa ia hanya numpang, oh ayolah dirinya saja belum genap 17 tahun dan ini masih menjadi tanggung jawab Calvin selamanya suka maupun tidak ia juga anaknya.

"Saya akan pergi sebentar lagi" kata Evelyn

Tanpa mengendurkan cengkramannya pada rahang Evelyn ia menatap sengit kearah Evelyn, "Membela dirimu didepan umum saja kau tak bisa bodoh, pasti sangat menyenangkan melihat kau kluntang-kluntung dijalanan sana"

Pergi untuk bertemu bundanya, ingin sekali Evelyn berteriak seperti itu didepan Daniel. Ia akan mengingat satu persatu peristiwa yang ia alami dulu hingga sekarang dan mengadukannya ke Margareth agar ia tau suaminya Calvin dan putra yang dahulu ia banggakan sudah berubah menjadi iblis.

"Saya ingin istirahat" ucap Evelyn dengan lesu, ia malas berdebat dengan Daniel karena dipastikan ia akan digebukin sama Daniel.

Plakkk..

Evelyn menoleh kesamping sambil memegangi pipinya yang berdenyut-denyut.

"Ucapan selamat istirahat" kata Daniel dengan enteng

what the fuck! ucapan istirahat pala lu segitiga. Evelyn tak habis pikir dengan kelakuan biadab Daniel.

Setelah kepergian Daniel dengan cepat Evelyn mengunci pintu kamarnya dan melepaskan wig yang sedari tadi bertengker dikepalanya.

Ia lantas mengambil kupluk untuk menutupi kepalanya, Bukannya ia malu atas ketidakadaan rambutnya namun yang lebih Evelyn takutkan adalah bagaimana jika salah satu orang rumahnya ada yang memergokinya dan itu nantinya akan membuat rahasia yang ia jaga terbongkar begitu saja dan dirinya tidak mau hal itu terjadi, cukup Jeslyn saja yang mengetahuinya.

•••••

"Bagaimana sudah ada hasil?"

"Tidak ada pak, tapi saya menemukan satu fakta mengejutkan orang itu memiliki nama asli Vicky" jawab seseorang diseberang sana

"Trus?"

"Yang lebih mengejutkannya, Vicky ini sudah mengincar bapak sedari dulu dan tragedi meninggalnya Bu Margareth juga ada sangkut pautnya dengan dia pak"

"Saya mohon pak Calvin harus memperbanyak pengawal karena kemungkinan ia juga mengincar nyawa anda pak, hanya itu informasi yang saya dapatkan. Saya akan mencari lebih dalam lagi" Lanjutnya sambil menutup telpon dengan sepihak

Dunia bisnis memang sangat kejam, Calvin tidak menyangka kecelakaan yang menimpa Margareth juga sebuah rencana seseorang untuk membuat dirinya down  dan berakhirnya perusahaan HR  miliknya.

Beberapa kali Calvin mengusap wajahnya. Salahkah dia seperti ini? memperlakukan Evelyn seperti itu atas kematian mending istrinya?

"Tidak, anak itu juga salah" egonya membantah namun justru didalam hati kecilnya ingin berhenti melakukannya

Calvin membuka laci meja kerjanya dan mengambil foto keluarga yang Margareth sengaja abadikan momen itu dalam bentuk cetak.

Calvin membuka laci meja kerjanya dan mengambil foto keluarga yang Margareth sengaja abadikan momen itu dalam bentuk cetak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matanya berbinar mengingat momentum dahulu, Calvin mengusap pelan foto Daniel kecil dan Evelyn kecil. Ada sedikit perasaan menyesal dalam benak Calvin ketika melihat foto-foto dulu.

Dengan cepat Calvin menggelengkan kepalanya dan meletakkan foto itu ketempat awalnya. Melihat itu saja kau sudah lemah, egonya terus membuncah tidak terima

Lebih baik ia segera tidur pikir Calvin

••••

Evelyn terbangun dari tidurnya tepat tengah malam. Penyakitnya kembali menyusahkan ia yang sedang tertidur nyenyak. Dengan cepat ia mencari letak obatnya dan langsung menelan tanpa dorongan air putih.

Air mata membasahi pipinya, rasa sakitnya semakin terasa pekat. Nafasnya naik turun tidak stabil, mulut Evelyn memanggil nama sang bunda berharap bundanya bisa menolong dari atas sana

Pandangannya kabur, berungkali dirinya mengerjapkan matanya. Hingga pada akhirnya kegelapan menyerangnya ditengah malam yang sunyi.

Evelyn | ENDWhere stories live. Discover now