Devil in Your |52

11.5K 518 11
                                    

Seluruh mata yang ada di sana membelalak tak percaya. Bahkan, suasana yang tadinya ramai pun kini berubah hening, sama sekali tak ada suara yang terdengar.

Saat Gea berniat melepaskan tautan bibirnya, Ryan dengan sigap memegang erat tengkuknya yang mengakibatkan ciuman singkat itu terjadi di sana. Tak peduli situasi dan tempat, mereka kembali ke posisi semula.

Gea dengan perasaan canggung memerhatikan sekitar, lalu mulutnya sedikit mengeluarkan deheman pelan yang seketika membuyarkan fokus para siswa di sana dan segera kembali ke aktivitas semulanya.

Reyhan menatap kedua orang itu protes, untuk kedua kalinya ia melihat adegan kissing yang dilakukan oleh kedua insan itu dengan kedua matanya sendiri. 'Gak tahu malu!? Bisa-bisanya si Ryan yang gak pernah deket sama cewek nyium princess sampai segitu agresif-nya. Ck, ck...'

Gea yang seakan menyadari tatapan protes dari kakak sulungnya itu menoleh, "Kalau mau protes, nanti aja. Gue mau ngelanjutin makan dulu." ujarnya sarkas.

Sementara di sebelahnya, Ryan yang telah selesai dengan makannya kembali memasang earphone berwarna hitam-hijau itu ke telinganya. Dan semuanya kembali lagi ke kegiatannya sebelumnya seakan-akan melupakan adegan kissing yang baru saja terjadi di sana.

•••

"KU...COBA, MENAHAN PERIH YANG KURASA... WALAU INI MENYAKITKAN!!! HOOOO!! JIKA MENYAKITI AKU BISA MEMBUATMU BAHAGIA, MAKA LAKUKANLAH ITU, TANPAMU KU YAKIN BISA!!!"

Reynald dengan tampang genitnya menaiki meja seraya bernyanyi-nyanyi dengan menggunakan salah satu spidol papan tulis sebagai mic-nya. Para siswa lainnya dengan senang hati bergoyang-goyang tanpa mengindahkan apapun karena merasa sangat terhibur dengan suara Reynald yang diiringi oleh suara musik dari beberapa handphone-nya penghuni kelas.

Sementara Ryan, ia duduk di depan kelasnya dengan earphone agar suara berisik yang berasal dari dalam tidak mengganggu konsentrasinya untuk mengerjakan beberapa tugas kantor A'R Company yang telah beberapa tahun menjadi sumber pendapatan utamanya itu.

Ya, Ryan dan Reynald memang sekelas, lebih tepatnya kelas XI-IPS 2. Sedangkan dua sisanya berada di kelas IPS 3. Oh iya, dan lebih parahnya lagi, Ryan harus sekelas dengan setumpuk manusia berisik yang tak kalah dari Reynald, sahabatnya.

Setelah ia menyelesaikan beberapa berkas dengan cepat, Ryan membuka you tube dan mulai menonton beberapa teknik memasak karena akhir-akhir ini, Gea sangatlah sering mengidamkan ia untuk memasak. 'Ck, ck, ck. Perhatian banget sama istrinya. Perfeck husband pastinya.'

Namun, belum genap satu menit menonton, ia merasakan earphone-nya dicopot paksa lalu telinganya panas karena ada seseorang yang dengan teganya menjewer telinga bersihnya itu. Ia mendongak dan menemukan bahwa pak botak a.k.a pak Surya selaku guru BK RIHS sedang menatapnya garang. Ia membuka mulutnya hendak memprotes, namun suara dari nyanyian Reynald kembali menusuk tajam telinganya.

"IKHLAS KU MENCINTAIMU, IKHLAS KU KEHILANGANMU!!! SEMOGA KAU TERSIKSA, DENGAN PILIHANMU ITU!!!"

'ANJING!! Mereka bisa diem gak sih!? Lagu aja kayak nyumpahin orang!!' Ryan mendelik ke arah kelas tak suka, lagi-lagi telinganya menjadi tumbal.

Karena kaget, jeweran pak Surya tak sengaja mengencang yang menyebabkan Ryan sedikit meringis karenanya. 'Ah, sudah pasti telinga gue akan berkamuflase menjadi merah. Sialan emang! Ngapain juga tadi gue di depan kelas, harusnya sekalian ke ruang pribadi aja biar ga kena tangkap. Huhh.... Serah lo deh!'

Ryan menatap pak Surya tidak suka, "Pak, kok saya yang kena refleks-nya?" tanyanya datar namun terasa menusuk.

Surya melotot tak suka pada siswanya yang satu itu, walaupun begitu, ia tetap tak mengurungkan niatnya untuk melepas jeweran itu. Ia bersama rotan kesayangannya berjalan menuju pintu kelas IX-IPS 2. Namun, belum genap satu langkah memasukinya, ia kembali mendengar nyanyian Reynald yang malah terdengar seperti mantra kutukan yang ditujukan padanya.

"KAU BERSAMANYA, AKU MENGUTUKMU, DENGAN SEGENAP HATI, KUDOAKAN, KAU MENDERITA!!!"

Reynald dengan sengaja mengarahkan spidol di tangannya itu ke arah para teman sekelasnya yang saat ini berjoget ria mengelilingi meja yang dijadikan panggung olehnya.

"HO, A! HO, E!!"

Sambung mereka kompak. Oh iya, kecuali satu orang yang tak lain adalah ketua kelas yang kini mengerjab pelan ke arah pintu. Lalu sesaat kemudian, matanya membelalak sempurna. 'Mampus!'

"PAK SURYA!?!" pekiknya yang seketika membuyarkan kegiatan mereka dan serentak menoleh ke arah pintu dengan perasaan kaget. 'Sejak kapan pak botak ada di situ!?'

Pak Surya yang kerap dijuluki pak botak oleh siswa-siswanya itu tersenyum manis, sangat manis. Sedangkan yang ditatap kini tengah meneguk ludahnya susah payah. Pikiran mereka hanya satu, 'Pasti bakal dikasih hukuman!'

"KALIAN SEMUA! LARI KELILING LAPANGAN SAMPAI WAKTUNYA PULANG!! SEKARANG!!!"

Semua siswa kelas XI-IPS 2 segera berlari menuju lapangan termasuk Ryan yang masih tetap bertahan dengan sikap malasnya melangkah santai. Namun, lagi-lagi sebuah suara dari guru laki-laki itu mengintrospeksi langkahnya.

"Kecuali kamu, Anggar Ryan!" pak Surya dengan tegasnya menunjuk ke arahnya.

Ryan mengernyit, "Saya?" tanyanya memastikan.

Guru itu mendengus tidak suka, otaknya sangatlah panas saat berbicara dengan balik es ini. "Ya kamulah, emang siapa lagi?" dia menyilangkan kedua tangannya di dada, angkuh.

'Oh, gue? Gue kira lo manggil dedemit kali ini.' Ryan menatap datar gurunya tersebut. "Kenapa?" tanyanya datar.

"Kamu, pergi ke kelas XI-IPA 1 dan awasi pelajaran mereka sampai nanti saat pulang." titahnya tegas.

Ryan mengernyit tidak suka, "Kenapa saya?" tanyanya bingung.

Pak Surya memutar kedua bola matanya malas, "Kamu mau saya suruh lari sampai jam pulang??" Ryan menggeleng, ia tak mau membuang tenaganya untuk melakukan hal tak berguna seperti itu.

"Yaudah, lagi pula sekarang mereka lagi mapel PPKN. Saya itu wali kelas kamu, jadi saya tahu kamu kadang lebih detail tentang sejarah dan adat kesopanan yang dipelajari di SMA." jelasnya panjang lebar.

Ryan mendengus tidak suka, ini mungkin lebih baik dari pada harus berpanas-panasan bersama teman sekelasnya yang berisik. Toh, ia juga memiliki earphone untuk mengatasi suara berisik di sana dan juga, anak IPA pasti lebih pendiam daripada anak IPS yang berisik.

Ia mengangguk, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia segera melenggang menuju kelas XI-IPA 1 yang terkenal akan kedisiplinannya itu. Earphone kembali terpasang di telinganya saat merasa sudah jauh dari jangkauan guru BK laki-laki itu.









-18 Juli 2020-
Dianashevy05🌿

Devil in Your (ANGGARANTA)Where stories live. Discover now