Devil in Your |51

11.6K 561 5
                                    

Kini, double Rey, Aura, Lexa serta dua tersangka sedang berada di salah satu cabang cafe milik Ryan, lebih tepatnya bagian dari Putra Crop's.

Jika kalian semua bertanya di mana Geo dan kenapa bisa Lexa di situ?? Jawabannya adalah, Geo sedang berhalangan hadir karena sedang melaksanakan date dengan seseorang yang sangat dicintainya, siapa lagi kalau bukan Vanya. Sedangkan Lexa, ia bisa sampai di sini karena Reynald menghubunginya agar ke sana.

Oh iya, ngomong-ngomong soal nasib dari makanan sea food yang sempat dipesan oleh Gea itu diberikan kepada beberapa orang yang sedang duduk di pinggir jalan raya. Entahlah, mood makannya tiba-tiba menjadi hilang.

Reyhan memamerkan deretan gigi putuhnya bermaksud memberi gertakan, namun segera ia buang karena malah mendapatkan tatapan datar dari kedua manusia ice di depannya.

"Kalian tadi, ngapain berduaan di sana??" tanya Reyhan dengan matanya yang kini menyorot menginterogasi. 'Santai aja kali, Pak!'

Gea mendengus tak bersuara, kemudian mendongakkan kepalanya ke arah kedua kakanya. "Dia adalah Anggar, orang yang pernah menciumku di depan mansion." jelasnya sesingkat-singkatnya. 'Kok kaya proklamasi ya? Sesingkat-singkatnya?? Hahahaha...'

Reyhan melototkan matanya tak percaya lalu berganti ia melirik sinis Ryan. Sedangkan Reynald, ia mengernyit heran karena tidak tahu arah pembicaraannya. Berbeda dengan Aura dan Lexa yang hanya bisa mengangguk percaya dan sedikit takjub kepada kedua leader tersebut.

Brak!

Reyhan berdiri dari duduknya seraya menggebrak keras meja di depannya. Ia mencengkeram kerah Ryan dan menatap sengit sahabatnya tersebut. Alisnya bertaut, menandakan bahwa saat ini dia sedang benar-benar marah.

Sementara Ryan, ia bisa saja melepaskan cengkeraman Reyhan saat itu juga, namun ia urungkan karena tak mau menjadi adik ipar yang durhaka. Ia dengan sedikit tenaga, menatap datar Reyhan yang masih saja menatapnya sengit.

"JADI ELO YANG UDAH CIUM PRINCESS DI DEPAN MANSION!?!" Reyhan dengan tegas membentak Ryan yang kini masih saja menatapnya datar, sama sekali tak berniat melawan.

Ryan diam, ia tak menjawab maupun bergeming. Sementara Reynald, ia terus-menerus mencoba memisahkan mereka berdua, dan akhirnya berhasil.

Gea mendengus pelan, namun dengusan itu masih jelas didengar oleh telinga tajam suaminya. Ryan menoleh dan mendapati Gea yang saat ini juga menatapnya dalam.

"Jangan pakai kekerasan, gak akan nyelesaiin masalah. Lebih baik, dinginin kepala lo, besok kita bahas lagi. Hari ini gue gak pulang ke mansion. Bye!"

Gea segera menarik Ryan pergi dari sana sebelum kakak pertamanya itu semakin menunjukkan amarahnya di sini. Toh, tak baik kalau mereka terus-menerus bertengkar dan didengar oleh pelanggan lainnya.

Sementara di sisi lain, Reyhan mulai mencoba meredam amarahnya yang sempat membuncah saat ini. Ia mendengus pelan, kemudian menatap satu per satu antara tiga orang yang masih ikut bersamanya itu.

Lalu Reynald, ia yang sedari tadi di samping kakaknya itu menghela napasnya sedikit jengah. Tak lama kemudian, ia menampilkan deretan gigi putihnya lalu berkata.

"Jalan-jalan, kuy!"

•••

Saat ini, Gea dan Ryan sedang berada di mobil sport Lamborgini kuning yang dibeli oleh Gea atas namanya beberapa hari yang lalu. Entahlah, ia dengan tiba-tiba menginginkan sebuah mobil berwarna kuning cerah ada di garasinya.

Gea menguap untuk kesekian kalinya, "Nanti beli mie ayam di depan apartemen, ya?" pintanya tiba-tiba.

Ryan tersenyum maklum, kemudian masih dengan tatapan fokus ke jalan raya, ia mengangguk mengiyakan. Lalu setelah beberapa saat, ia memberhentikan mobilnya di depan Apartemen, tempat penjual mie ayam yang istrinya idamkan.

Dengan cepat, Gea segera turun dari mobil setelah diberitahukan sesuatu oleh suaminya itu. Setelah itu, Ryan segera memarkirkan mobilnya itu lalu kembali menyusul Gea yang kini masih berada di sana, menunggu pesanannya.

Ryan duduk di samping istrinya, "Udah pesan?" tanyanya kepada Gea.

Gea mengangguk, lalu matanya kembali fokus memerhatikan proses pengolahan mie ayam yang kini tengah dilakukan oleh si pedagang. Entahlah, ia sedikit tertarik untuk melihatnya.

Setelah beberapa saat menunggu, mie ayam pesanannya kini telah berada tepat di depannya. Ia memesan dua untuk dimakan di sini bersama Ryan dan satu lagi untuk untuk dimakan di apartemen.

"Selamat makan."

•••

"Mayatnya nyusahin banget ya ni orang??" gumam Arka setelah selesai menguburkan mayat milik pria yang diketahui bername code Goro976 itu. 'Kalau gak mau ngurus mayat, ngapain dibunuh?'

Arka menancapkan cangkulnya ke samping gundukan tanah itu. Lalu terkekeh sinis, "Kalau aja bukan Ryan yang nyuruh, ogah gue ngurus mayat ni orang. Cuih!" ujarnya seraya pergi meninggalkan tempat tersebut dengan tangan kiri yang menyeret cangkul miliknya.

Setelah selesai mandi dan ganti baju, Arka segera bergegas menaiki motor sport koleksi Ryan yang ada di mansion Anggaranta itu. Ia sama sekali tak mau repot-repot, toh mereka bahkan bisa membeli motor yang sama dengan jumlah tak terhingga. Jadi, untuk apa merasa bersalah?

Dengan kecepatan yang tergolong tinggi, ia dengan gesitnya membelah jalan raya bogor yang kini telah sepi akan pengemudi. Menambah kecepatan lagi, ia bergegas untuk sampai di markas Red Hand bagian Bogor.

•••

"Princess, kamu kok gendutan ya??"

Gea menoleh dan mendapati kakak sulungnya yang sedari tadi terus memerhatikan postur tubuhnya yang sedikit berubah. Ya, hanya sedikit mungkin?

Mereka sudah berbaikan saat pagi tadi. Sepertinya kakaknya itu benar-benar sengsara karena Gea marah kepadanya. Dan itu membuktikan bahwa, Reyhan benar-benar memiliki kasih sayang yang sangat besar untuk adik bungsunya tersebut.

Ia mendengus dan dengan malas membuka suaranya yang menawan, "Abang ngatain Gea gendut ya??" tanyanya sengit.

Reynald tergelak puas saat melihat ekspresi kebingungan dari kakaknya itu. Sementara Aura dan Lexa yang juga berada di sana hanya bisa terkekeh geli melihat interaksi keluarga tersebut.

"Iya, sih. Princess, kamu kok sekarang gendutan ya?" tanya Reynald ikut menimpali.

Gea mendengus, "Gatau, bodo amat!" ujarnya lalu kembali menyuapkan somay yang berwarna hitam kecap ke mulutnya.

Ryan menoleh ke arah double Rey yang mungkin masih penasaran sekarang, "Mungkin, dia terlalu betah sama makanan Indonesia. Kan dia udah lama banget tinggal di London." ujarnya bermaksud membela.

Gea mengangkat alisnya sebelah, kemudian menatap Ryan bertanya. "Lama banget?" tanyanya memastikan.

Ryan tersentak, sepertinya ia terjebak ke dalam perkataannya sendiri. "Iya, lama banget." ujarnya membenarkan.

Gea mengacungkan garpu somay miliknya ke arah Ryan, "Berarti, kamu ngerasa aku lama banget di sana ya?" tanyanya tepat sasaran.

Ryan mendengus, ia akan mengalah untuk kali ini, "Iya, kamu pasti tahu artinya bahwa aku ngerasa kangen." ujarnya dengan secuil senyum manis di bibirnya.

Gea mendekatkan wajahnya, lalu berbisik. "Ternyata, Anggarnya Talya bisa ngerasain rindu juga ya?"

Cup!









—17 Juli 2020—
Dianashevy05🌿

Devil in Your (ANGGARANTA)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن