Devil in Your |40

12.8K 641 6
                                    

Givanya Doracnia Olinza. Si gadis cantik nan manis yang menyandang status sebagai kekasih dari salah seorang Most Wanted di RIHS ini, Geo. Dia, Vanya. Anggota Black Diamond perekrutan ke-117 dari Jepang.

Di RIHS, dia adalah sosok dingin tak tersentuh oleh siapapun kecuali Geo. Dia adalah orang yang terlalu fokus akan misi yang membuatnya menanam perasaan pada targetnya kali ini.

Dia, memiliki aura yang berkata 'Jangan mendekatiku, aku tak butuh teman seperti kalian.' hingga sampai saat ini, ia tak memiliki satu teman pun di RIHS. Dia hanya kenal dan tahu, tapi bukan sebagai teman.

"Boleh gabung ga?" tanyanya pada tiga siswi yang berada di meja yang sekiranya lumayan besar.

"Givanya Doracnia Olinza, ya?" tanya Gea dengan nada dingin kebesarannya.

Deg!

'Suara ini!! Hanya satu perempuan yang yang kuyakini punya suara ini. The leader of Red Hand mafia. Benar, ini adalah Queen mafia.' Vanya terpaku gemetar sesaat setelah mendengar suara Gea.

"Maaf, saya lancang ke—" permintaan maaf Vanya terpotong oleh Gea.

"Tidak perlu, Vanya. Kita, teman?" Gea menunjukkan senyuman miringnya yang malah terkesan seram untuk Vanya yang kini berusaha untuk menetralkan wajahnya.

"Ya, kita teman." balasnya takut-takut.

Gea tersenyum puas, "Katanya mau duduk, sini." Gea menepuk kursi di sampingnya dengan kalem.

"Ah, iya."

•••

"Siapkan seratus pasukan dan segera kirim ke RIHS. Gue tunggu empat menit lagi. Cepat!"

Tut... Tut... Tut...

Ryan segera memasukkan handphone pintarnya ke dalam saku dan segera berlari dari rooftop menuju kantin sekolah yang kini merupakan tempat berkumpulnya pasukan Red Hand dan Black Diamond yang mayoritas berada di sana.

Saat melewati kantin, dia mengirim sinyal ke semua chip yang terpasang di jari seluruh anggota yang berarti 'L-A-P-A-N-G-A-N' dan dia segera memberitahu Gea untuk menuju ruang pribadi milik Anggaranta.

"Talya, kamu tunggu saja di sini, ya?" bujuk Ryan kepada Gea, lagi.

"Ayolah, Gar. Aku juga ingin ikut." pinta Gea kekeh.

"Tidak! Kamu gak boleh ikut." tegas Ryan seraya memasang rompi penuh senjata miliknya.

"Anggar...." rengeknya meminta.

"Kalau kamu ikut, taruhannya bukan hanya kamu, tapi juga dia." tuturnya memberi pengertian.

"Oke, aku gak ikut. Tapi, aku tetap mau lihat walaupun dari gedung evakuasi. Boleh?" Ryan mengangguk pelan.

"Jaga dia baik-baik dan juga, kamu. Bye."

•••

Dor!

Bunyi letupan peluru mengiringi masuknya pasukan Blue Foresh's melewati gerbang RIHS. Mereka adalah mafia yang menyerang mansion Anggaranta beberapa bulan lalu dengan dipimpin oleh Abraham.

Kini, sepertinya telah digantikan kekuasaannya oleh anaknya. Mereka menyerang RIHS semata-mata untuk balas dendam tentang gugurnya para penyerang beberapa bulan lalu yang dipimpin oleh dua siswa dari yang memakai seragam khas RIHS.

"HAI!! LAMA TAK BERJUMPA BLUE FOREST!! AKU MERINDUKAN KALIAN SEMUA!!!" pekik Gea yang telah memakai pakaian serba hitam dengan rompi kebesarannya, tak lupa dengan topeng yang biasa menutupi wajah aslinya.

Ryan melotot tak percaya dan segera manatap penuh tanya ke sana. Dia tahu siapa dan dari mana suara itu. Ia benar-benar tak habis fikir bagaimana nanti anaknya, jika saat mengandung ibunya saja bisa seperti ini.

'Wtf!! Baru jadi janin aja udah gini!?! Gimana nanti kalau udah gede!! Harus ekstra sabar nih gua nanti!!" Ryan hanya bisa geleng-geleng tak sanggup. Sungguh, ia mulai memikirkan bagaimana nanti calon anaknya itu.

'Apakah laki-laki? Apakah perempuan? Warna matanya apa? Bentuk bibirnya bagaimana? Bentuk telinganya bagaimana? Muka imutnya akan menuruni siapa? Bagaimana nanti sikapnya? Sifatnya? Hobinya? Rutinitasnya?' sungguh, ia benar-benar penasaran. Ini adalah pertama kalinya setelah kejadian itu otaknya tak bisa memprediksi bagaimanakah caranya bekerja? Oh, ini benar-benar mengganggunya.

Flashback on

Dua tahun yang lalu, selepas perang mafia, seminggu selepasnya......

"Hujan meteor...." gumamnya pelan.

Gea mengikuti arah pandang orang yang kini telah menjadi suaminya itu. Langit yang kini dihiasi meteor terlihat jelas dari sana, salah satu puncak dari pegunungan Alpen.

Ya, sekarang mereka sedang berada di Prancis. Rencananya, esok mereka akan kembali ke tempat mereka seharusnya berada agar tak menimbulkan kecurigaan dari beberapa pihak yang sekiranya kenal mereka.

"Meteor itu, mirip dengan manusia ya?" ujar Gea tiba-tiba, ia menetap detail hujan meteor yang kini menghiasi langit malam.

Ryan mengangkat sebelah alisnya, heran. "Mereka berlomba-lomba untuk maju, sama seperti manusia. Mereka berlomba-lomba mendapatkan apa yang mereka inginkan." sambung Gea penuh penghayatan.

"Hm, kau benar soal itu. Berlomba untuk mendapatkan apapun, dan maju untuk menjadi yang tertinggi di atas langit." tambah Ryan melengkapi.

Mereka kembali menatap hujan meteor yang bagai simbolisasi kelakuan manusia itu. Berbeda-beda, namun tetap makhluk ciptaan Tuhan. Sungguh, indah. Itu menurut mereka saat ini.

"Hei."

"Hm?"

"Sepertinya, aku mulai tertarik padamu." ujar Gea seraya menatapnya serius.

'Apa maksudnya? Dia, bilang aku menarik?' Ryan menatap istrinya itu penuh tanda tanya.

"Aku, mulai mencintaimu. Bagaimana menurutmu? Boleh, atau tidak?" tanyanya serus.

'Apa? Cinta? Apa itu cinta? Aku hanya tahu jika dia adalah satu-satunya gadis yang bisa membuatku seperti ini. Jantungku berdetak kencang meski tak berlari. Ada apa ini? Aku sungguh, tak mengerti tentang apa terjadi, aku takut kehilangannya. Sungguh, aku tak mengerti.' Ryan memutar otaknya untuk terus berpikir agar menemukan jawabannya. Namun, nihil. Kali ini, ia tak menemukan apapun di sana, hanya tanda tanya yang terlihat.

Dengan ragu, ia menjawab, "Aku tak bisa menjawab itu sekarang. Tapi, kau boleh membawaku merasakannya."

Flashback off

"Eh? Kenapa kalian sekarang malah diam?" tanya Gea heran. Pasalnya, ia berjongkok tepat di ujung tiang bendera di sana. Untung saja, hari ini sang saka merah putih tak sedang dalam perawatan untuk kebersihannya.

"TURUN!!!" pekik Ryan khawatir. Pasalnya, ia tak mau istrinya itu kenapa-napa, apa lagi, kali ini ada anaknya juga di sana.

"Oh, oke sayang!" Gea melompat turun dari atas sana menggunakan beberapa pijakan celah tembok yang tersedia.

Ia berdiri, lalu berjalan pelan dengan anggunnya seraya mengeluarkan sebuah katana dari sarungnya. Ia menyeringahi jahat, lalu mendekat ke arah Ryan dan segera menariknya menuju medan pertempuran.

Sungguh, kali ini, Ryan benar-benar telah kehabisan akalnya karena istrinya. Kini, hanya ada satu hal pikirannya, 'Gimana nanti jadinya anak gua?!?'









—07 Juli 2020—
Dianashevy05🌿

Devil in Your (ANGGARANTA)Where stories live. Discover now