Devil in Your |02

21.4K 999 25
                                    

Pagi ini adalah hari pertama Gea bersekolah, banyak sekali hal yang membuat senang saat ini. Terutama, ia akan bersekolah di tempat yang sama dengan Anggar. Untuk itu, sepertinya ia harus menahan sedikit kenakalannya nanti. Iya, sedikit?

Sebenarnya ia dan Anggar bisa saja tidak lagi sekolah karena mereka telah mendapat gelar S3 saat berumur 13th, tapi mereka menutupi semuanya dari keluarga karena ingin kebebasan dan merasakan menjadi siswa SMA. Serta, satu alasan pribadi yang sangat menusuk hati dari seorang Anggar.

"Good morning." sapa Gea saat keluar dari lift. Kaki jenjangnya dengan anggun melangkah tanpa ada sikap buru-buru yang terlihat, tentu saja membuat cara jalannya itu sama persis seperti seorang princess dari negeri dongeng.

"Morning too, princess." balas mereka sambil tersenyum.

Gea sama sekali tak mengeluarkan senyum untuk membalasnya, gadis itu hanya mengangguk singkat lalu duduk dengan pelan di kursi makannya seraya menunggu seorang pelayan yang kini tengah mengambilkan makanan untuknya.

Mereka sarapan dengan hikmat dan tenang. Tak lupa, Gea yang memancarkan semangat semangat dari matanya yang biasanya terlihat lesu. 'Dasar! Semangat kali kau mau ketemu yang tersayang...'

"Gea berangkat dulu, Assalamualaikum." pamit Gea meninggalkan meja makan, tak lupa sebelumnya ia mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

Gea menuju garasi dan segera menaiki mobil sport Lamborghini putih kesayangannya dan melesat pelan meninggalkan mansion. 'Yaiyalah, kalau langsung cepet terus ketahuan nanti yang ada dapat ceramah.'

Saat sudah cukup jauh dari mansion, ia menambah kecepatan dan menembus padatnya Jakarta dengan dilengkapi senyum devil-nya. Oke, tangannya memang sudah mulai gatal untuk mempercepat mobilnya.

•••

Sebuah mobil sport Lamborghini berwarna putih memasuki kawasan RIHS yang kini terparkir di parkiran khusus pemilik. Dan menjadi satu-satunya mobil yang terparkir di sana, tandai itu.

Dengan style-nya yang dingin dan datar berjalan di koridor yang sudah ramai oleh para siswa RIHS. Oh iya, jangan lupa dengan earphone yang sudah terpasang rapi di telinganya. Ia memasuki ruang kepsek tanpa permisi.

"Dasar tak punya sopan santun, kalau masuk itu ketuk pintu ucap salam dulu, bukan-" celoteh si kepsek super duper ruwet tapi gak bisa ngurus dirinya sendiri, kampret gak?

"Kelas?" potong Gea datar.

"Huh, sombong sekali. Siswa itu harus-" oceh si kepsek lagi.

"Kelas?" potong Gea yang mulai jengah.

"XI-IPA 1. Cepat keluar sana saya sudah mu-" ucapannya terpotong oleh suara pintu yang ditutup keras oleh Gea. 'Tidak punya sopan santun sekali anak itu.'

Gea berjalan santai di koridor yang kini telah sepi, menuju ke tempat di mana kelas barunya berada. Saat telah sampai di di depan ruangan itu, ia dengan perlahan menurunkan earphone-nya lalu menyampirkannya di leher.

Tok... Tok... Tok...

Pintu terbuka, tampak seorang wanita paruh baya yang berpakaian seperti guru. Wanita itu tersenyum ramah, dan point pentingnya adalah senyum itu sangatlah lembut saat dilihat, namun Gea tetap saja datar meski melihatnya.

"Murid baru?" Gea mengangguk.

"Ayo masuk," ajaknya lalu masuk duluan diikuti Gea di belakangnya.

Devil in Your (ANGGARANTA)Where stories live. Discover now