28

88 9 1
                                    

Yeeun pov




"Yeeun-aa…"

"Ibu?"

"Yeeun putriku…"

"Ibu? Kaukah itu?"

Aku terkejut melihat diriku berada di tengah daratan yang sangat luas dengan mengenakan gaun putih. Aku melihat ke sekeliling tapi tidak ada siapapun. Apa aku sudah di surga?



"Yeeun-aa?"


"Ibu ?"


Aku melangkahkan kakiku kesana kemari mencari asal suara itu. Suara yang amat kukenal.

Aku sedikit kesulitan melintasi tempat ini karena begitu banyaknya kabut. Sampai akhirnya aku menemukan sesosok wanita paling hebat yang pernah kutemui tengah berdiri di depanku sambil merentangkan tangannya.

"Ibu?"


"Yeeun-aa.."


Aku memeluk ibuku erat.

Rasa rindu yang menggebu-gebu tak mampu ku elakkan saat berada di pelukan yang sudah lama tak kurasakan ini. Pelukan paling hangat dan menenangkan. Pelukan dengan kedamaian terdahsyat yang takkan bisa kau dapatkan selain dari seorang ibu. 


Ibu, aku merindukanmu.



"Yeeun-aa?"

Aku mendongak, dan menatap wajah ibuku yang berseri-seri. Ia membelai kepalaku dengan lembut sambil tersenyum. 

"Ibu sangat bangga padamu. Kamu tahu kenapa ?"

"Karena aku cantik, kan?"

Ibu tertawa kecil mendengar jawabanku. "Tentu saja karena kamu cantik. Dan, kamu adalah seorang gadis yang kuat. Kamu mampu menerjang semua rintangan hingga kamu bisa bertahan sampai saat ini."

Aku tersenyum mendengar pujian ibuku. Pujian yang sangat kubutuhkan dan keluar dari orang yang juga paling kubutuhkan . 

Andai saja ibu masih hidup. Aku tidak perlu merasakan penat dan lelahnya hidup di dunia yang kejam itu. Andai saja ibu masih ada, aku takkan merasa kesepian atau sedih karena hanya ibu yang paling berarti bagiku.


Sungguh.

Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku. Aku ingin tetap berada disini. Biarpun ini bukanlah tempat seindah surga, tapi aku yakin akan bisa bertahan karena aku bisa memeluk ibuku. Dimanapun itu, asal bersama ibu, dan bukan di dunia yang penuh manusia-manusia licik itu, aku sama sekali tidak akan keberatan.


"Yeeun~ dunia tidak sekejam itu."

Aku mengernyit marah karena tampaknya ibu ingin kembali ke dunia.

"Tidak. Ibu tentu tidak bisa lagi kembali ke dunia. Tapi, yang harus kamu ketahui, bahwa semua makhluk yang hidup di dunia berhak untuk bahagia." 

"Aku tahu. Dan aku sedang menjemput kebahagiaanku, bu." jawabku lantang.

Namun, ibu menggeleng seolah tak menyetujui pernyataanku .

"Yang kamu lakukan sekarang bukanlah usaha untuk menjemput kebahagiaanmu, Yeeun. Tapi itu semua adalah usaha untuk menghancurkan dirimu sendiri."

Aku kembali marah mendengar jawaban ibu yang sangat tidak ingin kudengar. Dan perasaanku pun mulai berkecamuk karena tak sejalan dengan pemikiran ibuku .

BYE MY FIRSTWhere stories live. Discover now