11

140 23 1
                                    

Cheers!!


Semua orang menyulangkan gelas mereka masing-masing dengan bersukacita. Hentakan musik yang energik seolah ikut membangkitkan suasana. Semuanya larut dalam kemenangan.

“Maaf, kau hanya bisa meminum jus ini karena usiamu.” ucap July setelah memberikan segelas jus jeruk pada Yeeun yang duduk di kursi bar.

Yeeun pun menerimanya seraya mengucapkan terimakasih .

July lalu duduk di samping Yeeun sambil memperhatikan para suruhannya serta pelanggan kelab yang tengah menikmati pesta.

“Eonni?”

July menoleh ke arah Yeeun .

“Apa kau puas dengan dirimu yang sekarang ?”

July terdiam, lalu kembali memperhatikan suasana pesta . “Tidak. Bukankah manusia memang ditakdirkan untuk tidak bisa merasa puas?” jawabnya.

Mendengar pertanyaan retorik yang diucapkan July, Yeeun tiba-tiba tersenyum, “Jadi, kau melakukan apapun itu untuk mencapai kepuasanmu?”

July kembali menoleh ke arah Yeeun , “Eung. Karena kita sudah tidak bisa lagi mengandalkan kebenaran jika masih hidup di dunia yang kejam ini.” July menghela napasnya cukup panjang, “Yeeun~ apa kau pikir, para penguasa dan para pemimpin di dunia ini tidak pernah melenceng dari kebenaran ? Kita bukannya tidak tahu kejahatan mereka, tapi mereka lah yang pandai menyembunyikan itu semua.”

Yeeun terdiam. Tatapannya tiba-tiba kosong. Ia berpikir , bukankah pemikiran seperti itu juga yang selalu melekat di pikirannya selama ini setelah bertemu dengan orang-orang licik di Daesang High school.

“Yeeun~ jangan langsung berpikir kalau aku tidak sebaik yang kau kira. Memang benar, sebagian besar hasil kesuksesanku berasal dari pekerjaan yang seperti kau lakukan tadi pagi, tapi itu semua hanya sebagian kecil dari mereka yang jauh di atasku. Mereka bahkan melakukan yang lebih parah , Yeeun. Aku melakukan ini hanya untuk bertahan hidup .” tambah July. Melihat Yeeun yang tidak memberikan tanggapan , July balik bertanya, “Kenapa ? Apa kau menyesalinya?”

Yeeun yang semula diam, tiba-tiba menoleh ke arah July dengan senyum pasti, “Tidak. Aku tidak menyesalinya . Karena dengan itu, aku akhirnya bisa menyewa rumah.”

July pun ikut tersenyum melihat semangat Yeeun , “Itu bagus! Pikirkan dulu dirimu sendiri, sebelum memikirkan orang lain.”

Tiba-tiba, Yeeun bangkit dari kursinya . “Aku harus pergi.”

“Apa kau sudah punya tujuan?” tanya July.

Yeeun mengangguk , “Aku harus segera mendapatkan rumah sebelum malam.”

“Baiklah, kalau begitu. Datanglah kemari jika kau butuh bantuan . Ah, iya, berikan aku nomor teleponmu.”

Yeeun sontak menepuk dahinya, “Aku lupa kalau aku sudah tidak memiliki ponsel lagi . Eonni, aku harus pergi . Sampai jumpa.” Yeeun pun pergi meninggalkan July dengan terburu-buru.



-






“Ma..mahal sekali. Apa tidak ada yang lebih murah dari ini?” tanya Yeeun setelah mendengar harga ponsel yang diucapkan seorang pegawai toko.

“Ini sudah yang paling murah, Nona.” jawab pegawai itu.

Yeeun menghela napasnya. Selain tempat tinggal, ia juga membutuhkan sebuah ponsel. Setidaknya ia bisa mendapat informasi pekerjaan dari sana. Tapi, bagaimana bisa harga ponsel sekarang sangat mahal, bahkan lebih dari setengah harga sewa rumahnya dulu. Jika Yeeun tidak mendapat pekerjaan dalam beberapa waktu ke depan , bagaimana ia bisa mendapat makanan jika semua uang yang diberi July habis hanya untuk membeli ponsel dan rumah .

BYE MY FIRSTWhere stories live. Discover now