22

75 13 27
                                    


 3 bulan yang lalu..

Roma, Italia





“Ohoo..barista kami, Lee Jeno-ssi!” sapa Jaemin , laki-laki berambut cokelat, yang tengah duduk di kursi pengemudi, melambaikan tangan arah temannya yang baru saja keluar dari sebuah cafe.

“Bagaimana? Apa kau sudah memberitahu pegawaimu?” tanyanya saat temannya yang bernama Jeno itu membuka pintu mobil.

Jeno yang langsung duduk disampingnya, langsung mengangguk seraya memasang safety belt.

“Sepertinya kau sudah tidak sabar akan kembali ke Seoul.” goda Jaemin.

Namun, saat akan menghidupkan mobil, Jaemin tak sengaja melirik seseorang di seberang jalan yang terlihat mencurigakan. Orang itu seperti sedang memotret mereka secara diam-diam.

Saat Jaemin membuka jendela untuk melihat lebih jelas, orang itu langsung kabur.

Aish..dasar!” gerutunya kesal.

Jeno langsung menoleh, “Ada apa?”

Jaemin mendesah dengan kesal, “Hei, Lee Jeno, jujur saja, di Korea, kau ini seorang idol, kan? Kenapa banyak sekali yang memotretmu diam-diam? Apa mereka paparazzi ?” protes Jaemin.

Jeno hanya tersenyum dengan kedua matanya yang juga ikut tersenyum.

“Lagi-lagi kau hanya tersenyum. Kenapa kau membiarkan mereka? Padahal aku bisa saja menyelidikinya untukmu.”

Pria dengan rahang tajam dan kulit cerah itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, “Aku tahu siapa mereka.”

“Apa? Kau mengenalinya?” tanya Jaemin tak percaya.

“Sudahlah, ayo pulang, sebentar lagi malam.”

Jaemin pun akhirnya menuruti ucapan sahabatnya itu, lalu menghidupkan mobil.

Mereka pun melaju kencang di atas mobil sedan putih seraya menyusuri jalanan Roma yang tidak terlalu ramai senja itu.




-



Jaemin berjalan menuju kamar Jeno sambil memainkan ponselnya.

“Jeno-yaa, ayo main pubg denganku. Teamku payah sekali.” ucap Jaemin yang masih terpaku ke layar ponselnya.

Karna merasa diabaikan, Jaemin lalu melirik Jeno yang tengah sibuk menyusun pakaian-pakaiannya ke dalam koper besar.

Jaemin pun langsung berjalan mendekati Jeno. “Apa-apaan? Kau akan pergi bulan depan, kenapa berberesnya dari sekarang?”

Jeno lagi-lagi hanya memamerkan senyum manisnya tanpa menjawab Jaemin yang sepertinya tak rela jika sahabatnya itu pergi.

Hhh.. kau bahkan membawa semua pakaianmu. Kau benar-benar tidak akan kembali lagi..” Jaemin berjalan menjauhi Jeno, lalu menghempaskan dirinya ke sofa empuk di pojok kamar sambil cemberut. “Tidak akan ada lagi yang membantuku mengerjakan makalah kuliah.” rengeknya.

Jeno lalu menoleh ke arah Jaemin dengan tatapan mengejek, “Membantumu?”

“Iya iya aku tahu, kau yang membuatkannya. Dari awal sampai akhir. Ah, nilaiku pasti akan anjlok setelah kau pergi.”

“Jangan bicara begitu. Bukankah kemarin sudah kuajarkan dasarnya?”

“Memang, tapi pasti tidak akan lebih baik darimu.”

“Kau hanya harus banyak berlatih.”

Jaemin mendengus . “Kau itu pintar, kau juga mendapat gelar sarjana bisnis hanya dalam waktu 2 tahun. Tapi kenapa kau malah bekerja di cafe?” tanya Jaemin.

BYE MY FIRSTWhere stories live. Discover now