26

67 12 15
                                    

Dengan tergesa-gesa, Jeno memarkirkan mobilnya lalu keluar dari mobil. 

Jika dilihat dari luar basement, tampak pagi hari ini cukup cerah dan udara juga tidak terlalu dingin. Namun berbanding terbalik dengan perasaan Jeno yang sepertinya jauh dari kata damai. Ia begitu dipenuhi kemarahan luar biasa hingga ia tak peduli lagi apakah yang ia lakukan saat ini memang benar. 

Jeno berjalan dengan langkah pasti sambil menguatkan rahangnya. Ia sedikit bersembunyi saat beberapa karyawan dari kejauhan berjalan ke arahnya, lalu menyelinap menuju ruangan Direktur Utama. 

Ia tak memperdulikan seorang sekretaris wanita yang hendak mencegahnya saat dirinya meraih gagang pintu ruangan Jaehyun.

"Permisi! Siapa anda!?" seru sekretaris itu.

"Aku tamu Direktur Jung. Biarkan aku masuk."

"Tapi anda tidak bisa masuk begitu saja. Direktur Jung sedang rapat."

Jeno tak mendengarkan ucapan sekretaris itu dan langsung menerobos masuk.




Jaehyun yang tengah rapat seketika terbelalak hebat saat melihat Jeno yang bisa-bisanya menginjakkan kaki di Jiksu, di ruangannya, di depan para direktur perusahaan. 

Jaehyun dan Jeno saling bertatapan dengan tajam. Namun, Jaehyun lebih tidak bisa lagi menahan keterkejutannya karena kehadiran adiknya itu.

"Maaf, Direktur Jung. Tadi saya sudah menahannya, tapi beliau tetap memaksa masuk." ucap sekretaris wanita menyesal sambil membungkukkan badannya.

Para direktur pun kebingungan karena Jaehyun tidak langsung mengambil arahan untuk mengusir Jeno. Dan mereka lebih tambah kebingungan lagi, saat Jaehyun malah meminta mereka untuk keluar.

"Maaf, sepertinya rapat ini harus ditunda. Saya harus menyelesaikan masalah yang lebih penting." ucap Jaehyun sambil melirik tajam ke arah Jeno.

Para direktur pun membereskan berkas-berkas mereka lalu berjalan keluar dari ruangan Jaehyun. 

"Tidak apa, kau juga pergilah. Jangan biarkan ada orang yang masuk." perintah Jaehyun pada sekretaris barunya.




-




Yeeun menekan tombol flush sambil mengosok-gosok hidungnya. Sudah behelai-helai tissu ia habiskan untuk melawan kepilekan yang datang padanya disaat yang tidak tepat ini. 

Tiba-tiba Yeeun teringat dengan seseorang yang memberinya tissu di depan Sunrise Club tempo hari. Ia masih saja curiga karena bagaimana bisa orang tersebut tahu bahwa dirinya terkena flu gara-gara menerobos hujan. 

Yeeun pun menggeleng-gelengkan kepalanya saat tersadar telah memikirkan hal yg tidak penting. 

Ia lalu segera keluar dari toilet setelah membersihkan diri.








"Manager Jang!?"

Yeeun menoleh ke belakang saat baru saja keluar dari koridor toilet.

"Eo, ya, Manager Seol." sahutnya pada manager HRD yang sedang hamil besar.

"Kebetulan sekali ada dirimu." 

Yeeun mengangkat alisnya.

"Bisa tolong aku? Aku harus memberi dokumen ini pada sekretaris baru Direktur Jung. Tapi mesin fax di ruanganku sedang diperbaiki, dan kau tahu perut besar ini tak mampu membawaku ke lantai 5. Aku terlalu berat. Jadi, karena ruanganmu selantai dengannya, bisakah kau memberikan ini padanya ?" jelas Manager Seol sambil memberikan sebuah dokumen pada Yeeun, sementara tangannya yang satu lagi menopang pinggangnya untuk menahan beban kehidupan baru yang ada di perutnya.

BYE MY FIRSTWhere stories live. Discover now