4

124 21 2
                                    

Seseorang mengetuk-ngetuk pintu rumah dari luar sambil memanggil-manggil namanya. Yeeun dapat mengenali suara itu. Dengan segenap tenaga yang tersisa, Yeeun pun mengangkat tubuhnya yang tergeletak di lantai dan berdiri dengan kesusahan.

“Yeeun~ buka pintunya!”

Suara itu kembali terdengar.

Yeeun melangkahkan kakinya dengan lemas. Ia tak sengaja menendang cup ramyun kosong dan membiarkannya terguling di atas lantai rumah yang berserakan dan kumuh.

Yeeun membuka pintu rumahnya dan melihat Hyemi tengah berdiri dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Yeeun~ apa yang terjadi!?” Hyemi memperhatikan Yeeun yang masih mengenakan seragam sekolah. “Sudah 3 hari kau bahkan tidak mengganti seragammu!? Yeeun, ada apa sebenarnya!?” Hyemi makin cemas setelah ia mengintip ke dalam rumah Yeeun yang berantakan dari pintu yang terbuka cukup lebar.

Menyadari hal itu, Yeeun langsung menutup pintunya.

“Yeeun~ ceritakan padaku, apa yang terjadi ? Kau tidak datang ke sekolah selama 3 hari, ponselmu tidak aktif, kau tidak meninggalkan kabar sedikitpun . Aku sangat khawatir, Yeeun.”

“Kenapa ?”

Eo?”

“Kenapa aku harus meninggalkan kabar?”

“Apa?”

“Kenapa kau begitu khawatir ? Ahh.. apa kau khawatir jika aku akan ditendang keluar dari Daesang High School?”

Hyemi melongo hebat mendengar ucapan Yeeun yang cukup pedas. Tak biasanya Yeeun berbicara seperti itu pada Hyemi.

“Yeeun, kenapa kau bicara seperti itu ? Apa aku membuatmu marah ?”

“Untuk apa kau kemari? Bukankah sekarang hari Minggu ? Hari dimana putri seorang Direktur Utama harus mengikuti klub golf?”

“Hei Jang Yeeun~!? Kenapa kau begini !?”

Yeeun sejenak terdiam . Ia sebenarnya tidak ingin berbicara seperti itu pada sahabatnya. Namun, ia harus tahu diri, bahwa Hyemi tidak mungkin bisa menjadi temannya. Keluarga Hyemi sangat menentang hal itu. Ia tahu Hyemi sangat baik dan tulus. Namun , Yeeun mencegah agar Hyemi tidak terlibat masalah dengan orangtuanya karena dirinya.

“Maaf. Selama ini aku terlalu naif, karena membiarkanmu berteman denganku. Aku terlalu senang hingga tidak menyadari bahwa kita begitu berbeda.” ucap Yeeun .

“Apa yang kau bicarakan? Kau tidak memiliki kesalahan apapun. Yeeun, sungguh, Kenapa kau tiba-tiba begini?”. Kekhawatiran Hyemi semakin menjadi.

“Maaf. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun . Pulanglah .” Tanpa menunggu respon Hyemi, Yeeun pun masuk kedalam rumahnya .

Ia juga dapat mendengar Hyemi yang terus menerus mengetuk pintu dan memanggil-manggil namanya. Tapi apa daya, hanya inilah yang bisa ia lakukan sebagai ungkapan terimakasih pada Hyemi.

-

Hari demi hari telah berlalu, berhari-hari juga Yeeun tidak masuk sekolah. Ia tahu mungkin namanya sudah dihapus dari sekolah itu. Atau bahkan, orang-orang tidak menyadari ketidakhadirannya. Tidak. Tidak mungkin mereka tidak menyadari. Bukankah ini yang mereka harapkan, bahwa dirinya tidak pernah ada di sekolah itu.

Yeeun hanya berdiam di dalam rumahnya yang jauh dari kata rapi. Bahkan rumah yang tak terurus pun lebih baik dari rumahnya saat ini. Yeeun kini benar-benar lusuh. Ia telah kehilangan semangat hidup. Tubuhnya kurus , pucat , dan lesu. Matanya sayu dan kosong . Sesekali tanpa sadar, ia memanggil nama Shemi. Seolah-olah Shemi masih bersamanya . Namun setelah sadar , ia menangis lalu menjerit. Begitulah ia menjalani hidupnya kini.

BYE MY FIRSTWhere stories live. Discover now