9

101 19 3
                                    

*gogaegnim : pelanggan
*chaebol : konglomerat
*daepyonim : direktur utama




Yeeun menghirup nafas sedalam mungkin dan menghembuskannya perlahan.

“Betapa segarnya~”

Baru kali ini ia dapat benar-benar merasakan betapa segarnya udara pagi. Walaupun ketika masih menjadi murid Daesang ia juga selalu bangun pagi, tapi Yeeun tidak dapat menikmati udara pagi dengan benar.

Kini, Yeeun semakin bersyukur dengan keputusannya untuk keluar dari sekolah itu. Dan untuk pertama kalinya, Yeeun merasa bangga pada dirinya sendiri.

Yeeun menutup pintu rumahnya, lalu melangkahkan kaki keluar dengan mantap. Tampilannya pun cukup rapi. Dan kini, hari baru Yeeun pun tiba .

Karena ia harus menemukan 2 pekerjaan paruh waktu hari ini, Yeeun memulai lebih pagi , dan ia akan sangat bersyukur sekali jika langsung menemukan 1 pekerjaan yang mau memberikannya gaji yang cukup untuk membayar uang sewa rumahnya.

Yeeun terus berjalan dan berjalan mencari toko ataupun minimarket yang membutuhkan karyawan paruh waktu. Walaupun sudah 3 jam mencari, namun semangat Yeeun belum pudar sedikitpun. Ia terus berpikir mungkin beberapa langkah lagi ia akan mendapatkan pekerjaan itu. Mengingat dirinya yang bisa bekerja dengan cepat, Yeeun yakin orang-orang pasti akan sangat membutuhkan jasanya.

Waktu pun berlalu dengan cepat hingga kini sudah pukul 10 pagi. Dan Yeeun pun mungkin sudah keluar masuk puluhan tempat pagi ini , tapi tidak ada satupun yang mau memperkerjakannya. Dan lebih anehnya lagi, mereka menolak Yeeun hanya karena dirinya putus sekolah. Yeeun cukup terkejut karena alasan itu. Padahal ia sudah menjelaskan bahwa dirinya bukanlah murid pemberontak, tapi tetap saja tidak ada satupun yang memberikannya kesempatan .

Hhh..kenapa tidak ada satupun dari mereka yang punya pemikiran seperti ahjumma? Apa putus sekolah seburuk itu?” gerutu Yeeun setelah menghabiskan sebotol mineral di depan sebuah minimarket yang juga menolaknya dengan alasan yang sama .

Yeeun melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12 siang.

“Bagaimana ini? Hari ini aku tidak mendapatkan perkerjaan apapun. Hhh!!!! Bagaimana ini!?” Yeeun merungut sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Ia pun memutuskan untuk segera menuju ke kedai ahjumma walau dengan keputusasaan.


“Aku datang~” ucapnya lesu saat masuk ke dalam kedai.

“Ada apa dengan wajahmu itu ?” tanya ahjumma.

“Ya?”

“Wajahmu tampak tidak sesemangat kemarin . Kenapa? Kau sudah mulai lelah ?”

“Tidak. Aku hanya menyimpan energi untuk nanti sore. Kau tahu, kan, karena aku bekerja disini, banyak sekali pelanggan baru yang berdatangan . Jadi, aku harus menyimpan tenagaku untuk mereka .” Yeeun menaikkan kedua alisnya dengan sedikit menyombongkan diri.

Ahjumma itu melengos, “Terserah kau saja. Sekarang cepatlah ke belakang , banyak piring kotor di tempat pencucian.”

“Baik~” Yeeun pun melangkahkan kakinya menuju dapur . Namun, baru beberapa langkah , Yeeun berhenti, lalu menghadap ke ahjumma itu. Ia berpikir sebentar , lalu berkata, “Ahjumma~”

“Kenapa ?”

Yeeun berpikir lagi. Ia ragu dan merasa bahwa meminjam uang pada ahjumma bukanlah ide yang bagus . Ia merasa tidak enak karena ahjumma sudah mengizinkannya bekerja walaupun tahu ia putus sekolah disaat orang-orang bahkan memandang rendah hal itu. Tapi , saat ini, otaknya sudah tidak bisa memikirkan rencana lain, terlebih lagi semangatnya pun sudah perlahan memudar.

BYE MY FIRSTWhere stories live. Discover now