45; empat puluh lima

1.3K 205 9
                                    

•••



Jaemin itu bukan pembohong. Dia tidak pernah berbohong tentang apa-apa yang dikatakannya—terkecuali ucapan bahwa dia baik-baik saja. Jaemin tidak pernah menutupi apapun, terutama kepada Luna.

Jaemin tidak pernah berbohong ketika dia berkata sangat merindukan Bunda dan ingin segera menemuinya.

Ketika Luna bertanya kenapa banyak sekali memar yang muncul secara tiba-tiba, Jaemin menjawab itu bukan ulahnya.

Luna menuduh Jaemin ikut tawuran atau bertengkar hebat dengan seseorang.

Padahal kenyataannya, tubuhnya dijadikan pelampiasan dari amarah seseorang.
















“Dia bukan bunuh diri.”

Jaehyun mengepal kedua tangannya kuat-kuat, “Sebelum turun ke kolam, dia banyak minum obat tidur. Dia juga minum banyak alkohol.”

“Dia bunuh diri, Jaehyun.” Sangkal Ayah.

“Tujuh belas tahun Ayah tinggal sama dia, kenapa nggak pernah kasih Jaemin pengobatan?”

Ayah terhentak.

“Ayah tau Jaemin lahir prematur, kan? Jantungnya kecil. Dia nggak boleh terlalu kelelahan atau banyak dibentak.”

“Sedangkan yang Ayah lakuin selama ini bener-bener bunuh dia secara perlahan.”

Jaehyun kian menyesali mengapa dia membenci bayi merah yang baru terlahir dan tidak pernah merasakan dekapan seorang ibu bahkan hingga akhir hidupnya.

“Ayah salah. Harusnya Ayah jaga dia, Jaehyun.” Ujar Ayah gelagapan.

“Ginjalnya udah rusak, dia meninggal karena serangan jantung.”

Jaehyun berdiri, meninggalkan ruang tamu itu dengan Ayah yang masih merasa terpukul walau telah seminggu berlalu.
















Jaehyun tidak pernah menyentuh Jaemin sejak anak itu terlahir. Dan pertama kali Jaehyun menggenggam erat tangan Jaemin, ketika jari-jari itu telah benar-benar dingin.

“Bangun,” lirih Jaehyun yang baru memangku tubuh kurus Jaemin ke atas kursi.

“Na, bangun..” Jaehyun mengusap-usap kedua telapak tangan Jaemin agar berubah hangat.

Berharap dia bernafas kembali.

“Jangan tidur, Na. Temenin gue nonton bola, ya? Temenin gue minum kopi.” Suara Jaehyun bergetar.

“Gue sayang sama lo.” Dia berbisik.

Jaehyun memeluk tubuh Jaemin dengan kuat.

Dia terlambat.















•••

Mortem [ ✓ ]Where stories live. Discover now