23; dua puluh tiga

1K 212 5
                                    

•••







“Ini apa, hah?”

“Obat tidur, obat p-penenang.” Balas Jaemin apa adanya. Dia tidak berani sedikitpun menatap ke arah Ayah yang sedang mengobrak-abrik laci kamarnya.

“Gila kamu,” Ayah mengeluarkan beberapa botol kecil dan sejumlah obat pil lainnya dalam bentuk selembaran.

Itu bukan obat sembarangan. Jaemin memiliki resep dari dokternya langsung. Dia diam-diam sering berkonsultasi kepada dokter, oh, tepatnya adalah Ayah Renjun yang seorang psikolog.

“Buat apa, Jaemin?!” Tanya Ayah emosi.

“Ayah nggak pernah bisa ngobatin aku,” lirih Jaemin yang duduk di tepian kasur.

“Ayah bahkan nggak pernah bilang kalau aku lahir prematur, caca—”

“Kamu normal, Jaemin!” Bentak Ayah sambil menggebrak laci tadi sekuatnya.

“Ayah nggak pernah bilang kalau—”

“Ayah cuma nggak mau kamu jadi manja cuman gara-gara itu. Ayah nggak mau kamu bergantung sama obat-obatan kayak gini, Ayah mau kamu hidup normal.”








“Ayah takut kamu salah, Ayah nggak mau ada resiko overdosis.”













“Overdosis atau nggak, aku emang bakal mati muda.”


“Selama ini aja Ayah udah bunuh aku perlahan.”








•••

Mortem [ ✓ ]Where stories live. Discover now