15; lima belas

1.4K 254 17
                                    

•••























Line!

Nanajaemin :

Kamu pulang dianter Renjun ya.|

Motor aku ada di dia.|

Aku ngedadak dijemput Ayah.|

12:00






















Malamnya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu berkali-kali. Keadaannya, hujan sedang turun lebat. Luna tengah menonton film horror bersama Lino, kakaknya. Orang tua mereka sudah tertidur, karena ini hampir pukul sepuluh malam.

“Permisi? Go food!”

Pakeeeeettttt!”

Pakeeet!!!”

Mendengar ketukan di pintu, Luna memutuskan untuk pergi mengecek. Dilihat dari celah gorden yang tidak tertutup sempurna, dia bisa menebak dengan pasti; itu Jaemin.

Lagi pula, dia tidak memesan gofood. Kurir juga tidak akan mengantarkan malam-malam begini, hujan juga.

Tapi.. untuk apa Jaemin datang pukul sepuluh malam?

“Kamu ngapain malem-malem kesini, Na?” Tanya Luna menginterogasi.

“Pengen makan bareng kamu.” Jaemin mengangkat tinggi-tinggi sebuah kresek hitam yang dibawanya.

Luna sebetulnya paham apa yang dimaksud Jaemin, dia melihat kedua matanya memerah, bahkan masih berkaca-kaca.

“Kita makan bareng, tapi sambil kamu cerita, ya?” Luna akhirnya mengajak Jaemin untuk masuk.
















“Kok kamu bawanya cuman sebungkus?”

“Itu buat kamu.” Balas Jaemin pendek.

Luna semakin kebingungan. Tadi, Jaemin bilang ingin makan bersama Luna. Dia membawa sebungkus ketoprak yang entah darimana didapatkannya. Dia benar-benar aneh, seolah sengaja memberi kode.

Keduanya duduk di ruang tamu. Luna pergi ke dapur untuk mengambil piring beserta sendoknya.

Ketika kembali, Jaemin sedang menunduk dalam. Menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.
















Tangan Jaemin terlihat gemetar hebat, seperti tremor.
















“Gimana hari ini?” Tanya Luna memancing.

“Baik.” Jaemin berusaha tersenyum.

Luna mencoba menyuapi Jaemin. Namun lelaki itu menolak, dengan alasan sudah makan sebelumnya. Akhirnya Luna juga tidak mau makan. Terjadi perdebatan singkat sebelum akhirnya Jaemin memaksa Luna untuk makan—menyuapinya.

Tangan Jaemin tetap gemetar, dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

“Nanti makan yang banyak ya, biar nggak sakit.” Suara Jaemin juga terdengar bergetar.




Kemudian Luna mendapati garis-garis merah di tangan kanan Jaemin, tepat di atas urat nadi.
















•••




Mortem [ ✓ ]Where stories live. Discover now