22. "Tapi baru sekarang tampaknya waktu yang tepat."

1.7K 85 49
                                    

"Jindra!"

Itu suara Asri yang kedengaran riang menyapanya begitu melihatnya muncul, wanita itu berdiri dari kursi dan terlihat seakan ini momen keajaiban yang paling membahagiakan. Pria di sebelahnya ikut berdiri, Ginanjar Hardianta yang sebelum ini hanya pernah dia lihat foto-fotonya di koran atau internet—tidak menghitung pertemuan mereka di koridor apartemen tadi pagi—memberinya pandangan ragu, lalu suami baru ibunya itu mencoba tersenyum untuk ikut menyambutnya.

Ekspresi Jindra masih kaku, tapi setidaknya dia mendadak teringat sopan santun dan memberi anggukan sopan sebagai balasan.

Lalu, pandangannya akhirnya jatuh pada satu-satunya sosok yang masih terduduk di kursi, yang tampak begitu syok karena kemunculannya. Rosalyn tengah menatapnya seakan melihat hantu, dan Jindra tidak sanggup balas menatap gadis itu lebih dari sedetik. Dia memalingkan wajah dan bergerak ke kursi kosong tepat di sebelah Rosalyn, kursi itu ditarik dan dia langsung duduk tanpa banyak bicara dengan pandangan masih agak tertunduk.

"Agnes, ini kakak kamu Jindra." Asri yang pertama buka suara, nadanya masih kedengaran hangat dan penuh sukacita. Wanita itu dan suaminya sudah kembali duduk di kursi masing-masing. "Jindra," kali ini pandangannya beralih ke arah Jindra yang masih bungkam, "ini Agnes, adik kamu yang sering Ibu ceritain. Akhirnya sekarang kalian ketemu."

Agnes.

Adik.

Agnes ini siapa, anjir! Kenapa orang punya dua nama dan bikin salah paham kayak begini?!

Kepalanya sungguh akan pecah.

"Ini bukan pertama kalinya kami ketemu." Jindra membalas, kalimat ibunya keburu membuatnya jengkel. Dagunya menunjuk ke arah Rosalyn di sebelahnya yang masih tidak bereaksi apa pun. "Dia sekolah di Rajendra juga. Dan kami satu gedung apartemen."

Tadi pagi kami bahkan masih berbagi selimut yang sama di atas ranjang—sial, hentikan pikiran-pikiran ngawur itu ketika Asri bahkan duduk tepat di seberang!

"Iya, itu memang sengaja." Ginanjar yang menjawab, membuat Jindra ganti memandangnya dan memberi pelototan tajam, pria itu buru-buru menambahkan, "agar kalian bisa lebih dekat dan saling mengenal sebagai saudara."

Yang terakhir itu masih menyengat juga rupanya.

Begitu rupanya relasi mereka sekarang; sepasang saudara. Ayah dan ibu mereka masing-masing berharap Jindra dan Rosalyn akrab dengan memberi mereka sekolah dan gedung apartemen yang sama, yang orang tua mereka lupakan tampaknya kemungkinan bahwa keduanya menjadi terlalu akrab sampai tahap berbagi sentuhan di tempat-tempat intim dan ciuman di bibir. Bukan hanya sekali dua kali, tiga kali!

Jindra meraih gelas di dekatnya untuk membasahi kerongkongan, dia merasa ingin berteriak keras-keras hanya untuk melampiaskan rasa frustrasi karena tiga kali berciuman dengan adik tiri sendiri.

"Sudah dari dulu Ibu ingin memperkenalkan kalian berdua sebagai saudara, tapi baru sekarang tampaknya waktu yang tepat." Asri melanjutkan, kali ini memandangi putri dari pernikahan suaminya sebelumnya yang masih membisu. "Ini mungkin mengejutkan bagi kamu, Agnes, karena ini pertama kalinya kamu tahu informasi ini. Tapi Ibu harap setidaknya kamu mau menerima Jindra."

Jindra bahkan tidak bisa sekadar mengangkat wajah untuk mengecek reaksi Rosalyn, atau Agnes, atau, persetan, siapa pun nama lain gadis ini yang tidak dia ketahui. Dia memegang erat gelas di tangannya sambil berpikir butuh berapa dorongan lagi untuk sungguhan memecahkan gelas itu.

"Agnes?" Ginanjar bersuara, meminta reaksi dari putrinya yang tidak langsung menjawab.

Rosalyn harus menjawab apa? Laki-laki yang menciumnya dan ia cium balik sebanyak tiga kali ternyata adalah kakak tirinya. Jindra Suryo yang luka dan badannya ia jelajahi, tidur di kasurnya semalam tanpa mengenakan kaus, dan membuat Rosalyn berpikir mengenai hal-hal yang ia ingin Jindra lakukan pada tubuhnya adalah putra dari istri ayahnya yang sekarang; darah daging wanita yang ia harapkan tidak pernah ada. Dada Rosalyn rasanya sakit sekali saat ini. "Kenapa Papa nggak pernah bilang?"

I Slept With My StepbrotherWhere stories live. Discover now