6. "Kenapa, Rose, ada yang bikin lo kaget di sana?"

2.5K 85 0
                                    


Minggu pertama di sekolah barunya adalah kombinasi deretan pelajaran yang kompetitif, adaptasi ke lingkungan sosial yang tidak berjalan lancar, dan beberapa kali terjaga mendadak di pagi buta lalu merasa langit-langit kamar akan jatuh menimpanya.

Sepuluh grade yang dihabiskannya di sekolah privat perempuan bergengsi di New York sekalipun tidak menyiapkannya untuk Rajendra. Beda medan, beda pemain, beda detail aturan. Tidak peduli seberapa cepat ia menyelesaikan sebagian besar tugas-tugas sekolahnya, ia tidak bisa tidak merasa seperti target berjalan di jam-jam makan siang.

Ia mencoba membangun koneksi, tentu saja. 'Berteman,' istilahnya. Dhana menepati janjinya untuk memberinya tur setelah di hari pertama batal supaya ia tidak tersesat lagi dan ia tidak bisa meminta buddy yang lebih baik. Rosalyn mengobrol agak panjang dengan seorang gadis di kelas Prancis dan punya partner yang kerjanya oke di Environmental Systems and Societies. Dan tidak seperti ia sendiri tidak punya hal-hal untuk ditawarkan secara kasatmata dalam lingkup pergaulan sosial Rajendra, terutama karena nama belakangnya. Tetapi bukan berarti ia lupa bahwa semua ini dibangun oleh ketidaktahuan orang-orang ini akan apa yang terjadi padanya di New York.

Belum lagi ayahnya. Ayahnya tersayang, yang menawarkan antar-jemput dirinya setiap hari tapi ditolak mentah-mentah oleh sang gadis: tidak mau mengakui bahwa ia masih sakit hati sebab ayahnya tidak bisa ada untuknya di hari pertama sekolah, saat ia sudah sampai menelepon. Usaha ayahnya untuk dekat dengannya sekaligus membuatnya dekat dengan istri baru pria itu dan keluarga besar Hardianta membuat Rosalyn ingin meledak. 'Nggak bisa, banyak PR,' adalah jawaban otomatisnya ketika ayahnya mengajak makan siang atau makan malam bersama.

Terkadang berpapasan dengan Jindra Suryo di lorong sekolah sebetulnya menyegarkan kalau saja Rosalyn tidak ingat bagaimana cowok itu pernah merundungnya dan menggedor-gedor pintu apartemennya. Bila sudah begitu rasanya Rosalyn ingin cemberut seketika. Ia berakhir menghindari kesempatan apa pun yang memungkinkan mereka untuk bertemu lagi, lebih-lebih bicara. Di beberapa kesempatan sengaja digunakannya Dhana si calon president council sebagai tameng. Ide bicara berdua saja dengan Jindra setelah insiden-insiden di antara mereka membuat dirinya... sensitif. Bahkan hanya membayangkannya terasa berbahaya, dalam cara yang entah bagaimana harus dijelaskan.

Bila sudah begitu rasanya Rosalyn ingin cemberut seketika. Tidak ada yang benar dalam hidupnya. Rasanya ingin mati saja, boleh?

Pikiran itu yang melintas di kepalanya pagi ini, di hadapan pintu lokernya yang terbuka mengambil kamusnya. Ada beberapa foto menempel di bagian dalam pintu loker gadis itu: Empire State Building dan Central Park; jalanan di Brussels dan sebuah balkon di Paris; ia dan ibunya saling merangkul, tersenyum dengan hidung memerah saat liburan ke Swiss. Ia menutup pintu loker, merasa seseorang menyebut namanya saat itu tapi merasa terlalu suntuk untuk peduli, dan langsung berjalan ke kelas. Didapatinya separuh kelas sudah datang. Bukan favoritnya untuk duduk di kursi paling depan, tapi posisi strategis sudah terisi semua.

Omong-omong, kenapa orang-orang melihatnya dengan tatapan aneh? Mereka semua memegang ponsel. Seorang cowok bersiul dan melompat turun dari meja yang sebelumnya dia duduki. Ketika dia lewat di sebelah meja Rosalyn, dia terkekeh-kekeh sendiri seraya menyebutkan sesuatu soal 'haha, ternyata sampah.' Gadis itu tertegun beberapa saat, lantas buru-buru mengeluarkan ponselnya.

rosalyn did something happen

rosalyn at school

rosalyn gossip or news

rosalyn anything?

Pradhana I. P. Eh gak ada apa-apa sih belakangan.... emang kenapa

Pradhana I. P. Shit

Pradhana I. P. Lo gak subscribe Rsociety kan?????

rosalyn what is that......

MESSAGE UNSENT

MESSAGE UNSENT

Huh? Dhana menghapus dua bubble chatnya yang terakhir.

Pradhana I. P. Gak ada apa2 kokk :D

Pradhana I. P. Lo udah di kelas? gw titip tempat duduk dongg, sebelahan hehe

"Morning, Rose."

Ia menoleh, mendapati seorang cewek dengan rambut dikucir tersenyum padanya di sisi meja dengan tiga orang lain yang kesemuanya memegang ponsel. Stella yang seminggu lalu bawel padanya di toilet ada di antara mereka, menatapnya dengan judes dan bibir mencibir.

Cewek tadi mengulurkan tangan. "Kita belum kenalan secara proper minggu kemarin. Gue Nadya dari cheers."

Rosalyn meletakkan ponselnya sendiri ke atas meja. Anak-anak lain masih menatapnya dengan aneh dan berbisik-bisik, ia bisa merasakan itu di tengkuknya. Satu cewek mendadak muncul untuk menyapanya dengan dibuntuti tiga dayang hanya bisa berarti satu hal.

Jadi, direbutnya ponsel dari tangan Stella.

"Eh, apa-apaan sih!"

Scroll. Nama museum dan lukisan itu. Pihak kepolisian. Inisialnya dan inisial ayahnya dan nama ibunya. Ya Tuhan, 'Isabel Harel' dieja dengan lengkap, mereka bahkan tidak repot-repot menyensor; siapa pun imbisil yang menulis ini... Fraud, The Not So Untouchable Flower, Fucking liar... Scroll, scroll. Ayahnya dan istri muda pria itu. Kurang ajar, apa Rosalyn bilang ia mau baca apa pun soal wanita itu sepagi ini? Dan bahkan melihat fotonya. Mantan sekretaris yang pindah dari meja ke ranjang, siapa yang tahu kalo di kantor Pak GH dan si sekretaris ini dulunya meeting atauoopsie, bayangin sendiri aja deh ya!

Rosalyn menjatuhkan ponsel di tangannya ke lantai.

"Anjir, lo sakit jiwa ya!" Stella kelabakan memungut ponselnya. Melihat gadis itu membungkuk di hadapannya membuat Rosalyn berpikir mengenai tubuh yang tersungkur.

Ia ingin merusak sesuatu lebih dari sekadar ponsel sekarang ini.

"Kalo sampai rusak lo mau tanggung jawab emang, ha?"

"Berisik, ponsel murahan kayak gitu."

"Lah, berani ngomong balik ini anak..."

"Lo bahkan belum jawab Nadya!"

Dua orang yang barusan ikut-ikut mengoceh langsung tutup mulut ketika Rosalyn menatap mereka. Ia mengalihkan perhatian pada Nadya. Rasanya ada yang mencakar-cakar di dalam tubuhnya. Suaranya terdengar tenang secara ganjil ketika ia membuka mulut. "Itu blog apa? Siapa yang tulis?"

Nadya mengangkat bahu. "Siapa pun bisa. Murid, alumni, orang-orang asing, petugas kebersihan yang di-outsource dari luar sekolah... Kenapa, Rose, ada yang bikin lo kaget di sana?"

Ia mengamati empat gadis di hadapannya. Nadya tersenyum simpul. Stella kelihatan ingin balas menjatuhkannya, tapi Rosalyn ingin lihat gadis itu mencoba. Ia malas membaca nametag di dua yang lain, bisakah dianggap mereka tidak pernah ada? Rosalyn akan melakukan itu dalam berbagai level untuk menghadapi orang-orang yang tidak ia sukai; menganggap mereka tidak ada. Mereka berempat mengenakan kalung dengan bandul identikal. Aroma mereka bahkan sama, sesuatu yang manis memuakkan. Di belakang punggungnya masih terdengar bisik-bisik. Rosalyn mengambil ponsel dan tasnya.

"Only my friends are allowed to call me that," katanya pada Nadya, kemudian gadis itu keluar dari kelas.

I Slept With My StepbrotherWhere stories live. Discover now