5. "Si anak baru yang lo boncengin itu, ibunya kriminal."

3.1K 94 0
                                    


MINGGU pertama Jindra di tahun ajaran baru ini tidak berlangsung oke.

Pertama, Monster benar-benar murka menyangkut luka karena perkelahiannya—tidak hanya di koridor yang membuatnya menjadi bahan tontonan anak-anak, tapi berlanjut ke sesi latihan sore harinya—dan pria itu sampai memberi ultimatum kalau Jindra ketahuan berkelahi lagi dan meninggalkan bekas bonyok, maka dia akan dicoret dari tim inti. Sebenarnya masih ada celah dari ultimatum itu, selama tidak ketahuan dan tidak ada bekas harusnya bukan masalah, tapi dia tahu bukan waktunya membantah pelatih sendiri kecuali ingin lari keliling lapangan seratus kali tiap sore.

Kedua, si anak baru yang masih belum bayar utang. Namanya Rosalyn, Year 11, pindahan dari New York, penghuni kamar nomor 1115 yang hanya terpaut dua pintu dari apartemennya—dan segala informasi yang dia dapat tentang gadis itu nyatanya tidak berhasil membuatnya mendapatkan bayaran, ck, nggak guna!

Rosalyn selalu berangkat lebih pagi sejak hari itu, mungkin untuk menghindari satu lift lagi dengannya—yang ini sangat disayangkan, Jindra lumayan menikmati terakhir kali mereka terjebak di dalam lift bersama, ha. Di sekolah pun gadis itu menghindarinya tiap tidak sengaja berpapasan, atau berlindung dibalik si laki-laki dengan senyuman ala caleg yang sepertinya ditugaskan sebagai buddy untuk mengenalkan lingkungan sekolah pada siswa baru.

Bagaimana mau malak anak orang jika si Caleg sudah keburu menegur dengan ramah plus senyum lebar: "Hai, Kak, semangat latihannya, ya! Chevaliers harus mempertahankan gelar buat Rajawali Cup mendatang. We are counting on you!" Dan berbagai kalimat sok akrab sejenis tiap mereka bertemu.

Yeah, lupakan saja, jika ada yang Jindra lebih benci dari orang asing, itu adalah berbasa-basi dengan orang asing. Dia berujung melengos dan berbalik pergi, rasanya dia bisa melihat Rosalyn tersenyum puas tiap itu terjadi.

Lalu, ketiga... ibunya.

Tentu saja wanita itu adalah sumber dari semua masalahnya. Setelah membuangnya begitu saja demi menikahi pengusaha kaya, Nyonya siapapun-nama-keluarga-suaminya itu masih punya cara untuk membuat repot hidup Jindra. Asri menghubunginya Kamis malam via chat, mengajak ingin bertemu yang kedengaran lebih menuntut dari biasanya. Jindra yang sudah rebahan di ranjang membalasnya dengan: gila ya, malem-malem ke apartemen cowok yang usianya setengah dari usiamu, mau masuk akun gosip dan dilibas netizen lagi?

Omongannya mungkin kasar, tapi bukan berarti tidak ada benarnya. Yang orang-orang tahu, Asri Handayani tidak pernah menikah sebelumnya, lebih-lebih punya anak berusia tujuh belas tahun; mereka akan bilang apa jika wanita itu kedapatan masuk ke dalam kamar berisi remaja laki-laki yang sebenarnya-anaknya-tapi-sudah-tidak-diakui-anak-di-depan-umum? Bahkan walau suaminya sudah mengetahui fakta itu bukan berarti keberadaan Jindra bisa diungkapkan ke publik.

Eksistensi Jindra Adhitama Suryo, sederhananya, tidak ada di keluarga baru ibunya.

Dan memang lebih baik begitu, keluarga kaya itu tidak membutuhkan berandalan dari Kapuk dengan badan bonyok.

Asri berakhir meneleponnya setelah pesan itu, dan mau tidak mau dia angkat agar wanita itu tidak nekat sungguhan datang ke apartemen. Jindra dalam kondisi terkantuk-kantuk selagi ibunya mengoceh sambil sesekali terisak, membicarakan sesuatu mengenai 'mereka nggak pernah bisa menerima Ibu, semua yang Ibu lakukan nggak pernah benar di mata mereka,' atau 'Agnes juga pasti akan benci sama Ibu, sama seperti mereka.'

Agnes ini teman arisannya yang mana lagi?

Jindra hanya menanggapi dengan 'hmm' panjang sambil memejamkan mata, dan begitu matanya terbuka lagi tahu-tahu hari sudah pagi. Badannya pegal-pegal dan kupingnya panas, berapa lama kira-kira Asri meneleponnya, atau berapa lama sampai wanita itu sadar dia ketiduran?

I Slept With My StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang