IP-32

423 30 2
                                    

Melody menyibak make up yang tertata rapi di atas meja riasnya, mencari karet yang biasa ia gunakan untuk mengikat rambutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Melody menyibak make up yang tertata rapi di atas meja riasnya, mencari karet yang biasa ia gunakan untuk mengikat rambutnya. Iya, rambutnya sudah mulai panjang lagi.

Merasakan kejanggalan, Melody memanggil pembantunya. "Bi, kotak karetnya ilang ke mana? Seingetku selalu aku taruh di sini deh."

Bi Rum meremas tangannya, takut. "Sebenarnya, beberapa hari yang lalu ada yang bobol jendela. Pecahin kaca trus berantakin semua barang-barang yang ada di sini. Maaf, Non, kotaknya ikut ke buang. Habis kejadian itu, Bibi telpon Tuan lalu kata Tuan semuanya harus di ganti baru dan sama persis seperti sebelumnya, makanya Bibi nggak enak ngasih tahu ini."

Pikiran Melody kembali melayang pada kejadian di Jogja kemarin. Kenapa orang-orang itu berlomba-lomba memasuki kamarnya? Sebenarnya apa yang mereka cari?

"Maaf, Maaf, banget Non. Bibi nggak maksud bocorin ini. Bibi keceplosan, tolong jangan bilang ke Tuan."

Melody menepuk pundak pembantunya itu dua kali.  "Makasih, Bi. Tenang aja, aku nggak akan bilang ke Papa."

"Kalau begitu, Bibi pamit ke belakang lagi, ya Non."

Melody mengangguk. Melanjutkan memakai seragam sekolah dan bergegas turun. Ia tak ingin membuat kedua orang tua Maya cemas lagi.

Keberadaanya di sini juga sepertinya karena Maya tak ingin keluarganya merasakan kesedihan mendalam jika seandainya dugaannya mengenai hilangnya Maya itu benar adanya.

Lalu, kejadian itu berhubungan dengan kecelakaan yang menyebabkannya koma. Orang-orang itu pasti suruhan seseorang yang sangat ingin melenyapkannya tapi alasan di baliknya belum ia temukan.

"Sayang cepetan turun! Berangkatnya bareng sama Adnan, ya."

Melody menghela napas panjang, lagi-lagi harus bersama Adnan. Terlebih sejak kejadian kemarin, semuanya khawatir. Bahkan ayah Maya menyiapkan body guard untuk menjaganya.

"Pa, Ma, nggak cukup apa body guard itu?" Melody menunjuk dua orang berpakaian serba hitam dan berbadan kekar yang mulai hari ini bertugas menjaganya.

"Nggak. Kamu harus punya penjagaan ganda. Jangan ngeluh atau ngebantah Papa. Ini demi kebaikan kamu."

Melody tak mampu mendebat. Menyantap sarapan yang di sediakan, Melody berangkat bersama tunangan palsunya itu.

Sampai di parkiran sekolah, Adnan mendekati Melody. Tangannya bergerak melepaskan sabuk pengaman itu.

Melody memandangi Adnan, memerhatikan lelaki itu yang sedang merapikan rambutnya. Menahan tangan Adnan, Melody balik menatap manik hitamnya lekat.

"Lo udah mulai suka gue?"

Adnan memamerkan senyuman manis. "Kenapa? Tertarik balas perasaanku?"

Melody mengalungkan tangannya di leher Adnan. "Kubur dalem-dalem rasa itu. Karna lo nggak tahu siapa gue."

IDENTITAS PALSUWhere stories live. Discover now