Bab 8 : Pusat Perhatian

264 32 1
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.”
[Shahih at-Targib wat Tarhib, jilid 1, no. 138]

~ Assalamu'alaikum, Ya Ukhti ~
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Suasana kantin terlihat begitu ramai berbeda dari biasanya. Para kaum hawa berteriak histeris sambil berlari kearah laki-laki baru saja memasuki kantin sekolah.

Hampir seluruh siswi dikantin berdiri mengelilingi lelaki tersebut. Entah apa yang mereka lakukan, sudah dipastikan membuat lelaki itu terkejut sekaligus kewalahan menghadapi para siswi SMA.

"Mereka pada ngapain sih? Aneh," ujar Lechia sambil menyuapkan bakso kedalam mulut.

"Nggak tahu. Kayanya ada cowok ganteng, deh," ceplos Aisyah membuat ketiga sahabatnya menoleh. "Apa? Biasanya kan emang gitu. Nggak sadar pas pertandingan basket Daffa ikut main, cewek-cewek pada teriak histeris. Secara dia kan most wanted disekolah ini." Sambung Aisyah tanpa dosa sembari menyantap batagor dipiring.

"Yee... bukannya kamu juga ikutan teriak-teriak," Syahla mencomot sisa roti dalam kotak bekal. Karena sebagian ia berikan untuk kucing pagi tadi.

"Eh, itu cuma buat meramaikan aja. Nggak ada niatan aku ikut teriakin si Daffa. Nggak banget aku ikut-ikutan kayak gitu."

"Masa sih? Emang kamu nggak suka ya sama Daffa? Kamu bilang dia most wanted disekolah ini," goda Lechia menaikkan kedua alisnya. Syahla terdiam mendengar ucapan Lechia. Ia bahkan melupakan mi ayam menggantung didepan mulutnya.

"Nggak lah, tipe aku nggak kayak dia."

"Tapi, Daffa itu hafiz loh. Hafal 30 juz Al-Qur'an. Kamu nggak mau punya pendamping hidup kayak dia?" kini Zahra menambahkan kelebihan pada diri Daffa guna memancing Aisyah. Entah apa yang ada dipikiran Syahla, pertanyaan Zahra berhasil membuatnya was-was melirik Aisyah .

"Iya, sih. Calon imam idaman, hehe. Tapi, tetep aja aku nggak suka. Nggak tahu kenapa," jawab Aisyah sambil menyeruput jus jambu ditangannya. Syahla menghela nafas pelan mendengar jawaban Aisyah. Setidaknya, pikiran Syahla mulai membaik akan jawaban Aisyah.

Ya Allah. Istighfar Syahla. Kamu mikir apaan coba?

"Jangan-jangan... hati kamu udah dipenuhi sama Aldi. Jadi, susah berpaling daripada yang lain," tebak Lechia sontak membuat Aisyah tersedak. Sungguh, ingin sekali Aisyah menyumpal mulut Lechia menggunakan kaos kakinya. Zahra dan Syahla pun tertawa melihat tingkah konyol keduanya.

"Sembarangan! Aku nggak suka sama Aldi. Titik. Nyebelin gitu orangnya," Aisyah mendengus kesal ketika tawa Lechia menjadi lebih kencang. "Ih, Lechia! Kamu nyebelin banget sih! Kalian berdua juga," Aisyah menatap sengit Zahra dan Syahla.

Bukannya berhenti akan tatapan Aisyah, mereka kembali tertawa hingga membuat Aisyah jengah. Ia melanjutkan makannya dengan muka ditekuk.

Ya Allah. Sabarkanlah hati dedek Aisyah yang paling imut kece badai ini.

Disaat ketiga sahabat menertawakannya, pandangan Aisyah tertuju pada satu titik. Dimana ada gerombolan siswi berbincang layaknya reporter. Berbicara tidak jelas seperti orang berkumur. Berkumpul membentuk lingkaran, terlihat ada satu orang ditengah.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang