Bab 34 : Inikah Takdir

99 11 5
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tugas kita adalah ikhtiar dan tawakal, berdoa dan pasrahkan pada Allah. Harapan tidak akan pernah mengecewakan jika kita sandarkan semua pada Rabb semesta alam.

Assalamualaikum Ya Ukhty
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Bel istirahat terdengar hingga ke penjuru sudut sekolah menimbulkan suara gaduh tidak terkecuali di kelas Syahla. Akhirnya, mereka bisa bernapas lega setelah berjam-jam merasakan ketegangan saat pelajaran Pak Adam. Pekerjaan rumah yang mereka ubah menjadi pekerjaan sekolah sudah berpindah ke tangan Pak Adam.

Tidak menunggu lama mereka berbondong-bondong keluar kelas. Ada yang ke kantin, taman, perpustakaan bahkan ada juga ke ruang teater hanya untuk berhibernasi selama jam istirahat berlangsung. Mendinginkan kepala sebelum memanaskan kepala lagi ketika jam pelajaran kedua dimulai.

"Heran aku, mereka hobi banget nongkrong di ruang teater. Gelap gulita, jendela pada retak, udah gitu pintunya lempeng banget mirip kursi goyang, banyak rayap lagi. Ya Allah... itu guru pada nggak peka apa ya? Ruang teater berasa kamar mayat," cerocos Aisyah memandang horor ruang teater sembari mengaduk minuman.

"Bukannya ada lampu?"

"Iya ada, cuma 1 watt. Itu pun nggak satu satu amat, palingan setengah atau nggak 0,1 watt. Sekali nyala mendadak sakaratul maut."

Lechia tertawa mendengar celoteh Aisyah. Tidak asing lagi jika Aisyah paling ahli dalam bidang lelucon. Apa saja bisa ia jadikan bahan candaan sekalipun objeknya tak kasat mata.

"Ke masjid yuk."

"Ngapain? Shalat duha? Wah... keseringan main sama kita sampai lupa agama sendiri. Eh, tapi boleh juga sih sekalian syahadat disana."

Lechia berdecak, mengambil sedotan ia lemparkan tepat di dahi Aisyah. Sang empu meringis mengusap dahi yang menjadi sasaran Lechia.

"Sembarangan! Bentar lagi jam istirahat habis, aku mau nyusul mereka biar barengan masuk kelas. Ayo."

Mereka berdua bangkit meninggalkan kantin. Lechia berjalan santai sedangkan Aisyah menggerutu kesal. Hari ini ia mengalami sakit dua kali lipat. Pertama, sakit perut karena haid dan kedua sakit di dahi korban pelampiasan Lechia.

Meskipun tidak terlalu sakit, tetapi Aisyah merasa kesal saja. Perubahan hormon ketika sedang haid memang berpengaruh, sekalipun sahabat sendiri yang membuatnya menjadi singa dadakan.

Di tempat lain Maira, Zahra dan Syahla sedang duduk di serambi masjid setelah menunaikan salat sunah duha. Memejamkan mata menikmati semilir angin hampir menerbangkan sebagian jilbab membuat Syahla dan Zahra memegang ujung jilbab supaya tidak terbuka.

Maira terdiam, menatap lurus pilar masjid berwarna putih berpadu dengan corak kuning keemasan. Helaan napas muncul membuat kedua perempuan di samping Maira membuka mata, menoleh pada sang empu.

"Kenapa?" Pertanyaan singkat keluar dari bibir Syahla namun hanya gelengan singkat serta senyum kecil yang di dapat.

"Kata Syahla, kamu mau ngomong sesuatu sama aku ya, Mai?" Kini giliran Zahra buka suara sehingga Maira tidak bisa mengelak lagi.

"Eum... iya. Jadi gini... gue minta maaf. Sebenarnya kejadian ini udah lama banget, tapi gue tetep merasa bersalah kalau nggak ngomong langsung sama lo."

"Kita aja baru kenalan kok tiba-tiba minta maaf?" Zahra mengubah posisi duduk lebih dekat dengan Maira. "Kenapa? Perasaan, kamu nggak punya salah sama aku," ucap Zahra bingung sembari memegang kedua tangan Maira.

Assalamu'alaikum Ya Ukhtiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن