Bab 42 : Perpisahan dan Amanah

95 10 6
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Selagi kamu punya Allah, selagi kamu bergantung pada Allah, selagi kamu memasrahkan segalanya pada Allah, maka percayalah bahwa hidupmu terjamin akan baik-baik saja. Karena kamu telah menjadikan Allah semata sebagai tujuan hidup.

Assalamualaikum Ya Ukhty
Epina Mardiana

🌻🌻🌻

Sebelum berangkat ke pelabuhan, Syahla memberitahu Maira jika Latifa ingin bertemu. Dengan senang hati, Maira menerima permintaan itu karena kalau boleh jujur ia sangat merindukan Latifa, ummi Syahla. Sekaligus ia harus meminta maaf pada Latifa atas kebodohannya di masa lalu pernah mengajak Syahla berbuat kemungkaran yang mana menyuruh Syahla membuka hijab demi menonton konser.

Assalamualaikum! Ummi... Abi... Syahla pulang bawa oleh-oleh, nih!”

“Sembarang! Lo pikir gue sama Bunda Hasna barang? Oleh-oleh lo kata,” semprot Maira mengundang tawa Syahla dan Bunda Hasna yang berada di samping Maira. Tidak menyangka jika Syahla bisa juga se-bercanda ini.

Mereka masuk kemudian duduk di sofa, sedangkan Syahla pergi ke belakang mencari keberadaan orang tuanya. Berkeliling dari ruang makan, dapur, bahkan kamar utama juga tidak ketemu. Langkah kakinya bergerak ke belakang tempat di mana taman rumah berada.

Senyum serta kekehan kecil berhasil mengejutkan kedua pasangan suami istri tengah bercanda ria di kursi taman. Syahla menghampiri mereka, mencium tangan lalu memberitahu bahwa Maira dan Bunda Hasna sudah tiba.

“Kok nggak dengar kamu salam?” tanya Latifa berjalan di samping Syahla sedangkan Dani  di belakang.

“Udah, kok. Ummi ‘kan lagi di belakang sama Abi, makanya nggak dengar salam Syahla,” ujar Syahla di respon anggukan apatis dari Latifa.

Sampai di ruang tamu senyum Latifa mengembang melihat Maira dan Bunda Hasna. Memeluk satu sama lain, tidak terkecuali Maira. Gadis itu memeluk Latifa erat menenggelamkan wajah dalam dekapnya. Latifa tidak menyangka bisa bertemu dengan Maira lagi setelah sekian tahun lamanya.

“Maira apa kabar? Udah lama kamu nggak main lagi kesini. Emang nggak kangen sama Ummi, hm?” tanya Latifa mengusap pipi Maira pelan. Senyum manis tidak pernah lepas dari bingkai wajah Latifa.

Alhamdulillah, Maira baik, Ummi. Maaf, Maira udah jarang main ke rumah Syahla. Soalnya ...” Entah bagaimana Maira menjawab pertanyaan Latifa, apakah ia harus berbohong terkait masalahnya dengan Syahla atau jujur. Melirik Syahla sekilas namun ia mendapati gadis itu tersenyum tipis membuatnya menaikkan alis bingung.

“Ummi udah tahu semua.”

“Ha? Semuanya, Ummi?” beo Maira. Antara percaya dan tidak percaya bahwa Latifa mengetahui semua permasalahan yang terjadi.

“Iya, sayang. Mulai dari masalah kamu sama Syahla, kepindahan kamu dari sekolah bahkan ketika kamu mendapat musibah, Ummi tahu semuanya. Yang penting sekarang kamu dan Syahla baikkan, itu udah lebih dari cukup buat Ummi senang.”

“Eh, siapa ini yang datang? Maira, ya? Apa kabar?”

Menyadari kedatangan Dani, secara spontan Syahla berpindah tempat duduk yang semula di samping Latifa kini berada di hadapan Latifa. Sedangkan Dani duduk di samping Latifa tempat di mana sebelumnya Syahla duduk.

Alhamdulillah, Maira baik. Abi sendiri gimana kabarnya?”

Alhamdulillah, Abi sehat. Eh, kok kosong mejanya? Ada tamu kok nggak bikin minuman?” tanya Dani melirik Syahla kontan membuat gadis itu kelabakan. Saking asyik mendengar obrolan Latifa dengan Maira membuatnya lupa menyajikan minuman untuk tamu.

Assalamu'alaikum Ya UkhtiWhere stories live. Discover now